Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) memastikan dukungan terhadap pembangunan pabrik propelan PT Dahana (Persero) di Subang, Jawa Barat, untuk mendukung kemandirian industri alat utama sistem persenjataan alias alutsista. Ilustrasi Rhan 122B, salah satu alutsista yang membutuhkan propelan [Kemhan]
Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) memastikan dukungan terhadap pembangunan pabrik propelan PT Dahana (Persero) di Subang, Jawa Barat, untuk mendukung kemandirian industri alat utama sistem persenjataan alias alutsista.
"Intinya kami ingin memberikan yang terbaik dan tentunya solusi-solusi terbaik agar proyek pembangunan pabrik propelan ini bisa berjalan dengan baik,” kata Yoedhi Swastanto, Ketua Bidang Litbang & Standardisasi KKIP, seperti dikutip dalam keterangan pers Kementerian BUMN, Sabtu (16/1/2021).
Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) diketahui telah mengunjungi kawasan Energetic Material Center Dahana di Subang, Jawa Barat, Kamis (14/1/2021). Rombongan berjumlah 9 orang diterima langsung oleh Direktur Utama Dahana Budi Antono dan Direktur Teknologi & Pengembangan Dahana Wildan Widarman.
Budi Antono menyampaikan sejumlah langkah yang telah dilakukan oleh Dahana terkait dengan propelan, di antaranya pembangunan pabrik bahan baku dan fasilitas pendukung seperti pabrik nitrogliserin, denitration unit, acid plant (NACSAC) serta fasilitas pendukung industri propelan seperti gardu trafo listrik, water treatment plant, hingga laboratorium dan fasilitas uji balistik.
“Selain itu, hal ini juga didukung oleh posisi geografis Dahana yang memiliki lahan luas, dekat dengan akses tol, bandara Kertajati, Pelabuhan Patimban serta dekat sumber bahan baku pendukung,” ujar Budi.
Yoedhi Swastanto, Ketua Bidang Litbang & Standardisasi KKIP, mengatakan instansinya mendukung program pembangunan pabrik propelan di Dahana. Menurut Yoedhi, tim akan memberikan laporan kepada pimpinan terkait hasil peninjauan pusat bahan berenergi tinggi Dahana.
Propelan merupakan bahan peledak yang digunakan sebagai pembentuk gas pendorong roket atau pun peluru munisi kaliber kecil (MKK) dan munisi kaliber besar (MKB).
Salah satu pabrikan yang membutuhkan pasokan propelan adalah Pindad. Dalam setahun, Pindad memproduksi sebanyak 150 juta butir amunisi kecil. Pindad membutuhkan sekitar 200-250 ton propelan per tahun.
Selama ini, untuk memenuhi kebutuhan propelan bagi ratusan juta butir pelurunya, Pindad masih mengimpor dari Belgia, Korea, dan Taiwan.
Kebutuhannya di dalam negeri selama ini diimpor sehingga membebani devisa negara dan rawan embargo. Untuk itu pembangunan Industri propelan menjadi salah satu 7 Program Unggulan Nasional guna mewujudkan kemandirian Industri Pertahanan.
Pembangunan pabrik bahan peledak Dahana di Jawa Barat ditaksir membutuhkan investasi sekitar US$250 juta - US$350 juta.
Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) memastikan dukungan terhadap pembangunan pabrik propelan PT Dahana (Persero) di Subang, Jawa Barat, untuk mendukung kemandirian industri alat utama sistem persenjataan alias alutsista.
"Intinya kami ingin memberikan yang terbaik dan tentunya solusi-solusi terbaik agar proyek pembangunan pabrik propelan ini bisa berjalan dengan baik,” kata Yoedhi Swastanto, Ketua Bidang Litbang & Standardisasi KKIP, seperti dikutip dalam keterangan pers Kementerian BUMN, Sabtu (16/1/2021).
Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) diketahui telah mengunjungi kawasan Energetic Material Center Dahana di Subang, Jawa Barat, Kamis (14/1/2021). Rombongan berjumlah 9 orang diterima langsung oleh Direktur Utama Dahana Budi Antono dan Direktur Teknologi & Pengembangan Dahana Wildan Widarman.
Budi Antono menyampaikan sejumlah langkah yang telah dilakukan oleh Dahana terkait dengan propelan, di antaranya pembangunan pabrik bahan baku dan fasilitas pendukung seperti pabrik nitrogliserin, denitration unit, acid plant (NACSAC) serta fasilitas pendukung industri propelan seperti gardu trafo listrik, water treatment plant, hingga laboratorium dan fasilitas uji balistik.
“Selain itu, hal ini juga didukung oleh posisi geografis Dahana yang memiliki lahan luas, dekat dengan akses tol, bandara Kertajati, Pelabuhan Patimban serta dekat sumber bahan baku pendukung,” ujar Budi.
Yoedhi Swastanto, Ketua Bidang Litbang & Standardisasi KKIP, mengatakan instansinya mendukung program pembangunan pabrik propelan di Dahana. Menurut Yoedhi, tim akan memberikan laporan kepada pimpinan terkait hasil peninjauan pusat bahan berenergi tinggi Dahana.
Propelan merupakan bahan peledak yang digunakan sebagai pembentuk gas pendorong roket atau pun peluru munisi kaliber kecil (MKK) dan munisi kaliber besar (MKB).
Salah satu pabrikan yang membutuhkan pasokan propelan adalah Pindad. Dalam setahun, Pindad memproduksi sebanyak 150 juta butir amunisi kecil. Pindad membutuhkan sekitar 200-250 ton propelan per tahun.
Selama ini, untuk memenuhi kebutuhan propelan bagi ratusan juta butir pelurunya, Pindad masih mengimpor dari Belgia, Korea, dan Taiwan.
Kebutuhannya di dalam negeri selama ini diimpor sehingga membebani devisa negara dan rawan embargo. Untuk itu pembangunan Industri propelan menjadi salah satu 7 Program Unggulan Nasional guna mewujudkan kemandirian Industri Pertahanan.
Pembangunan pabrik bahan peledak Dahana di Jawa Barat ditaksir membutuhkan investasi sekitar US$250 juta - US$350 juta.
★ Bisnis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.