Induk Semang Kapal Selam TNI AL
KRI Ratulangi |
Untuk segmen kapal permukaan, sebenarnya ada beberapa nama kapal perang TNI AL lainnya yang juga fenomenal di masa tersebut. Sebut saja salah satunya adalah KRI Ratulangi (RLI), kapal yang disebut kapal tender kapal selam ini punya peran penting pada masa operasi Trikora sampai operasi Seroja di tahun 70-an.
Di
Era Trikora, Indonesia mempunyai alutsista yang membuat negara tetangga
segan, Di Udara kita mempunyai pesawat-pesawt yang canggih di masa itu,
bahkan ada beberapa pesawat yang hanya dipunyai pembuatnya dan tidak
dijual ke negara manapun, hanya ke Indonesia.
Di
Laut pun kita mempunyai kapal berbagai jenis, termasuk 12 kapal selam
kelas Wishkey buatan Uni Soviet. Karena membutuhkan alutsista yang
mumpuni, maka Indonesia berusaha melobi negara maju seperti Amerika dan
Rusia.
Untuk
mengoperasikan armada kapal selam tersebut, Indonesia memerlukan kapal
yang khusus mendukung dan mengontrol operasi taktis kapal selam, semacam
kapal induk kapal selam. Karenanya ALRI membeli kapal khusus untuk
keperluan kapal selam dari Uni Soviet bernama Kapal Ratulangi.
Keberadaannya sangat diperlukan untuk menyuplai logistik, merawat, dan
memperbaiki peralatan kapal di laut, serta tersedianya fasilitas medik
untuk keperluan awak kapal selam. Jadi kapal-kapal tersebut tidak perlu
berlabuh ke daratan. Ini sangat berguna karena keberadaan kapal selam
yang misterius dan agar tidak mudah dilacak oleh lawannya.
Suplai
logistik yang diberikan kepada kapal selam, pengisian bahan bakar,
ganti oli pelumas, isi air suling elektrolit baterai, suku cadang dan
peralatan tempur seperti torpedo, ranjau laut dan amunisi. Selain itu
juga penyediaan bahan makanan dan persediaan air minum bagi awak kapal
selam untuk bertugas.
Bila
kapal selam sedang merapat di kapal Ratulangi untuk pengisian logistik
atau perawatan di laut, maka kapal Ratulangi ini berfungsi sebagai
tempat peristirahatan para awak kapal selam yang sedang tidak aktif
tersebut.
KRI
Ratulangi ini merupakan kapal tender Don Class. Don Class mulai
diproduksi pada tahun 1958 sampai 1961. Tercata Don Class pernah
diproduksi sebanyak 7 kapal, yang salah satunya di gunakan oleh ALRI.
Kapal tender jenis Don Class ini mampu melayani 6 kapal selam dalam
operasinya.
Pembelian
kapal ini termasuk sepaket dengan pengadaan 12 kapal selam kelas
Whiskey, dalam kesepakatan yang di lakukan oleh Nasution waktu itu
tertera bahwa Indonesia akan menerima 2 kapal tender kapal selam.
Satunya lagi bernama KRI Thamrin (THR) yang merupakan Atrek Class. Kedua
kapal tender ini tiba di Idonesia setelah koflik Irian Barat hampir
selesai.
Kedua
kapal ini baru bertugas setelah Indonesia terlibat konfrontasi dengan
Malaysia. Kapal Ratulangi ini bertugas hingga tahun 1980-an dan
berfungsi sebagai kapal markas maupun sebagai kapal perang.
Karena
politik kita yang berubah saat itu, Indonesia mendapat embargo militer
dari Uni Soviet, sehingga banyak kapal yang tidak dapat beroperasi
karena kekurangan suku cadang, tapi kapal KRI Ratulangi tetap beroprasi
dengan proses kanibalisasi suku cadang dari kapal perang yang lain.
Kedepan
keberadaan kapal tender ini sangat diperlukan untuk membantu keperluan
kapal selam khususnya atau kapal perang lainnya di laut.
Nomor lambung kapal ini sedikit berbeda dengan lainnya, mungkin karena berfungsi sebagai kapal penunjang operasi kapal selam maka memiliki nomor lambung 400. Nomor lambung dengan kepala 4 biasanya hanya untuk kapal selam bukan kapal perang permukaan. Namun kapal ini juga terlihat dengan nomor lambung 4101, bahkan ada foto lainnya yang menggambarkan kapal ini dengan nomor lambung 552.
Nomor lambung kapal ini sedikit berbeda dengan lainnya, mungkin karena berfungsi sebagai kapal penunjang operasi kapal selam maka memiliki nomor lambung 400. Nomor lambung dengan kepala 4 biasanya hanya untuk kapal selam bukan kapal perang permukaan. Namun kapal ini juga terlihat dengan nomor lambung 4101, bahkan ada foto lainnya yang menggambarkan kapal ini dengan nomor lambung 552.
Mesin
KRI
Ratulangi ditenagai mesin diesel listrik, denga diesel listrik olah
gerak kapal ini menjadi lebih lincah dan efektif. Diesel utama memutar
generator, dan generator menghasilkan tenaga listrik. Tenaga listrik
memutar elektro motor, dan selanjutnya elektro motor memutar poros
baling-baling yang ujungnya terpasang daun baling-baling. KRI Ratulangi
memiliki dua poros baling-baling yang memutar pada sisi kanan dan kiri.
Desain
Desain
KRI Ratulangi sepintas lebih mirip kapal penumpang dibanding kapal
perang, sebab lambung kapal dibuat tinggi dengan banyak jendela kedap.
Kapal ini terdapat fasilitas bengkel dan gudang menjadikan kapal ini
layaknya depot. Fungsi kapal sebagai induk semangnya kapal selam, pada
ujung haluan terdapat sebuah katrol berukuran besar dengan daya angkat
sampai 300 ton. Katrol ini diperlukan untuk perbaikan baling-baling dan
sistem poros kapal selam dengan jalan menggulingkan kapal selam kedepan,
sehingga baling-baling mencuat ke permukaan.
Satu
hal lagi, tidak jelas pula bagaimana nasib akhir KRI Ratulangi, apakah
kapal tender tersebut berakhir sebagai besi tua, atau dijadikan sasaran
latihan tembak.
Spesifikasi KRI Ratulangi
Pabrik : Nikolayev shipyard
Dimensi : 140 x 17,7 x 6,4 m
Berat Standar : 6.800 ton
Berat Penuh : 9.000 ton
Awak : 300 – 450 orang
Jarak Jelajah : 21.000 Km pada kecepatan 10 knot
Lama berlayar tanpa bekal ulang : 40 hari
Lama berlayar tanpa bekal ulang : 40 hari
Kecepatan max : 17 knot
Fasilitas Sensor : Radar Hawk Screech, Slim Net, 2 x Watch Dog ECM system dan Vee Cone Communication System.
Persenjataan :
Meriam : 4 – 100mm guns (4×1, dalam 4 turret), 8 - 57mm guns (AAA)
Kapasitas Torpedo : 42 torpedoes 533 mm
- sumber indomiliter -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.