✈️ Diduga Aksi Balas Dendam Maute✈️ Ilustrasi bom di Marawi. (Reuters/Jorge Silva/File Photo)
Sebuah bom meledak di Marantao, kota di sebelah Marawi, di mana perseteruan antara militer Filipina dan kelompok militan Maute masih terus bergolak.
CNN Philippines melaporkan, bom itu jatuh di dekat perbatasan Marantao dengan Lanao del Sur dan Mindanao State University.
Juru bicara Pasukan Satuan Tugas Marawi, Jo-ann Petinglay, mengatakan bahwa pihaknya menemukan indikasi bom ini dikirimkan oleh Maute sebagai aksi balas dendam.
Indikasi ini terlihat dari jenis bom dan jarak tempuhnya. Menurut Petinglay, militer Filipina sama sekali belum menggunakan bom di Marawi saat insiden terjadi. Selain itu, Maranao sendiri terletak cukup jauh dari Marawi, yaitu 19 kilometer.
"Tak ada senjata api langsung kami yang dikerahkan pagi ini. Tak ada juga yang dapat mencapai daerah tersebut," ujar Petinglay kepada CNN Philippines.
Petinglay mengatakan, kini pihaknya sedang melakukan penyelidikan untuk memastikan pihak mana dan dari mana asal bom itu.
Kelompok Maute sendiri dilaporkan sudah mulai terdesak di Marawi. Sejak bentrokan pecah pada dua bulan lalu, wilayah kekuasaan dan jumlah militan Maute terus menciut.
Pertempuran ini sendiri sudah merenggut ratusan nyawa, termasuk warga sipil. Meski dikritik banyak pihak, Presiden Rodrigo Duterte tetap berkeras menerapkan darurat militer di Mindanao selama Maute, kelompok yang berafiliasi dengan ISIS, belum musnah.
Bentrokan ini memang meletus saat militer sedang melakukan operasi penangkapan Isnilon Hapilon, tokoh yang disebut-sebut sebagai pemimpin ISIS di Asia Tenggara. (has)
Militer FIlipina Bom Markas Militan
Militer Filipina menjatuhkan bom pada sejumlah markas militan Maute sebagai upaya mengakhiri okupasi selama tiga bulan oleh kelompok yang berbaiat kepada ISIS itu di Marawi.
Dua jet tempur angkatan udara jenis FA-50 dilaporkan meluncurkan beberapa serangan sejak Senin pagi (7/8) pada sejumlah titik lawan di kota berpenduduk mayoritas Muslim itu.
"Pertempuran antara militer dan militan sudah terkonsentrasi di area seluas satu kilometer persegi. Daerah yang tersisa mencakup dua desa yang terletak di jantung Marawi," tutur juru bicara militer Filipina, Kapten Jo-Ann Petinglay, kepada wartawan.
Petinglay mengatakan konflik Marawi telah merengut ratusan nyawa termasuk 122 tentara dan 45 warga sipil. Pertempuran ini juga menyebabkan sekitar 400 ribu warga mengungsi ke luar Marawi.
Sejak serangan militan Maute pada 23 Mei lalu, Presiden Rodrigo Duterte langsung memberlakukan darurat militer di Marawi.
Baru-baru ini parlemen juga mengesahkan permintaan Duterte untuk memperpanjang status tersebut dan memperluasnya ke seluruh provinsi Mindanao karena para militan tak kunjung bisa dikalahkan.
Meski begitu, Petinglay menekankan bahwa saat ini kelompok tersebut sudah mulai terdesak.
Sejak bentrokan pecah sekitar tiga bulan lalu, wilayah kekuasaan dan jumlah militan Maute terus berkurang.
"Sejauh ini militer telah membunuh 528 militan dan menyita 603 senjata dari kota itu sejak awal pertempuran. Setidaknya 50 teroris masih ada di kota itu," papar Petinglay seperti dikutip Inquirer.
Dia mengatakan bahwa masih ada 80 warga yang menjadi sandera Maute di kota itu. (aal)
Sebuah bom meledak di Marantao, kota di sebelah Marawi, di mana perseteruan antara militer Filipina dan kelompok militan Maute masih terus bergolak.
CNN Philippines melaporkan, bom itu jatuh di dekat perbatasan Marantao dengan Lanao del Sur dan Mindanao State University.
Juru bicara Pasukan Satuan Tugas Marawi, Jo-ann Petinglay, mengatakan bahwa pihaknya menemukan indikasi bom ini dikirimkan oleh Maute sebagai aksi balas dendam.
Indikasi ini terlihat dari jenis bom dan jarak tempuhnya. Menurut Petinglay, militer Filipina sama sekali belum menggunakan bom di Marawi saat insiden terjadi. Selain itu, Maranao sendiri terletak cukup jauh dari Marawi, yaitu 19 kilometer.
"Tak ada senjata api langsung kami yang dikerahkan pagi ini. Tak ada juga yang dapat mencapai daerah tersebut," ujar Petinglay kepada CNN Philippines.
Petinglay mengatakan, kini pihaknya sedang melakukan penyelidikan untuk memastikan pihak mana dan dari mana asal bom itu.
Kelompok Maute sendiri dilaporkan sudah mulai terdesak di Marawi. Sejak bentrokan pecah pada dua bulan lalu, wilayah kekuasaan dan jumlah militan Maute terus menciut.
Pertempuran ini sendiri sudah merenggut ratusan nyawa, termasuk warga sipil. Meski dikritik banyak pihak, Presiden Rodrigo Duterte tetap berkeras menerapkan darurat militer di Mindanao selama Maute, kelompok yang berafiliasi dengan ISIS, belum musnah.
Bentrokan ini memang meletus saat militer sedang melakukan operasi penangkapan Isnilon Hapilon, tokoh yang disebut-sebut sebagai pemimpin ISIS di Asia Tenggara. (has)
Militer FIlipina Bom Markas Militan
Militer Filipina menjatuhkan bom pada sejumlah markas militan Maute sebagai upaya mengakhiri okupasi selama tiga bulan oleh kelompok yang berbaiat kepada ISIS itu di Marawi.
Dua jet tempur angkatan udara jenis FA-50 dilaporkan meluncurkan beberapa serangan sejak Senin pagi (7/8) pada sejumlah titik lawan di kota berpenduduk mayoritas Muslim itu.
"Pertempuran antara militer dan militan sudah terkonsentrasi di area seluas satu kilometer persegi. Daerah yang tersisa mencakup dua desa yang terletak di jantung Marawi," tutur juru bicara militer Filipina, Kapten Jo-Ann Petinglay, kepada wartawan.
Petinglay mengatakan konflik Marawi telah merengut ratusan nyawa termasuk 122 tentara dan 45 warga sipil. Pertempuran ini juga menyebabkan sekitar 400 ribu warga mengungsi ke luar Marawi.
Sejak serangan militan Maute pada 23 Mei lalu, Presiden Rodrigo Duterte langsung memberlakukan darurat militer di Marawi.
Baru-baru ini parlemen juga mengesahkan permintaan Duterte untuk memperpanjang status tersebut dan memperluasnya ke seluruh provinsi Mindanao karena para militan tak kunjung bisa dikalahkan.
Meski begitu, Petinglay menekankan bahwa saat ini kelompok tersebut sudah mulai terdesak.
Sejak bentrokan pecah sekitar tiga bulan lalu, wilayah kekuasaan dan jumlah militan Maute terus berkurang.
"Sejauh ini militer telah membunuh 528 militan dan menyita 603 senjata dari kota itu sejak awal pertempuran. Setidaknya 50 teroris masih ada di kota itu," papar Petinglay seperti dikutip Inquirer.
Dia mengatakan bahwa masih ada 80 warga yang menjadi sandera Maute di kota itu. (aal)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.