Modernisasi AlutsistaIlustrasi PIT (Pusat Informasi Tempur) KRI, dimana semua pertempuran dioperasikan dalam ruangan ini [TNI AL]
Mantan Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Laksdya TNI (Purn) Agus Setiadji mengatakan, kementerian dan lembaga di sektor pertahanan semestinya dapat disatukan demi menghasilkan industri pertahanan yang tangguh.
"Kementerian dan lembaga di Indonesia harus bisa menyatu menjadi kesatuan utuh untuk menghasilkan sumber daya manusia maupun industri pertahanan yang tangguh," ujar Agus dalam diskusi virtual bertajuk 'Tantangan Perang Generasi Keenam Versus Kemandirian Industri Pertahanan', Rabu (26/8/2020).
Industri pertahanan beserta sumber daya manusia yang tangguh, menurut Agus, jadi modal bagi Indonesia dalam menghadapi perang generasi keenam.
Perang generasi keenam, maksudnya adalah bentuk perang yang berbeda dibandingkan perang-perang generasi sebelumnya.
Perang generasi sebelumnya, misalnya perang secara fisik, terorisme dan serangan di dunia siber.
Agus melanjutkan, perang generasi keenam akan sangat bergantung pada perkembangan teknologi alat utama sistem persenjataan (alutsista).
Keberadaan sejumlah alutsista generasi baru menjadi dampak nyata dari persaingan perkembangan senjata strategis di dunia.
Platform senjata strategis terbaru memperlihatkan berbagai keunggulan dibanding generasi-generasi sebelumnya.
"Kita sedang menghadapi perang generasi keenam. Tidak bisa dengan kekuatan perang generasi kelima, keempat, ketiga dan seterusnya," kata Agus.
Sebab, perkembangan teknologi alutsista di sejumlah negara membuat mobilisasi dan daya jangkau serta daya hancur yang semakin tinggi sekaligus membuat upaya deteksi negara lawan semakin lemah.
Demi memodernisasi teknologi alutsista, lanjut Agus, Indonesia bergantung kepada industri pertahanan dalam negeri. Baik yang berada di bawah BUMN maupun swasta.
"Untuk itu, kita tidak mungkin tidak sangat tergantung pada industri pertahanan kita, baik itu BUMN maupun BUMS yang berkaitan dengan militer," kata dia.
♖ Kompas
Mantan Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Laksdya TNI (Purn) Agus Setiadji mengatakan, kementerian dan lembaga di sektor pertahanan semestinya dapat disatukan demi menghasilkan industri pertahanan yang tangguh.
"Kementerian dan lembaga di Indonesia harus bisa menyatu menjadi kesatuan utuh untuk menghasilkan sumber daya manusia maupun industri pertahanan yang tangguh," ujar Agus dalam diskusi virtual bertajuk 'Tantangan Perang Generasi Keenam Versus Kemandirian Industri Pertahanan', Rabu (26/8/2020).
Industri pertahanan beserta sumber daya manusia yang tangguh, menurut Agus, jadi modal bagi Indonesia dalam menghadapi perang generasi keenam.
Perang generasi keenam, maksudnya adalah bentuk perang yang berbeda dibandingkan perang-perang generasi sebelumnya.
Perang generasi sebelumnya, misalnya perang secara fisik, terorisme dan serangan di dunia siber.
Agus melanjutkan, perang generasi keenam akan sangat bergantung pada perkembangan teknologi alat utama sistem persenjataan (alutsista).
Keberadaan sejumlah alutsista generasi baru menjadi dampak nyata dari persaingan perkembangan senjata strategis di dunia.
Platform senjata strategis terbaru memperlihatkan berbagai keunggulan dibanding generasi-generasi sebelumnya.
"Kita sedang menghadapi perang generasi keenam. Tidak bisa dengan kekuatan perang generasi kelima, keempat, ketiga dan seterusnya," kata Agus.
Sebab, perkembangan teknologi alutsista di sejumlah negara membuat mobilisasi dan daya jangkau serta daya hancur yang semakin tinggi sekaligus membuat upaya deteksi negara lawan semakin lemah.
Demi memodernisasi teknologi alutsista, lanjut Agus, Indonesia bergantung kepada industri pertahanan dalam negeri. Baik yang berada di bawah BUMN maupun swasta.
"Untuk itu, kita tidak mungkin tidak sangat tergantung pada industri pertahanan kita, baik itu BUMN maupun BUMS yang berkaitan dengan militer," kata dia.
♖ Kompas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.