Operasi Rajawali Yonif Linud 328
Pasukan TNI AD dalam Trikora (Foto supermarine) |
Di
tengah malam buta puluhan pasukan Yonif Linud 328 melayang-layang di
atas wilayah Irian Barat. Mereka diterjunkan dengan target merebut
kembali wilayah Irian Barat dari tangan penjajah Belanda. Tapi ketika
mendarat di tempat yang asing, di atas pepohonan yang tinggi, prajurit
Yonif Linud 328 ternyata harus bertempur telebih dahulu melawan ganasnya
alam liar Papua.
Pada
masa Trikora, Yonif Linud 328 mendapat tugas untuk melancarkan operasi
militer di irian Barat dengan nama Operasi Rajawali. Pasukan ini
berkekuatan 70 personil Yonif Linud 328 dan akan diterjunkan melalui
udara dengan pimpinan Pelda Atma. Tugas Tim Rajawali ini untuk membantu
dan memperkuat pasukan-pasukan tempur yang telah berhasil menyusup ke
Irian Barat, khususnya wilayah Kaimana yang berhutan lebat.
Sebelum
penugasan dimulai, Tim Rajawali mendapat latihan khusus, seperti
menggunakan senjata peluncur roket (RPG) dan perlengkapan logistik.
Setelah tim dirasa cukup latihan, maka mereka di berangkatkan melalui
Lanud Husein Sastranegara, Bandung menuju Lanud Halim Perdanakusuma
terus menuju Makasar dan beristirahat sejenak di Ambon dengan
menggunakan pesawat udara. Setelah beristirahat cukup, pasukan
diberangkatkan dari Lanud Pattimura, Ambon menuju titik sasaran dan
diterjunkan di dropping zone (DZ) pukul 03.00 pagi.
Penerjunan
ini beresiko sangat tinggi karena kurangnya informasi lapangan. Tim
Rajawali tetap diterjunkan di wilayah hutan lebat yang masih asing
tersebut. Tim Rajawali direncanakan akan diterjunkan di atas laut,
sehingga pasukan diharapkan dapat mendarat di pantai.
Karena
Tim Rajawali membawa bekal dan persenjataan yang berat, maka terjadi
pergeseran waktu operasi penerjunan. Hampir semua personil Tim Rajawali
mendarat di pohon yang tinggi dan harus menunggu sampai fajar untuk
turun dengan selamat.
Untuk
turun dari pohon yang tinggi, pasukan Rajawali menggunakan tali maupun
parasut cadangan dan ternyata bukan cara yang mudah. Salah sau personil
Rajawali, Prada S Ismail gugur karena jatuh dari ketinggian. Selain itu
jarak pasukan Rajawali ini cukup berjauhan, sehingga cukup lama untuk
bisa bertemu dan berkumpul menjadi satu tim tempur. Setiap personil
berusaha keras untuk bisa menemukan rekan-rekannya dan Komandan Regu 3,
Serda Ilyas hilang dan dinyatakan gugur.
Usaha konsolidasi
Pasukan TNI di hutan Papua (Foto supermarine) |
Usaha
demi usaha dilakukan untuk dapat menemukan rekan-rekannya, salah
satunya mereka membunyikan suara letusan senapan, supaya terdengar
lainnya dan berharap saling mendekati untuk mencari suara tersebut.
Upaya inipun sebenarnya sangat beresiko, karena dapat terdengar oleh
pasukan patroli Belanda.
Cukup
memakan waktu yang lama untuk melakukan konsolidasi. Selain mencari
rekannya, mereka juga melakukan observasi, serta mencari bahan makanan
untuk survival. Kontak tembak dengan Belanda pun sering terjadi, bila
mereka dengan tidak sengaja berpapasan dengan pasukan patroli Belanda.
Posisi Tim Rajawali sempat di ketahui hingga mendapat hadiah dari
Belanda berupa serangan mortir dan meriam.
Usaha
untuk konsolidasi oleh tim Rajawali akhirnya berhasil dan merupakan
suatu prestasi setelah sekian lama berjuang keras dibelantara yang
ganas, maupun buruan dari pihak Belanda yang suka memberi hadiah kejutan
berupa ledakan mortir. Tercatat dari semua personil yang beranggotakan
70 orang yang di terjunkan, 42 orang berhasil berkumpul , 13 orang
tertangkap pasukan Belanda dan sisanya 15 orang dinyatakan hilang, yang
kemudian dianggap gugur dalam tugas. Setelah berkumpul Tim Rajawali
segera membentuk satuan tempur dan siap melancarkan serangan terhadap
Belanda.
Dengan
diketemukannya koli logistik, Tim Rajawali akhirnya memiliki radio,
sehingga dapat melakukan komunikasi dan mendapat informasi terkini
mengenai medan tugas di Irian Barat. Pada 23 Agustus 1962 pukul 22.00
dari radio tersebut, mereka mendapat informasi jika Belanda telah
melakukan gencatan senjata dengan sandi vurdah. Komandan Kompi dengan
pimpinan Pratu Supriyani memerintahkan Oratu Basir untuk membuat rakit
dari batang pisang dan menyebrang ke wilayah yang diduduki lawan dengan
tujuan mencari informasi kepastian gencatan senjata tersebut. Misi
berhasil sehingga Tim Rajawali dapat memastikan keadaan sudah aman.
Selanjutnya
target mereka adalah menemukan sisa-sisa pasukan yang telah menyusup ke
Irian Barat dan usaha inipun berhasil dengan diketemukannya sejumlah
pasukan dari satuan Yon 454, RPKAD, PGT maupun Yon 328 lainnya dengan
total sebanyak 530 orang.
Bersamaan
dengan penyerahan Belanda ke pangkuan RI lewat diplomasi PBB, Tim
Rajawali berserta pasukan lainnya siap diangkut dengan kapal laut menuju
Ambon. Akhirnya tanggal 15 Januari 1963 pukul 07.00 semua pasukan
diberangkatkan menuju Ambon, kemudian ke Makasar dan selanjutnya menuju
Tanjung Priok, Jakarta. Setelah beristirahat selama 15 hari, Tim
Rajawali tiba kembali ke satuannya di Bandung, tanggal 20 februari 1963.
tercatat semua mendapat Kenaikan Pangkat Luar Biasa (KPLB).
Biarpun
misi ke Irian Barat tidak terjadi pertempuran yang besar antara pasukan
Belanda dan RI, operasi penyusupan yang dilakukan berbagai satuan ini
membukakan mata dunia internasional, bahwa kekuatan militer Indonesia
saat itu tidak bisa diabaikan.
Melihat
keberanian pasukan RI dengan banyaknya penyusupan di wilayah Belanda,
dianggap spektakuler karena tingkat resiko dan bahaya yang tinggi.
Operasi pernerjunan inipun selalu di ingat karena merupakan sejarah yang
fenomenal bagi satuan militer Para TNI.
- sumber Angkasa -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.