Ketangguhan panser V-150 dalam opersai memang tak perlu diragukan lagi. Salah satu fungsinya sebagai kendaraan lapis baja yang melindungi operatornya sudah teruji.
Panser V-150 TNI AD |
Ⓗal itulah yang dialami Kopka Mohammad Noer, salah satu prajurit Yonkav 7/Sersus yang pada saat itu masih berpangkat Prajurit Satu, bertugas di Kamboja. Prajurit ini mengaku sangat bangga ketika dirinya terpilih menjadi salah satu prajurit TNI yang menjadi anggota Pasukan Perdamaian Persekutuan Bangsa-Bangsa (PBB) yang tergabung dalam Pasukan Kontingen Garuda XII D (Konga) di Kamboja pada tahun 1992 - 1993.
"Di Kamboja saya bertugas sebagai tamtama pelayan radio," ujar M Noer. Dalam penugasannya, dia punya pengalaman yang takkan terlupakan seumur hidupnya.
Saat bertugas patroli, prajurit kavaleri ini terkena ranjau anti tank dan terselamatkan nyawanya oleh ranpur panser V-150. "Kalau saya dan tentara lain tidak berada di dalam panser, mungkin saya tidak hidup sekarang ini," paparnya.
Kopka Mohamad Noer mengisahkan pengalamannya ini dimulai saat bertugas pada bulan kelima tepatnya bulan Oktober yang berada di kamboja Utara.
Pada hari jum'at kira-kira pukul 10.00 pagi waktu setempat, dia di tugaskan oleh komandannya untuk mengawal pasukan PBB dari Bulgaria dari Stoeng menuju Temai yang berjarak 120 km. Pasukan mereka terdiri dari dua ranpur panser V-150 ditambah satu kendaraan Unimog yang mengangkut satu regu kompi A.
Saat mereka mulai bergerak dari posnya menuju suatu tempat daerah di Prolai, Kamboja Utara, di jalan mereka menerima informasi bahwa ada jembatan yang di bom. Ketika pasukan tengah beriringan, mereka juga mendapat informasi yang sama, saat berpapasan dengan petugas keamanan setempat atau KEVB. "Mereka bilang dalam bahasa mereka, mintum...mintum. Tapi, kami tidak terlalu menghiraukan karena kami tidak tahu artinya kata yang mereka ucapkan," ujar M Noer. Di belakang hari baru dia tahu kalau artinya "Ada bom disana".
Jalan yang mereka lewati memang tidak terlalu mulus karena memang jalan pedesaan itu agak rusak dan becek, banyak yang tergenang air.
Pada saat mereka akan melewati daerah yang tergenang air, ban belakang ranpur panser V-150 terkena ranjau anti tank. "Saya yang berada di dalam panser dan teman-teman tadinya tidak sadar kalau kena ranjau. Karena yang kami rasakan saat itu, beberapa detik kendaraan seperti terpental melayang saja," paparnya.
Namun, tambah M Noer, ketika temannya yang berada di atas ranpur senjatanya terpental, baru mereka sadar kalau mereka terkena ranjau anti tank dengan kekuatan cukup besar. "Saat kami lihat lubang tempat ranjau meledak, kira-kira meninggalkan lubang sampai sedalam satu meter dan lebar setengah meter," katanya. Lima anggota yang berada dalam panser tidak mengalami luka serius tapi hanya lecet ringan karena terbentur bodi kendaraan.
Lalu mereka keluar dan melihat ban belakang panser sudah tidak utuh lagi, mesin rusak parah tapi kondisi fisik tidak mengalami kerusakan berarti. Sebagai tamtama pelayan radio, M Noer langsung melapor ke kompi bahwa pasukan mereka terkena ranjau. Dia mengalami keberuntungan karena radio tidak mengalami kerusakan meski terkena goncangan yang lumayan. Setelah itu, mereka di evakuasi ke mobil yang ada di belakang dan tak lama kemudian pansernya dievakuasi dengan Helikopter.
Dari pengalaman yang di peroleh prajurit ini, M Noer mengaku bahwa kendaraan tempur panser ini memang di rancang untuk melindungi pasukan yang mengoperasikannya. "Saya benar-benar diselamatkan oleh panser V-150." tambah Kopka Mohammad Noer.
Panser V-150 Konga |
(sumber Majalah Defender, edisi september 2007)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.