Diposkan PT PAL Indonesia Ilustrasi Kapal BRS pertama produksi PAL, KRI 991 dr Wahidin Soedirohusodo [PAL Indonesia]
Setelah sebelumnya sukses meluncurkan Kapal Bantu Rumah Sakit (BRS) TA 2019, 2020, 2021 PT PAL Indonesia (Persero) catatkan pencapaian pada sister ship-nya.
Produksi Kapal Bantu Rumah Sakit (BRS) TA 2020, 2021, 2022 pesanan TNI AL memasuki tahapan Keel Laying atau pemasangan lunas kapal.
Keel Laying dilaksanakan pada hari Kamis, 21 Januari 2021 bertempat di Grand Assembly Divisi Niaga PT PAL Indonesia (Persero) dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.
Acara tersebut dihadiri oleh Koorsahli Kasal, Laksda TNI Dr. Suyono Thamrin, M.Eng.Sc., CIQaR didampingi Plt. Direktur Utama Ibu Etty Soewardani, disaksikan para pejabat TNI AL beserta jajaran Manajemen PT PAL Indonesia (Persero).
Kapal BRS ini memiliki panjang 124 meter, lebar 21,8 meter. Kapal tersebut memiliki kapasitas angkut total personil 643 orang termasuk 159 pasien.
Kapal tersebut memiliki berat 7300 Ton dan dapat melaju dengan kecepatan maksimal 18 knots serta endurance 30 hari, kapal tersebut mampu untuk menampung 2 unit helikopter di dek dan 2 unit ambulance boat.
Dalam sambutannya, Plt Dirut PT PAL Indonesia (Persero) menyatakan hingga tahapan keel laying, progress produksi hingga akhir Desember 2020 sebesar 26,071% dimana hal ini melampaui dari rencana semula yakni 26,052%.
Pada keel laying kapal BRS ini, PT PAL Indonesia (Persero) berhasil melebihi persyaratan minimal yang ditetapkan oleh regulasi SOLAS, dimana untuk tahapan Keel Laying disyaratkan berat block yang sudah lulus assembly minimal 50 Ton atau minimal 1% terhadap total berat konstruksi 3.716 Ton yakni 37 Ton.
Pada saat ini PAL bahkan berhasil menyajikan 17 block yang telah lulus assembly dengan berat 609,74 Ton.
Dalam sambutannya, Koorsahli Kasal Laksda TNI Dr. Suyono Thamrin, M.Eng.Sc., CIQaR mengucapkan pembangunan Kapal Bantu Rumah Sakit (BRS) merupakan respon atas tindak lanjut direktif Presiden pasca gempa bumi Palu.
Disampaikan pula harapan untuk PT PAL Indonesia (Persero) sebagai salah satu BUMN dapat terus meningkatan kualitas dan kemampuan pembangunan kapal Bantu Rumah Sakit (BRS) sehingga dapat terus menjadi mitra strategis TNI AL dalam pemenuhan alutsista di masa yang akan datang.
Dalam keterangannya, Sekretaris Perusahaan PT PAL Indonesia (Persero), Bapak Rariya Budi Harta menyampaikan bahwa proses pembangunan kapal merupakan proses yang dilaksanakan secara bertahap. Tahapan keel laying ini penting karena nantinya usia kapal akan dihitung sejak pertama kali pemasangan lunasnya.
Kapal BRS merupakan kapal pendukung operasi militer perang (OMP). Tapi pada masa damai, kapal itu bisa difungsikan dalam operasi militer selain perang (OMSP). Berdasarkan UU TNI nomor 34 tahun 2004, dalam misi OMSP, kapal BRS dapat melaksanakan tugas operasi membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian, dan pemberian bantuan kemanusiaan serta membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (search and rescue).
Tidak terbatas pada situasi itu, kapal BRS juga memiliki kapabilitas pelaksanaan misi diplomasi internasional. Fungsi kapal BRS sangat cocok dengan karakteristik dan wawasan maritim Indonesia.
Sebagai negara kepulauan yang terletak di lintasan ring of fire, Indonesia memiliki kerentanan bencana alam seperti gunung meletus, gempa bumi yang dapat diikuti oleh bencana sekunder, seperti tsunami dan lainnya.
Dengan situasi tersebut, kapal BRS bersifat mobile dan dapat digerakkan kapan pun ke wilayah terdampak bencana untuk melaksanakan kegiatan tanggap darurat bencana. Kapal BRS ini memiliki kemampuan setara Rumah Sakit Tipe C ditambah dengan sejumlah peralatan medis seperti CT Scan dan X-Ray, hingga Ruang Isolasi untuk penanggulangan wabah menular seperti COVID19. ( PT. PAL Indonesia (Persero))
Setelah sebelumnya sukses meluncurkan Kapal Bantu Rumah Sakit (BRS) TA 2019, 2020, 2021 PT PAL Indonesia (Persero) catatkan pencapaian pada sister ship-nya.
Produksi Kapal Bantu Rumah Sakit (BRS) TA 2020, 2021, 2022 pesanan TNI AL memasuki tahapan Keel Laying atau pemasangan lunas kapal.
Keel Laying dilaksanakan pada hari Kamis, 21 Januari 2021 bertempat di Grand Assembly Divisi Niaga PT PAL Indonesia (Persero) dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.
Acara tersebut dihadiri oleh Koorsahli Kasal, Laksda TNI Dr. Suyono Thamrin, M.Eng.Sc., CIQaR didampingi Plt. Direktur Utama Ibu Etty Soewardani, disaksikan para pejabat TNI AL beserta jajaran Manajemen PT PAL Indonesia (Persero).
Kapal BRS ini memiliki panjang 124 meter, lebar 21,8 meter. Kapal tersebut memiliki kapasitas angkut total personil 643 orang termasuk 159 pasien.
Kapal tersebut memiliki berat 7300 Ton dan dapat melaju dengan kecepatan maksimal 18 knots serta endurance 30 hari, kapal tersebut mampu untuk menampung 2 unit helikopter di dek dan 2 unit ambulance boat.
Dalam sambutannya, Plt Dirut PT PAL Indonesia (Persero) menyatakan hingga tahapan keel laying, progress produksi hingga akhir Desember 2020 sebesar 26,071% dimana hal ini melampaui dari rencana semula yakni 26,052%.
Pada keel laying kapal BRS ini, PT PAL Indonesia (Persero) berhasil melebihi persyaratan minimal yang ditetapkan oleh regulasi SOLAS, dimana untuk tahapan Keel Laying disyaratkan berat block yang sudah lulus assembly minimal 50 Ton atau minimal 1% terhadap total berat konstruksi 3.716 Ton yakni 37 Ton.
Pada saat ini PAL bahkan berhasil menyajikan 17 block yang telah lulus assembly dengan berat 609,74 Ton.
Dalam sambutannya, Koorsahli Kasal Laksda TNI Dr. Suyono Thamrin, M.Eng.Sc., CIQaR mengucapkan pembangunan Kapal Bantu Rumah Sakit (BRS) merupakan respon atas tindak lanjut direktif Presiden pasca gempa bumi Palu.
Disampaikan pula harapan untuk PT PAL Indonesia (Persero) sebagai salah satu BUMN dapat terus meningkatan kualitas dan kemampuan pembangunan kapal Bantu Rumah Sakit (BRS) sehingga dapat terus menjadi mitra strategis TNI AL dalam pemenuhan alutsista di masa yang akan datang.
Dalam keterangannya, Sekretaris Perusahaan PT PAL Indonesia (Persero), Bapak Rariya Budi Harta menyampaikan bahwa proses pembangunan kapal merupakan proses yang dilaksanakan secara bertahap. Tahapan keel laying ini penting karena nantinya usia kapal akan dihitung sejak pertama kali pemasangan lunasnya.
Kapal BRS merupakan kapal pendukung operasi militer perang (OMP). Tapi pada masa damai, kapal itu bisa difungsikan dalam operasi militer selain perang (OMSP). Berdasarkan UU TNI nomor 34 tahun 2004, dalam misi OMSP, kapal BRS dapat melaksanakan tugas operasi membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian, dan pemberian bantuan kemanusiaan serta membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (search and rescue).
Tidak terbatas pada situasi itu, kapal BRS juga memiliki kapabilitas pelaksanaan misi diplomasi internasional. Fungsi kapal BRS sangat cocok dengan karakteristik dan wawasan maritim Indonesia.
Sebagai negara kepulauan yang terletak di lintasan ring of fire, Indonesia memiliki kerentanan bencana alam seperti gunung meletus, gempa bumi yang dapat diikuti oleh bencana sekunder, seperti tsunami dan lainnya.
Dengan situasi tersebut, kapal BRS bersifat mobile dan dapat digerakkan kapan pun ke wilayah terdampak bencana untuk melaksanakan kegiatan tanggap darurat bencana. Kapal BRS ini memiliki kemampuan setara Rumah Sakit Tipe C ditambah dengan sejumlah peralatan medis seperti CT Scan dan X-Ray, hingga Ruang Isolasi untuk penanggulangan wabah menular seperti COVID19. ( PT. PAL Indonesia (Persero))
★ Youtube
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.