Dalam Akbar Faizal UncensoredPesawat Tempur Rafale Prancis dengan persenjatanya [istimewa] ☆
Siapa yang bermain di pembelian alutsista senilai 1.760 Triliun?
Ini kisah tentang pembelian alat utama sistem persenjataan (Alutsista), area yang paling sensitif dan tak pernah ada yang berani menyentuh tentang bagaimana bisnis persenjataan ini berlangsung.
"Saya meminta penjelasan Pak Prabowo sebagai Menteri Pertahanan soal pembelian alutsista yang ribuan triliun ini," kata Connie Rahakundini, pengamat pertahanan sekaligus akademisi.
Yang dia maksud adalah tentang kredit Eskpor (KE) dari Qatar senilai 1.760 Triliun untuk pengadaan alat utama sistem persenjataan melalui sebuah perusahaan bernama TMI (Teknologi Militer Indonesia).
Hasil penelusurannya hingga ke kantor TMI sama sekali tidak meyakinkannya untuk pekerjaan besar pengadaan alarsista bernilai ribuan triliun.
Hal paling mendasar dari temuan Connie ini adalah seluruh rencana pengadaan harus cair pada 2024 namun beban utangnya baru berakhir 2044. Hal lainnya, masih kata Connie, ternyata para Asrena di matra dalam lingkungan TNI tak tahu tentang rencana-rencana Kemenhan tersebut. "Saya tak mau anak cucu kita menanggung utang sebesar ini hanya karena kita tak peduli. Sebagai akademisi, saya harus mempertanggungjawabkan seluruh tindakan dan pernyataan saya," katanya.
DPR khususnya Komisi 1 yang membidangi Pertahanan harusnya bersikap. Dan, seperti biasanya, untuk urusan kredit ekspor harusnya atas sepengetahuan dan persetujuan Bappenas.
Siapa yang bermain di pembelian alutsista senilai 1.760 Triliun?
Ini kisah tentang pembelian alat utama sistem persenjataan (Alutsista), area yang paling sensitif dan tak pernah ada yang berani menyentuh tentang bagaimana bisnis persenjataan ini berlangsung.
"Saya meminta penjelasan Pak Prabowo sebagai Menteri Pertahanan soal pembelian alutsista yang ribuan triliun ini," kata Connie Rahakundini, pengamat pertahanan sekaligus akademisi.
Yang dia maksud adalah tentang kredit Eskpor (KE) dari Qatar senilai 1.760 Triliun untuk pengadaan alat utama sistem persenjataan melalui sebuah perusahaan bernama TMI (Teknologi Militer Indonesia).
Hasil penelusurannya hingga ke kantor TMI sama sekali tidak meyakinkannya untuk pekerjaan besar pengadaan alarsista bernilai ribuan triliun.
Hal paling mendasar dari temuan Connie ini adalah seluruh rencana pengadaan harus cair pada 2024 namun beban utangnya baru berakhir 2044. Hal lainnya, masih kata Connie, ternyata para Asrena di matra dalam lingkungan TNI tak tahu tentang rencana-rencana Kemenhan tersebut. "Saya tak mau anak cucu kita menanggung utang sebesar ini hanya karena kita tak peduli. Sebagai akademisi, saya harus mempertanggungjawabkan seluruh tindakan dan pernyataan saya," katanya.
DPR khususnya Komisi 1 yang membidangi Pertahanan harusnya bersikap. Dan, seperti biasanya, untuk urusan kredit ekspor harusnya atas sepengetahuan dan persetujuan Bappenas.
♜ Youtube
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.