✬ Demi NKRIMuhammad Munip, Nahkoda Kapal Perang Ekspor Kedua Filipina. [Antara Jatim] ✮
Tak melihat nilai nominal materi yang ditawarkan kepada dirinya, dan hanya ingin memiliki rasa kebanggaan terhadap karya anak bangsa, Kapten Munip menerima tawaran menjadi nakhoda ekspor kedua kapal perang ke Manila, Filipina, buatan PT PAL Indonesia.
Keinginan pria kelahiran Bangkalan, Madura, 13 Juli 1978, menjadi nakhoda kapal perang ekspor kedua itu hanya satu, ingin menunjukkan baktinya sebagai anak bangsa dengan turut berpartisipasi memegang kendali kapal perang saat dikirim ke negeri seberang.
Tentunya keinginan itu membawa risiko bagi suami Umi Nuraini ini, dia harus menolak beberapa kontrak dan tawaran menakhodai kapal niaga yang memiliki nilai tawaran materi yang lebih tinggi dari pihak swasta.
Namun demikian, itu sudah menjadi keputusan dan tekad bapak tiga anak ini untuk turut mengantarkan kapal perang eskpor kedua dengan menjadi kapten kapal.
Pria dengan catatan berlayar puluhan kali ke beberapa negara tersebut mengaku, selain memiliki rasa bangga, pemilik nama lengkap Muhammad Munip ini juga ingin mempunyai pengalaman dalam memegang kendali kapal perang.
“Ini adalah pengalaman pertama saya menakhodai kapal perang, selain bangga dengan produk dalam negeri, saya juga mendapatkan ilmu dan teman-teman baru di anjungan kapal,” kata ayah dari Ayyesa Abiyu Munif ini.
Munip mengatakan, secara umum memegang kendali kapal perang dan kapal niaga tidak beda jauh dengan kapal-kapal lainnya, namun ada nilai tambah yang memotivasi dirinya ingin menjadi nakhoda kapal perang pada ekspor kedua kali ini.
Apalagi, kata dia, kapal perang yang dinakhodainya kali ini adalah hasil buatan anak negeri dan merupakan pelayaran bersejarah bagi bangsa Indonesia.
“Hal itulah yang membuat saya mau mengambil tawaran dari PT PAL Indonesia untuk menakhodai pengiriman atau ekspor kapal perang kedua ke Filipina,” kata Munip yang mempunyai sertifikat pelayaran golongan tinggi ANT I atau kelas 1.
Tawaran itu, kata dia mulai diterima saat kapal perang jenis “Strategic Sealift Vessel” (SSV) melakukan uji coba hingga selesai pengiriman atau ekspor ke Filipina.
Dalam prosesnya, Munip mengaku kagum dengan produk PT PAL Indonesia, karena selama memegang kendali kapal yang telah diberinama negara pemesan Davao Del Sur itu teknologinya sangat tinggi di kelasnya, dengan stabilitas kapal yang teruji, meski menghadapi ombak mencapai 2 meter hingga 3 meter.
“Selama menakhodai, mulai dari “frist sea trial” pada Februari, Maret dan April 2017, kapal ini adalah “hitech vessel” dan saya kagum karena buatan dalam negeri,” katanya.
Kebanggaan bercampur kekaguman itulah, kata Munip, yang tidak bisa ditukar dengan tawaran materi tinggi saat memegang kendali kapal perang ekspor kedua PT PAL Indonesia.
Produk Dalam Negeri
SSV BRP Davao del Sur LD 602 [rappler]
Munip mengaku, produk dalam negeri khusus kapal sudah sangat layak disandingkan dengan beberapa produk sejenis buatan negara unggulan, seperti Korea Selatan, Belanda dan Jerman.
Dari catatannya selama memegang 21 kapal berteknologi tinggi buatan beberapa negara, Munip mengapresiasi produk buatan PT PAL Indonesia, karena secara sistem dan teknologi sudah sangat layak.
Sehingga, pria dengan catatan 20 lebih sertifikat pelayaran ini mengaku tidak salah apabila Filipina mengakui produk PT PAL Indonesia bagus dan memiliki keandalan dalam bidang teknologi perkapalan.
“Kapal SSV-2 pernah dihajar ombak sampai oleng, dan airnya hingga sampai ke anjungan saat percobaan keandalan di Perairan Bawean, namun bisa kembali ke posisi semula dengan kestabilan cukup bagus,” katanya.
Selain itu, saat melakukan manuver dengan segala kondisi, kapal yang memiliki panjang 123 meter dan lebar 21 meter itu juga mampu kembali stabil seperti semula.
Sebelumnya, Pejabat Pelatihan Anak Buah Kapal (ABK) Filipina Bonifacio Manzano juga mengaku secara umum operasional mesin kapal sangat bagus dan layak, sehingga tidak mengalami kendala berarti selama perjalanan kapal dari Surabaya ke Manila.
“Secara umum tidak ada masalah untuk mesin kapal selama perjalanan, dan saya rasa sangat bagus mesin dan perjalanan ini,” kata Manzano yang juga Palaksa Kapal BRP Davao Del Sur LD 602.
Spesifikasi dua kapal perang SSV buatan PT PAL Indonesia yang dikirim ke Filipina memiliki daya tampung 621 penumpang, serta mampu bertahan di lautan selama 30 hari dengan bobot maksimal 7.200 Ton.
Kapal memiliki kecepatan 16 knots dengan mesin pendorong 2 X 2,920 kW, dan mampu menampung tank, kendaraan tempur, mobil rumah sakit, hingga kapal patroli dan transporter, dan merupakan kapal hasil inovasi dari produksi kapal alih teknologi dengan Korea Selatan.
Tak melihat nilai nominal materi yang ditawarkan kepada dirinya, dan hanya ingin memiliki rasa kebanggaan terhadap karya anak bangsa, Kapten Munip menerima tawaran menjadi nakhoda ekspor kedua kapal perang ke Manila, Filipina, buatan PT PAL Indonesia.
Keinginan pria kelahiran Bangkalan, Madura, 13 Juli 1978, menjadi nakhoda kapal perang ekspor kedua itu hanya satu, ingin menunjukkan baktinya sebagai anak bangsa dengan turut berpartisipasi memegang kendali kapal perang saat dikirim ke negeri seberang.
Tentunya keinginan itu membawa risiko bagi suami Umi Nuraini ini, dia harus menolak beberapa kontrak dan tawaran menakhodai kapal niaga yang memiliki nilai tawaran materi yang lebih tinggi dari pihak swasta.
Namun demikian, itu sudah menjadi keputusan dan tekad bapak tiga anak ini untuk turut mengantarkan kapal perang eskpor kedua dengan menjadi kapten kapal.
Pria dengan catatan berlayar puluhan kali ke beberapa negara tersebut mengaku, selain memiliki rasa bangga, pemilik nama lengkap Muhammad Munip ini juga ingin mempunyai pengalaman dalam memegang kendali kapal perang.
“Ini adalah pengalaman pertama saya menakhodai kapal perang, selain bangga dengan produk dalam negeri, saya juga mendapatkan ilmu dan teman-teman baru di anjungan kapal,” kata ayah dari Ayyesa Abiyu Munif ini.
Munip mengatakan, secara umum memegang kendali kapal perang dan kapal niaga tidak beda jauh dengan kapal-kapal lainnya, namun ada nilai tambah yang memotivasi dirinya ingin menjadi nakhoda kapal perang pada ekspor kedua kali ini.
Apalagi, kata dia, kapal perang yang dinakhodainya kali ini adalah hasil buatan anak negeri dan merupakan pelayaran bersejarah bagi bangsa Indonesia.
“Hal itulah yang membuat saya mau mengambil tawaran dari PT PAL Indonesia untuk menakhodai pengiriman atau ekspor kapal perang kedua ke Filipina,” kata Munip yang mempunyai sertifikat pelayaran golongan tinggi ANT I atau kelas 1.
Tawaran itu, kata dia mulai diterima saat kapal perang jenis “Strategic Sealift Vessel” (SSV) melakukan uji coba hingga selesai pengiriman atau ekspor ke Filipina.
Dalam prosesnya, Munip mengaku kagum dengan produk PT PAL Indonesia, karena selama memegang kendali kapal yang telah diberinama negara pemesan Davao Del Sur itu teknologinya sangat tinggi di kelasnya, dengan stabilitas kapal yang teruji, meski menghadapi ombak mencapai 2 meter hingga 3 meter.
“Selama menakhodai, mulai dari “frist sea trial” pada Februari, Maret dan April 2017, kapal ini adalah “hitech vessel” dan saya kagum karena buatan dalam negeri,” katanya.
Kebanggaan bercampur kekaguman itulah, kata Munip, yang tidak bisa ditukar dengan tawaran materi tinggi saat memegang kendali kapal perang ekspor kedua PT PAL Indonesia.
Produk Dalam Negeri
SSV BRP Davao del Sur LD 602 [rappler]
Munip mengaku, produk dalam negeri khusus kapal sudah sangat layak disandingkan dengan beberapa produk sejenis buatan negara unggulan, seperti Korea Selatan, Belanda dan Jerman.
Dari catatannya selama memegang 21 kapal berteknologi tinggi buatan beberapa negara, Munip mengapresiasi produk buatan PT PAL Indonesia, karena secara sistem dan teknologi sudah sangat layak.
Sehingga, pria dengan catatan 20 lebih sertifikat pelayaran ini mengaku tidak salah apabila Filipina mengakui produk PT PAL Indonesia bagus dan memiliki keandalan dalam bidang teknologi perkapalan.
“Kapal SSV-2 pernah dihajar ombak sampai oleng, dan airnya hingga sampai ke anjungan saat percobaan keandalan di Perairan Bawean, namun bisa kembali ke posisi semula dengan kestabilan cukup bagus,” katanya.
Selain itu, saat melakukan manuver dengan segala kondisi, kapal yang memiliki panjang 123 meter dan lebar 21 meter itu juga mampu kembali stabil seperti semula.
Sebelumnya, Pejabat Pelatihan Anak Buah Kapal (ABK) Filipina Bonifacio Manzano juga mengaku secara umum operasional mesin kapal sangat bagus dan layak, sehingga tidak mengalami kendala berarti selama perjalanan kapal dari Surabaya ke Manila.
“Secara umum tidak ada masalah untuk mesin kapal selama perjalanan, dan saya rasa sangat bagus mesin dan perjalanan ini,” kata Manzano yang juga Palaksa Kapal BRP Davao Del Sur LD 602.
Spesifikasi dua kapal perang SSV buatan PT PAL Indonesia yang dikirim ke Filipina memiliki daya tampung 621 penumpang, serta mampu bertahan di lautan selama 30 hari dengan bobot maksimal 7.200 Ton.
Kapal memiliki kecepatan 16 knots dengan mesin pendorong 2 X 2,920 kW, dan mampu menampung tank, kendaraan tempur, mobil rumah sakit, hingga kapal patroli dan transporter, dan merupakan kapal hasil inovasi dari produksi kapal alih teknologi dengan Korea Selatan.
⚓ antara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.