Dubes Amerika bersama Adam Malik |
Wartawan AS Sebut Adam Malik Agen CIA
JAKARTA,SENIN-Adam Malik, wakil presiden kedua RI disebut-sebut sebagai
agen CIA (Central Intelligence Agency/dinas rahasia AS). Pahlawan
nasional ini bahkan disebut sebagai pejabat tertinggi yang pernah
direkrut CIA di Indonesia.
Adam Malik yang dijuluki Si Kancil ini mendampingi Presiden Soeharto pada periode 1978-1983. Salah satu pendiri LKBN Antara ini pernah menjadi diplomat kunci dalam kebijakan luar negeri RI awal Orde Baru dan dubes untuk Uni Soviet. Ia meninggal pada September 1984 atau setahun setelah tidak menjabat wakil presiden.
Keterlibatan Adam Malik sebagai agen CIA itu disebutkan wartawan New York Times, Tim Weiner, dalam bukunya Legacy of Ashes, History of the CIA (diterjemahkan menjadi Membongkar Kegagalan CIA).
Dalam buku itu, Weiner mengutip pernyataan pejabat tinggi CIA Clyde McAvoy dalam wawancara pada 2005 yang menjadi bahan buku itu. Disebutkan, McAvoy bertemu Adam Malik pada 1964, atau setahun sebelum prahara politik September 1965. ”Saya merekrut dan mengontrol Adam Malik,” kata McAvoy dalam wawancara waktu itu.
McAvoy mengatakan, setelah berhasil merekrut Adam Malik, ia mendapat persetujuan untuk meningkatkan program rahasia buat mendorong persetujuan operasi rahasia di Indonesia, terutam terkait dengan persaingan di spektrum politik kanan dan kiri.
Weiner, menyebut setelah Adam Malik direkrut Clyde McAvoy menjadi agen CIA, ia berperan menggulingkan Soekarno, dan menumpas PKI. CIA pun membentuk trio yang kelak berkuasa pascatumbangnya Soekarno, yakni Adam Malik, Sultan Hamenglubuwono IX, dan Soeharto.
"Sang Duta Besar mengatakan dia bertemu dengan Adam Malik "di sebuah lokasi rahasia" dan mendapatkan "gambaran sangat jelas tentang apa yang dipikirkan Soeharto dan Adam Malik, serta apa yang mereka usulkan untuk dilakukan" buat membebaskan Indonesia dari komunisme melalui gerakan politik baru yang mereka pimpin, yang disebut Kap_gestapu," tulis Tim Weiner (halaman 331).
Pada pertengahan Oktober 1965, Adam Malik mengirimkan seorang pembantunya ke kediaman perwira politik senior Kedubes AS, Bob Martens, yang pernah bertugas di Moskow, kota tempat Adam Malik pernah bertugas sebagai duta besar.
Martens menyerahkan kepada utusan Adam Malik itu sebuah daftar yang tidak bersifat rahasia, yang berisi nama 67 pemimpin PKI, sebuah daftar yang telah dia rangkum dari kliping-kliping surat kabar. "Dokumen itu sama sekali bukanlah daftar orang yang akan dibunuh," ujar Martens.
Klaim bahwa Adam Malik merupakan agen CIA sangat diragukan sejarawan Asvi Marwan Adam. Asvi beranggapan, selain bahwa klaim itu tidak didukung dokumen yang kuat dan saksi, Adam Malik juga telah meninggal. "Jadi ini hanya pernyataan sepihak pada seseorang yang sudah tidak mungkin memberikan konfirmasi atau jawaban," ujar Asvi, Minggu (23/11).
Asvi menduga, klaim McAvoy untuk itu demi mendongkrak popularitasnya saja. "Akan terdengar luar biasa kan kalau seorang petinggi negara lain pernah dia jadikan agen. Mungkin dia hanya cari nama saja,” kata Asvi.
Asvi juga menyorot bagian dalam buku itu yang menyebut bahwa CIA menggelontor dana sebesar 10.000 dolar AS pada rezim yang dikendalikannya untuk menumpas PKI. "Amerika Serikat berkepentingan dengan pemberantasan komunis, mereka bukan hanya menyumbang uang tapi juga senjata," ujarnya.
Atas terbitnya buku itu, kata Asvi, keluarga Adam Malik dan pemerintah harus bersikap, antara lain dengan mengeluarkan bantahan. Alasan Asvi, Adam Malik adalah tokoh yang harus dijaga nama baiknya. Apalagi saat ini akan dibangun bandara udara di Sumatera Utara bernama Adam Malik. Penarikan buku dari peredaran, kata Asvi juga bisa jadi alternatif untuk menghentikan tuduhan pada Adam Malik ini.
"Mungkin pemerintah melalui departemen sosial dan menteri sekretaris negara harus membantah, kalau perlu menanyakan kepada penulisnya apa bukti, dokumen atau saksi atas pernyataan yang dibuatnya," ujar Asvi.
Sepakat dengan Asvi, pengamat intelijen Wawan Purwanto mengatakan rekrutmen agen CIA tidak mudah dan dilakukan dengan sangat rahasia. Dokumen rekrutmen itu pasti ada.
"Paling tidak ada surat tugas atau surat keputusan yang jelas tentang kebaradaan agen tersebut," ujarnya.
Namun Wawan tidak sepakat dengan gagasan penarikan buku. "Kalau dilakukan akan memperlaris buku, sebab orang jadi bertanya-tanya apa isi buku itu," ujarnya. Menurutnya, yang bisa dilakukan keluarga dan pemerintah adalah klarifikasi. Misalnya dengan menerbitkan buku putih atau paling tidak konferensi pers untuk membantah tuduhan ini.
Gagasan penarikan buku juga dipandang sebelah mata oleh Kejaksaan Agung (Kejagung) yang lebih suka menyerahkan masalah itu kepada keluarga Adam Malik. "Itu masalah pribadi. Belum bisa dikategorikan sebagai menggangu ideologi, politik, sosial, budaya dan pertahanan-keamanan," tegas Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejagung M Jasman Panjaitan.
Lagi pula, menurut Jasman, buku Membongkar Kegagalan CIA tidak termasuk dalam barang cetakan yang mengganggu ketertiban umum yang selama ini dijadikan patokan Kejagung untuk membredel buku. Kendati demikian, apabila pihak keluarga Adam Malik merasa keberatan, mereka bisa mengadukan ke Kejagung.(jbp/yls/ti)
Adam Malik yang dijuluki Si Kancil ini mendampingi Presiden Soeharto pada periode 1978-1983. Salah satu pendiri LKBN Antara ini pernah menjadi diplomat kunci dalam kebijakan luar negeri RI awal Orde Baru dan dubes untuk Uni Soviet. Ia meninggal pada September 1984 atau setahun setelah tidak menjabat wakil presiden.
Keterlibatan Adam Malik sebagai agen CIA itu disebutkan wartawan New York Times, Tim Weiner, dalam bukunya Legacy of Ashes, History of the CIA (diterjemahkan menjadi Membongkar Kegagalan CIA).
Dalam buku itu, Weiner mengutip pernyataan pejabat tinggi CIA Clyde McAvoy dalam wawancara pada 2005 yang menjadi bahan buku itu. Disebutkan, McAvoy bertemu Adam Malik pada 1964, atau setahun sebelum prahara politik September 1965. ”Saya merekrut dan mengontrol Adam Malik,” kata McAvoy dalam wawancara waktu itu.
McAvoy mengatakan, setelah berhasil merekrut Adam Malik, ia mendapat persetujuan untuk meningkatkan program rahasia buat mendorong persetujuan operasi rahasia di Indonesia, terutam terkait dengan persaingan di spektrum politik kanan dan kiri.
Weiner, menyebut setelah Adam Malik direkrut Clyde McAvoy menjadi agen CIA, ia berperan menggulingkan Soekarno, dan menumpas PKI. CIA pun membentuk trio yang kelak berkuasa pascatumbangnya Soekarno, yakni Adam Malik, Sultan Hamenglubuwono IX, dan Soeharto.
"Sang Duta Besar mengatakan dia bertemu dengan Adam Malik "di sebuah lokasi rahasia" dan mendapatkan "gambaran sangat jelas tentang apa yang dipikirkan Soeharto dan Adam Malik, serta apa yang mereka usulkan untuk dilakukan" buat membebaskan Indonesia dari komunisme melalui gerakan politik baru yang mereka pimpin, yang disebut Kap_gestapu," tulis Tim Weiner (halaman 331).
Pada pertengahan Oktober 1965, Adam Malik mengirimkan seorang pembantunya ke kediaman perwira politik senior Kedubes AS, Bob Martens, yang pernah bertugas di Moskow, kota tempat Adam Malik pernah bertugas sebagai duta besar.
Martens menyerahkan kepada utusan Adam Malik itu sebuah daftar yang tidak bersifat rahasia, yang berisi nama 67 pemimpin PKI, sebuah daftar yang telah dia rangkum dari kliping-kliping surat kabar. "Dokumen itu sama sekali bukanlah daftar orang yang akan dibunuh," ujar Martens.
Klaim bahwa Adam Malik merupakan agen CIA sangat diragukan sejarawan Asvi Marwan Adam. Asvi beranggapan, selain bahwa klaim itu tidak didukung dokumen yang kuat dan saksi, Adam Malik juga telah meninggal. "Jadi ini hanya pernyataan sepihak pada seseorang yang sudah tidak mungkin memberikan konfirmasi atau jawaban," ujar Asvi, Minggu (23/11).
Asvi menduga, klaim McAvoy untuk itu demi mendongkrak popularitasnya saja. "Akan terdengar luar biasa kan kalau seorang petinggi negara lain pernah dia jadikan agen. Mungkin dia hanya cari nama saja,” kata Asvi.
Asvi juga menyorot bagian dalam buku itu yang menyebut bahwa CIA menggelontor dana sebesar 10.000 dolar AS pada rezim yang dikendalikannya untuk menumpas PKI. "Amerika Serikat berkepentingan dengan pemberantasan komunis, mereka bukan hanya menyumbang uang tapi juga senjata," ujarnya.
Atas terbitnya buku itu, kata Asvi, keluarga Adam Malik dan pemerintah harus bersikap, antara lain dengan mengeluarkan bantahan. Alasan Asvi, Adam Malik adalah tokoh yang harus dijaga nama baiknya. Apalagi saat ini akan dibangun bandara udara di Sumatera Utara bernama Adam Malik. Penarikan buku dari peredaran, kata Asvi juga bisa jadi alternatif untuk menghentikan tuduhan pada Adam Malik ini.
"Mungkin pemerintah melalui departemen sosial dan menteri sekretaris negara harus membantah, kalau perlu menanyakan kepada penulisnya apa bukti, dokumen atau saksi atas pernyataan yang dibuatnya," ujar Asvi.
Sepakat dengan Asvi, pengamat intelijen Wawan Purwanto mengatakan rekrutmen agen CIA tidak mudah dan dilakukan dengan sangat rahasia. Dokumen rekrutmen itu pasti ada.
"Paling tidak ada surat tugas atau surat keputusan yang jelas tentang kebaradaan agen tersebut," ujarnya.
Namun Wawan tidak sepakat dengan gagasan penarikan buku. "Kalau dilakukan akan memperlaris buku, sebab orang jadi bertanya-tanya apa isi buku itu," ujarnya. Menurutnya, yang bisa dilakukan keluarga dan pemerintah adalah klarifikasi. Misalnya dengan menerbitkan buku putih atau paling tidak konferensi pers untuk membantah tuduhan ini.
Gagasan penarikan buku juga dipandang sebelah mata oleh Kejaksaan Agung (Kejagung) yang lebih suka menyerahkan masalah itu kepada keluarga Adam Malik. "Itu masalah pribadi. Belum bisa dikategorikan sebagai menggangu ideologi, politik, sosial, budaya dan pertahanan-keamanan," tegas Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejagung M Jasman Panjaitan.
Lagi pula, menurut Jasman, buku Membongkar Kegagalan CIA tidak termasuk dalam barang cetakan yang mengganggu ketertiban umum yang selama ini dijadikan patokan Kejagung untuk membredel buku. Kendati demikian, apabila pihak keluarga Adam Malik merasa keberatan, mereka bisa mengadukan ke Kejagung.(jbp/yls/ti)
Itu Lumrah-lumrah Saja
Jakarta Mantan Wakil Presiden Adam Malik ditulis sebagai agen CIA dalam
buku karya Tim Weiner berjudul "Membongkar Kegagalan CIA." Dalam konteks
perang dingin, penyebutan seperti itu lumrah-lumrah saja.
"Jangan lupa konteks tahun 60-an itu konteks perang dingin. Waktu itu, Amerika Serikat (AS) akan mendukung siapa pun yang anti komunis. Dan Adam Malik itu anti komunis tulen. Saya kira itu lumrah-lumrah saja," ujar peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dewi Fortuna Anwar.
Hal itu disampaikan dia di sela-sela acara penganugerahan Habibie Award 2008 di Hotel Gran Melia, Jl HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (25/11/2008) malam.
Kendati demikian, Dewi mengingatkan agar masyarakat tidak serta merta mengatakan bahwa Adam Malik adalah agen CIA.
"Tapi kalau seorang tokoh anti komunis Indonesia didukung AS bukan berarti dia bekerja untuk AS. Dia bekerja untuk Indonesia," jelasnya.
Lalu bagaimana dengan buku Tim Weiner yang menyebutkan bahwa Adam Malik seorang agen? "Saya sama sekali tidak percaya," tandas Dewi yang juga tergabung dalam The Habibie Center ini. (alf/irw)
"Jangan lupa konteks tahun 60-an itu konteks perang dingin. Waktu itu, Amerika Serikat (AS) akan mendukung siapa pun yang anti komunis. Dan Adam Malik itu anti komunis tulen. Saya kira itu lumrah-lumrah saja," ujar peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Dewi Fortuna Anwar.
Hal itu disampaikan dia di sela-sela acara penganugerahan Habibie Award 2008 di Hotel Gran Melia, Jl HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (25/11/2008) malam.
Kendati demikian, Dewi mengingatkan agar masyarakat tidak serta merta mengatakan bahwa Adam Malik adalah agen CIA.
"Tapi kalau seorang tokoh anti komunis Indonesia didukung AS bukan berarti dia bekerja untuk AS. Dia bekerja untuk Indonesia," jelasnya.
Lalu bagaimana dengan buku Tim Weiner yang menyebutkan bahwa Adam Malik seorang agen? "Saya sama sekali tidak percaya," tandas Dewi yang juga tergabung dalam The Habibie Center ini. (alf/irw)
Habibie : Adam Malik Pejuang
Jakarta Penyebutan mantan Wakil Presiden RI Adam Malik sebagai agen CIA
dalam buku 'Membongkar Kegagalan CIA' karangan Tim Weiner terus menuai
polemik. Banyak kalangan yang keberatan terhadap isi di buku itu, tak
terkecuali mantan presiden RI BJ Habibie. Menurut Habibie, Adam Malik
adalah seorang pejuang.
"Adam Malik itu pejuang. Karyanya tidak perlu diragukan lagi. Tidak bisa kita terima begitu saja sementara beliau tidak ada," jelasnya usai menghadiri penganugerahan Habibie Award 2008 di hotel Gran Melia, Jl HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (25/11/2008) malam.
Habibie yang datang didampingi istrinya, Ainun Habibie, mengemukakan bahwa tuduhan bahwa Adam Malik seorang agen intelijen asing yang justru mucul setelah yang bersangkutan meninggal adalah tidak pantas.
"Tidak pantas bagi orang yang berbudaya," tambahnya.
Lantas, apakah hal tersebut sengaja dimunculkan agar memancing sensasi? "Saya tidak tahu. Yang jelas buat saya, Adam Malik itu pejuang." ujar Habibie (alf/irw)
"Adam Malik itu pejuang. Karyanya tidak perlu diragukan lagi. Tidak bisa kita terima begitu saja sementara beliau tidak ada," jelasnya usai menghadiri penganugerahan Habibie Award 2008 di hotel Gran Melia, Jl HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (25/11/2008) malam.
Habibie yang datang didampingi istrinya, Ainun Habibie, mengemukakan bahwa tuduhan bahwa Adam Malik seorang agen intelijen asing yang justru mucul setelah yang bersangkutan meninggal adalah tidak pantas.
"Tidak pantas bagi orang yang berbudaya," tambahnya.
Lantas, apakah hal tersebut sengaja dimunculkan agar memancing sensasi? "Saya tidak tahu. Yang jelas buat saya, Adam Malik itu pejuang." ujar Habibie (alf/irw)
Partai Demokrat Tak Setuju Buku Tim Weiner Ditarik
Jakarta Isu kontroversial Adam Malik agen CIA yang dilansir buku
'Membongkar Kegagalan CIA' tidak perlu disikapi dengan berlebihan. Buku
Tim Weiner tersebut tidak perlu ditarik atau pun dibredel.
"Kita tidak perlu tergopoh-gopoh oleh buku kontroversional tersebut. Tidak perlu dibesar-besarkan dan menjadi guncangan sejarah. Rakyat saya yakin tidak percaya dengan isi tuduhan itu," kata Ketua Departemen Politik Partai Demokrat Anas Urbaningrum kepada detikcom, Selasa (25/11/2008).
Isu mantan Wapres Indonesia sebagai agen CIA sebaiknya dilawan dengan buku. Pihak Indonesia sebaiknya menyiapkan buku yang lebih baik, datatif, lengkap dan jelas menggambarkan sosok Adam Malik. "Buku lebih baik dilawan dengan buku. Bukan dengan penarikan atau pembreidelan," kata Anas.
Kalau bredel yang diutamakan, tidak lagi sejalan dengan atmosfir kebebasan. "Rakyat Indonesia sudah cerdas dan tidak gampang dipengaruhi oleh buku-buku yang belum tentu benar datanya," pungkasnya.(iy/nrl)
"Kita tidak perlu tergopoh-gopoh oleh buku kontroversional tersebut. Tidak perlu dibesar-besarkan dan menjadi guncangan sejarah. Rakyat saya yakin tidak percaya dengan isi tuduhan itu," kata Ketua Departemen Politik Partai Demokrat Anas Urbaningrum kepada detikcom, Selasa (25/11/2008).
Isu mantan Wapres Indonesia sebagai agen CIA sebaiknya dilawan dengan buku. Pihak Indonesia sebaiknya menyiapkan buku yang lebih baik, datatif, lengkap dan jelas menggambarkan sosok Adam Malik. "Buku lebih baik dilawan dengan buku. Bukan dengan penarikan atau pembreidelan," kata Anas.
Kalau bredel yang diutamakan, tidak lagi sejalan dengan atmosfir kebebasan. "Rakyat Indonesia sudah cerdas dan tidak gampang dipengaruhi oleh buku-buku yang belum tentu benar datanya," pungkasnya.(iy/nrl)
Panglima TNI Tidak Percaya Adam Malik Agen CIA
Jakarta Adam Malik disebut sebagai agen CIA dalam buku karya Tim Weiner.
Namun, Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso tidak mempercayainya. Bagi
Djoko, mantan wapres itu seorang pejuang.
"Isu tentang almarhum sebagai agen CIA, saya rasa tidak, karena dia seorang pejuang demi kepentingan negara dan bangsa. Jadi saya tidak percaya itu," kata Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso.
Hal ini disampaikan Djoko di sela-sela jumpa pers evaluasi TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) di Mabes Angkatan Darat, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Rabu (26/11/2008).
Tim Weiner dalam bukunya 'Legacy of Ashes the History of CIA' menyebutkan Adam Malik sebagai agen CIA.
Bukti ini berdasarkan ribuan arsip CIA yang pernah dibuka terkait perang dingin melawan komunisme, termasuk di Indonesia.
Selain Adam Malik, di dalam buku itu Tim Weiner juga menulis sejumlah bantuan kepada ABRI (sekarang TNI), khususnya AD untuk melawan kekuatan komunisme. Dana itu diberikan dengan dalih untuk membeli berbagai peralatan kesehatan dan obat-obatan. (zal/aan)
"Isu tentang almarhum sebagai agen CIA, saya rasa tidak, karena dia seorang pejuang demi kepentingan negara dan bangsa. Jadi saya tidak percaya itu," kata Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso.
Hal ini disampaikan Djoko di sela-sela jumpa pers evaluasi TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) di Mabes Angkatan Darat, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Rabu (26/11/2008).
Tim Weiner dalam bukunya 'Legacy of Ashes the History of CIA' menyebutkan Adam Malik sebagai agen CIA.
Bukti ini berdasarkan ribuan arsip CIA yang pernah dibuka terkait perang dingin melawan komunisme, termasuk di Indonesia.
Selain Adam Malik, di dalam buku itu Tim Weiner juga menulis sejumlah bantuan kepada ABRI (sekarang TNI), khususnya AD untuk melawan kekuatan komunisme. Dana itu diberikan dengan dalih untuk membeli berbagai peralatan kesehatan dan obat-obatan. (zal/aan)
- sumber Kompas dan detik -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.