💂 Ilustrasi aparat TNI-Polri saat memburu KKB di Papua. [Dok. Puspen TNI]
Prajurit TNI berhasil menangkap dua orang yang diduga terlibat dalam penyerangan Pos Koramil Kisor, Distrik Aifat Selatan, Kabupaten Maybrat, Papua Barat.
Kapendam XVIII Kasuari, Kolonel Hendra Pesireron, mengatakan dua orang terduga pelaku ditangkap oleh kelompok TNI yang melakukan penyisiran dan pencarian di lapangan.
"Tambah yang malam ini berarti dua terduga pelaku berhasil kita amankan," ujar Kapendam, kepada CNNIndonesia.com Kamis (2/9) malam.
Dari hasil interogasi awal, kedua terduga pelaku itu merupakan anak buah dari kelompok separatis pimpinan Manfet Fatem yang juga merupakan DPO Kasus pembunuhan.
"Kedua terduga pelaku saat ini masih dalam pemeriksaan. Keterangan lebih lanjut belum kami terima termasuk kronologis penangkapan," ujarnya.
Lebih lanjut kata Hendra, atas insiden itu, Pangdam XVIII kasuari telah mempertebal pengaman serta pencarian terhadap para pelaku.
"Saat ini statusnya siaga 1. Pengaman sudah dipertebal menjadi 1 kompi (100-150 orang) di sana," tambahnya, sembari meminta masyarakat untuk tetap tenang dan mempercayakan keamanan kepada TNI dan Polri.
Sebelumnya, Kamis (2/9) dini hari, Posramil Kisor diserang puluhan orang dengan menggunakan senjata tajam. Penyerangan secara tiba tiba yang dilakukan kelompok separatis itu mengakibatkan 4 prajurit TNI gugur. Mereka adalah, Lettu Chb Dirman (Danposramil), Serda Ambrosius, Praka Dirham dan Pratu Zul Ansari. (hen/gil)/
Jejak Penyerangan KKB di Pos Koramil Papua Barat
Prajurit TNI mengangkat peti jenazah rekannya di Markas Komando Korem 181/PVT Kota Sorong, Papua Barat, Kamis (2/9/21)(ANTARA FOTO/OLHA MULALINDA)
Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) melakukan penyerangan terhadap Pos Ramil Kisor, Distrik Aifat Selatan, Kabupaten Maybrat, Papua Barat pada Kamis (2/9) dini hari. Insiden itu membuat empat anggota TNI tewas.
Para pelaku, disebut melakukan aksinya dengan menggunakan senjata tajam. Mereka menyerang secara tiba-tiba di dalam gelap.
Adapun empat orang anggota TNI yang tewas dalam insiden itu ialah Danposramil, Lettu Chb Dirman; Serda Ambrosius; Praka DIrham dan Pratu Zul Ansari.
"Saat penyerangan berlangsung, ada anggota yang istirahat dan ada anggota yang melaksanakan piket," kata Kepala Penerangan Kodam XVIII Kasuari, Kolonel Hendra Pesireron kepada wartawan, Kamis (2/9).
TNI memperkirakan ada puluhan anggota kelompok separatis pejuang kemerdekaan Papua yang melakukan penyerangan. Sementara, anggota yang bertugas menjaga Posamil itu tak sebanding.
Belum lagi, kata Hendra, terdapat juga sejumlah prajurit TNI yang masih beristirahat. Sehingga, penyerangan anggota KKB itu tak dapat dilawan prajurit yang bertugas di sana.
"Sehingga sebagian anggota melakukan upaya penyelamatan diri. Para pelaku juga langsung melarikan diri ke arah hutan," jelas Hendra.
Hendra menjelaskan sekitar selang satu jam, sekitar pukul 05.00 WIT bantuan dari Kodim Maybrat bergerak menuju Posramil Kisor. Mereka yang beranggotakan 25 orang bersenjata lengkap dan 8 personel intel baru tiba sekitar pukul 07.00 WIT.
Hingga Kamis malam, Hendra mengatakan dua orang terduga pelaku ditangkap kelompok TNI yang melakukan penyisiran dan pencarian di lapangan.
Dari hasil interogasi awal, kedua terduga pelaku itu merupakan anak buah dari kelompok separatis pimpinan Manfet Fatem yang juga merupakan DPO Kasus pembunuhan.
"Kedua terduga pelaku saat ini masih dalam pemeriksaan. Keterangan lebih lanjut belum kami terima termasuk kronologis penangkapan," ujarnya.
Kerahkan Dua Peleton Prajurit
Pangdam XVIII Kasuari, Mayjen I Nyoman Cantiasa pun merasa geram atas penyerangan itu. Ia kemudian mengerahkan dua peleton aparat untuk mengejar para pelaku.
Nyoman mengungkapkan, daerah sekitar pos komando tersebut memang pernah ditempati kelompok separatis yang kini telah ditetapkan sebagai jaringan teroris di Papua.
Namun demikian, kata dia, saat ini masyarakat di sekitar diklaimnya telah menghargai keberadaan prajurit TNI di sana. Posramil itu diketahui telah berdiri sejak akhir 2019.
"Wilayah Posramil itu sebelumnya memang terdapat kelompok berseberangan yang mendoktrin masyarakat setempat," kata Pangdam dalam konferensi pers di Manokwari, Kamis (2/9).
Ia menyebutkan, saat ini masyarakat setempat antusias dan merasa bahwa keberadaan Posramil memberi banyak manfaat. Sejak saat ini, masyarakat tak pernah saling berselisih dan menyakiti. I Nyoman juga meminta masyarakat tetap tenang pascakejadian tersebut.
"Saat ini statusnya siaga 1. Pengaman sudah dipertebal menjadi 1 kompi (100-150 orang) di sana," tambahnya, sembari meminta masyarakat untuk tetap tenang dan mempercayakan keamanan kepada TNI dan Polri," kata Hendra.
Sebagai informasi, KKB adalah sebutan aparat terhadap kelompok militan Organisasi Papua Merdeka (OPM). Kelompok milisi yang membawa senjata itu menamai diri mereka Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB).
OPM Akui Penyerangan Pos Koramil di Papua Barat
Empat peti Jenazah anggota TNI korban serangan separatis berada di Aula Praja Vira Tama Markas Komando Korem 181/PVT Kota Sorong, Papua Barat, Kamis (2/9/21). (ANTARA FOTO/OLHA MULALINDA)
Manajemen Markas Pusat Komnas Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) mengakui dan menyatakan bertanggungjawab atas penyerangan Pos Koramil tersebut.
Penyerangan itu, disebut OPM sebagai operasi pembunuhan yang memang direncanakan dan diperintahkan oleh Panglima Kodap IV, Sorong Raya.
"TPNPB bertanggungjawab atas penyerangan ini," kata Juru Bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom dalam keterangan resmi, Kamis (2/9).
Dia menyatakan, upaya tersebut merupakan aksi balasan yang dilakukan OPM dan akan terus berlanjut di wilayah-wilayah lain Papua nantinya.
Kelompok separatis ini bahkan meminta agar aparat TNI-Polri untuk berperang di markas-markas yang jauh dari masyarakat sipil. Ia mendesak, agar militer tak lagi melakukan operasi yang berbuntut pengejara hingga pembunuhan terhadap masyarakat di permukiman.
"Kami yang punya tanah, kami yang punya alam. Kami yang punya hutan, bukan Indonesia," jelas dia.
Namun demikian, di sisi lain, OPM yang dijuluki pemerintah KKB hingga Kelompok Separatis Teroris ini mendesak agar dibuatkan perundingan dengan pemerintah RI untuk mengatasi permasalah itu.
"Kami tegaskan, pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo untuk bersedia dulu di meja perundingan dengan kami tim juru runding tim TPNPB-OPM," ucap dia. (mjo/kid)
Prajurit TNI berhasil menangkap dua orang yang diduga terlibat dalam penyerangan Pos Koramil Kisor, Distrik Aifat Selatan, Kabupaten Maybrat, Papua Barat.
Kapendam XVIII Kasuari, Kolonel Hendra Pesireron, mengatakan dua orang terduga pelaku ditangkap oleh kelompok TNI yang melakukan penyisiran dan pencarian di lapangan.
"Tambah yang malam ini berarti dua terduga pelaku berhasil kita amankan," ujar Kapendam, kepada CNNIndonesia.com Kamis (2/9) malam.
Dari hasil interogasi awal, kedua terduga pelaku itu merupakan anak buah dari kelompok separatis pimpinan Manfet Fatem yang juga merupakan DPO Kasus pembunuhan.
"Kedua terduga pelaku saat ini masih dalam pemeriksaan. Keterangan lebih lanjut belum kami terima termasuk kronologis penangkapan," ujarnya.
Lebih lanjut kata Hendra, atas insiden itu, Pangdam XVIII kasuari telah mempertebal pengaman serta pencarian terhadap para pelaku.
"Saat ini statusnya siaga 1. Pengaman sudah dipertebal menjadi 1 kompi (100-150 orang) di sana," tambahnya, sembari meminta masyarakat untuk tetap tenang dan mempercayakan keamanan kepada TNI dan Polri.
Sebelumnya, Kamis (2/9) dini hari, Posramil Kisor diserang puluhan orang dengan menggunakan senjata tajam. Penyerangan secara tiba tiba yang dilakukan kelompok separatis itu mengakibatkan 4 prajurit TNI gugur. Mereka adalah, Lettu Chb Dirman (Danposramil), Serda Ambrosius, Praka Dirham dan Pratu Zul Ansari. (hen/gil)/
Jejak Penyerangan KKB di Pos Koramil Papua Barat
Prajurit TNI mengangkat peti jenazah rekannya di Markas Komando Korem 181/PVT Kota Sorong, Papua Barat, Kamis (2/9/21)(ANTARA FOTO/OLHA MULALINDA)
Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) melakukan penyerangan terhadap Pos Ramil Kisor, Distrik Aifat Selatan, Kabupaten Maybrat, Papua Barat pada Kamis (2/9) dini hari. Insiden itu membuat empat anggota TNI tewas.
Para pelaku, disebut melakukan aksinya dengan menggunakan senjata tajam. Mereka menyerang secara tiba-tiba di dalam gelap.
Adapun empat orang anggota TNI yang tewas dalam insiden itu ialah Danposramil, Lettu Chb Dirman; Serda Ambrosius; Praka DIrham dan Pratu Zul Ansari.
"Saat penyerangan berlangsung, ada anggota yang istirahat dan ada anggota yang melaksanakan piket," kata Kepala Penerangan Kodam XVIII Kasuari, Kolonel Hendra Pesireron kepada wartawan, Kamis (2/9).
TNI memperkirakan ada puluhan anggota kelompok separatis pejuang kemerdekaan Papua yang melakukan penyerangan. Sementara, anggota yang bertugas menjaga Posamil itu tak sebanding.
Belum lagi, kata Hendra, terdapat juga sejumlah prajurit TNI yang masih beristirahat. Sehingga, penyerangan anggota KKB itu tak dapat dilawan prajurit yang bertugas di sana.
"Sehingga sebagian anggota melakukan upaya penyelamatan diri. Para pelaku juga langsung melarikan diri ke arah hutan," jelas Hendra.
Hendra menjelaskan sekitar selang satu jam, sekitar pukul 05.00 WIT bantuan dari Kodim Maybrat bergerak menuju Posramil Kisor. Mereka yang beranggotakan 25 orang bersenjata lengkap dan 8 personel intel baru tiba sekitar pukul 07.00 WIT.
Hingga Kamis malam, Hendra mengatakan dua orang terduga pelaku ditangkap kelompok TNI yang melakukan penyisiran dan pencarian di lapangan.
Dari hasil interogasi awal, kedua terduga pelaku itu merupakan anak buah dari kelompok separatis pimpinan Manfet Fatem yang juga merupakan DPO Kasus pembunuhan.
"Kedua terduga pelaku saat ini masih dalam pemeriksaan. Keterangan lebih lanjut belum kami terima termasuk kronologis penangkapan," ujarnya.
Kerahkan Dua Peleton Prajurit
Pangdam XVIII Kasuari, Mayjen I Nyoman Cantiasa pun merasa geram atas penyerangan itu. Ia kemudian mengerahkan dua peleton aparat untuk mengejar para pelaku.
Nyoman mengungkapkan, daerah sekitar pos komando tersebut memang pernah ditempati kelompok separatis yang kini telah ditetapkan sebagai jaringan teroris di Papua.
Namun demikian, kata dia, saat ini masyarakat di sekitar diklaimnya telah menghargai keberadaan prajurit TNI di sana. Posramil itu diketahui telah berdiri sejak akhir 2019.
"Wilayah Posramil itu sebelumnya memang terdapat kelompok berseberangan yang mendoktrin masyarakat setempat," kata Pangdam dalam konferensi pers di Manokwari, Kamis (2/9).
Ia menyebutkan, saat ini masyarakat setempat antusias dan merasa bahwa keberadaan Posramil memberi banyak manfaat. Sejak saat ini, masyarakat tak pernah saling berselisih dan menyakiti. I Nyoman juga meminta masyarakat tetap tenang pascakejadian tersebut.
"Saat ini statusnya siaga 1. Pengaman sudah dipertebal menjadi 1 kompi (100-150 orang) di sana," tambahnya, sembari meminta masyarakat untuk tetap tenang dan mempercayakan keamanan kepada TNI dan Polri," kata Hendra.
Sebagai informasi, KKB adalah sebutan aparat terhadap kelompok militan Organisasi Papua Merdeka (OPM). Kelompok milisi yang membawa senjata itu menamai diri mereka Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB).
OPM Akui Penyerangan Pos Koramil di Papua Barat
Empat peti Jenazah anggota TNI korban serangan separatis berada di Aula Praja Vira Tama Markas Komando Korem 181/PVT Kota Sorong, Papua Barat, Kamis (2/9/21). (ANTARA FOTO/OLHA MULALINDA)
Manajemen Markas Pusat Komnas Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) mengakui dan menyatakan bertanggungjawab atas penyerangan Pos Koramil tersebut.
Penyerangan itu, disebut OPM sebagai operasi pembunuhan yang memang direncanakan dan diperintahkan oleh Panglima Kodap IV, Sorong Raya.
"TPNPB bertanggungjawab atas penyerangan ini," kata Juru Bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom dalam keterangan resmi, Kamis (2/9).
Dia menyatakan, upaya tersebut merupakan aksi balasan yang dilakukan OPM dan akan terus berlanjut di wilayah-wilayah lain Papua nantinya.
Kelompok separatis ini bahkan meminta agar aparat TNI-Polri untuk berperang di markas-markas yang jauh dari masyarakat sipil. Ia mendesak, agar militer tak lagi melakukan operasi yang berbuntut pengejara hingga pembunuhan terhadap masyarakat di permukiman.
"Kami yang punya tanah, kami yang punya alam. Kami yang punya hutan, bukan Indonesia," jelas dia.
Namun demikian, di sisi lain, OPM yang dijuluki pemerintah KKB hingga Kelompok Separatis Teroris ini mendesak agar dibuatkan perundingan dengan pemerintah RI untuk mengatasi permasalah itu.
"Kami tegaskan, pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo untuk bersedia dulu di meja perundingan dengan kami tim juru runding tim TPNPB-OPM," ucap dia. (mjo/kid)
💂 CNN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.