25 September 2011
Bom bunuh diri Solo
27 September 2011
Pengebom Solo Mirip Hayat
Pengobatan Korban Ditanggung Pemerintah
Selasa, 8 Mei 2012
Penangkapan 12 Terduga Teroris Terkait Jaringan Solo
TRIBUNNEWS.COM,
JAKARTA - Detaseman Khusus (Densus) Antiteror 88 melakukan penangkapan terhadap dua orang warga yang diduga terkait dengan kasus bom Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton,Solo, September tahun lalu.
Keduanya adalah Rezki Dian Furqoni alias Kuncung dan Teguh alias Parkit. Kedua orang tersebut ditangkap di dua lokasi berbeda.
Begitu mendengar kabar penangkapan, Rudi Hartono, ayah Rezki Dian langsung mendatangi Polresta Solo. Didampingi oleh Humas Laskar Umat Islam Surakarta (LUIS), Endro Sudarsono, pria 44 tahun itu langsung tergesa-gesa masuk lewat pintu ruang Satreskrim.
Sekitar 15-an menit, Rudi pun keluar dari ruang. Langkahnya tak secepat ketika masuk, tatapan matanya kosong, dan beberapa kali memegangi jidad.
“Kedatangan saya ke sini untuk memastikan apakah anak saya memang ditangkap Densus. Tadi diberitahu oleh pihak Polres jika kabar itu memang benar,” kata Rudi menggunakan nada bicara lirih, Jumat (11/5/2012).
Ia lantas menghela nafas panjang mencoba tegar. Sebab ia baru saja meninggalkan sang istri di rumah sakit yang sedang melahirkan. Kabar itu penangkapan itu pun tak ia beritahukan pada istri karena takut shock.(*)(tribunnews)
Bom bunuh diri Solo
SEORANG
pelaku bom bunuh diri meledakkan dirinya di Gereja Bethel Injil Sepenuh
(GBIS) Jebres, Solo, Jawa Tengah, pada hari Minggu 25 September 2011.
Mabes Polri menjelaskan kronologi bom bunuh diri dari pelaku yang ikut
menjadi jemaah di gereja yang terletak di Jalan Arif Rahman Hakim.
Anton Bachrul Alam, Kepala Divisi Humas POLRI memaparkan peledakan bom terjadi pada pukul 10.53 WIB. Saat itu jemaah di GBIS Jebres telah selesai melakukan ibadah. Menurut saksi, pelaku terlihat ikut keluar dari dalam gereja & tiba di pintu keluar utama gereja & langsung meledakkan dirinya.
Pelaku bom bunuh diri pun langsung tewas di tempat kejadian perkara (TKP). Kondisi jasad korban rusak akibat ledakan bom, usus-usus di dalam tubuh pelaku juga ikut berhamburan. Saat ini jenazah pelaku masih di TKP. Mengenai identitas pelaku, ia mengaku polisi masih melakukan penyelidikan.
Sebanyak 22 korban bom bunuh diri di Gereja Kepunton, Kota Solo, Minggu, dirawat di 2 rumah sakit.
Jumlah korban luka yang dirawat di RS Oen, Solo akibat ledakan bom bunuh diri tercatat 19 orang, 3 lainnya di RS Brayat Minolyo, Solo.
Menurut Kepala Pelayanan UGD RS Oen, Solo, Dokter Rudi Handoyo, 11 di antara 19 korban ledakan bom yang dirawat di RS itu harus menjalani operasi, sedangkan delapan orang rawat jalan.
"Pasien yang operasi karena kemasukan benda asing di tubuhnya seperti mur, baut, serpihan, & paku ukuran sekitar 4 cm & 8 pasien rawat jalan mayoritas karena sakit gangguan pendengarannya," katanya. Menurut dia, salah satu pasiennya memang kritis, karena ada benda asing yang masuk hingga jaringan otaknya. "Kami memang tidak bisa menyebutkan alamat pasien itu, krn harus mengikuti aturan," katanya.
Nama korban yang dirawat di RS Oen, Solo, yakni Noviati (27), Septi Roidik (22), Restiono (35), Yulianti (78), warga Jalan Amarta K-11 Gading Permai Solo, Delviana (18), warga Jalan Tambora 15 Solo, Haryoko (78), warga Ledoksari Jebres Solo, Febi Pilang (57), warga Mojosongo Jebres, Solo.
Korban rawat inap di RS Oen lainnya, yakni Gon Sin Huan (52), Stefanus Suritno (73), Febriana (44), warga Malabar Raya 12 Mojosongo Solo, dan Olivia Putri Yustini (16), warga Purwodiningratan Jebres, Solo.
Delapan orang rawat jalan, yakni Ferdianta (19), Belarmin Boris (18), Sugiyanto (48), Agus Susanto (23), Evi (40) Yohana (15), Beni Tri S (32), dan Anggraeni Risti (15).
"11 pasien menjalani operasi, 3 orang di antaranya sudah selesai," katanya. Menurut dia, pasien akibat ledakan bom tersebut ada yang luka di tubuh, pipi, kaki, dan tangan. Mereka mayoritas terkena benda asing seperti serpihan, paku, mur, & baut.Jumlah korban ledakan bom bunuh diri yang dirawat RS Brayat Minolyo Solo tercatat 3 orang yakni Soni Kusworo (32), Kardiana Deni Santoso, keduanya warga Lampo Batang Barat, Mojosongo, Solo, dan Gresiana (18), warga Jalan Ahmad Yani 27 Gondang, Solo.
Anton Bachrul Alam, Kepala Divisi Humas POLRI memaparkan peledakan bom terjadi pada pukul 10.53 WIB. Saat itu jemaah di GBIS Jebres telah selesai melakukan ibadah. Menurut saksi, pelaku terlihat ikut keluar dari dalam gereja & tiba di pintu keluar utama gereja & langsung meledakkan dirinya.
Pelaku bom bunuh diri pun langsung tewas di tempat kejadian perkara (TKP). Kondisi jasad korban rusak akibat ledakan bom, usus-usus di dalam tubuh pelaku juga ikut berhamburan. Saat ini jenazah pelaku masih di TKP. Mengenai identitas pelaku, ia mengaku polisi masih melakukan penyelidikan.
Sebanyak 22 korban bom bunuh diri di Gereja Kepunton, Kota Solo, Minggu, dirawat di 2 rumah sakit.
Jumlah korban luka yang dirawat di RS Oen, Solo akibat ledakan bom bunuh diri tercatat 19 orang, 3 lainnya di RS Brayat Minolyo, Solo.
Menurut Kepala Pelayanan UGD RS Oen, Solo, Dokter Rudi Handoyo, 11 di antara 19 korban ledakan bom yang dirawat di RS itu harus menjalani operasi, sedangkan delapan orang rawat jalan.
"Pasien yang operasi karena kemasukan benda asing di tubuhnya seperti mur, baut, serpihan, & paku ukuran sekitar 4 cm & 8 pasien rawat jalan mayoritas karena sakit gangguan pendengarannya," katanya. Menurut dia, salah satu pasiennya memang kritis, karena ada benda asing yang masuk hingga jaringan otaknya. "Kami memang tidak bisa menyebutkan alamat pasien itu, krn harus mengikuti aturan," katanya.
Nama korban yang dirawat di RS Oen, Solo, yakni Noviati (27), Septi Roidik (22), Restiono (35), Yulianti (78), warga Jalan Amarta K-11 Gading Permai Solo, Delviana (18), warga Jalan Tambora 15 Solo, Haryoko (78), warga Ledoksari Jebres Solo, Febi Pilang (57), warga Mojosongo Jebres, Solo.
Korban rawat inap di RS Oen lainnya, yakni Gon Sin Huan (52), Stefanus Suritno (73), Febriana (44), warga Malabar Raya 12 Mojosongo Solo, dan Olivia Putri Yustini (16), warga Purwodiningratan Jebres, Solo.
Delapan orang rawat jalan, yakni Ferdianta (19), Belarmin Boris (18), Sugiyanto (48), Agus Susanto (23), Evi (40) Yohana (15), Beni Tri S (32), dan Anggraeni Risti (15).
"11 pasien menjalani operasi, 3 orang di antaranya sudah selesai," katanya. Menurut dia, pasien akibat ledakan bom tersebut ada yang luka di tubuh, pipi, kaki, dan tangan. Mereka mayoritas terkena benda asing seperti serpihan, paku, mur, & baut.Jumlah korban ledakan bom bunuh diri yang dirawat RS Brayat Minolyo Solo tercatat 3 orang yakni Soni Kusworo (32), Kardiana Deni Santoso, keduanya warga Lampo Batang Barat, Mojosongo, Solo, dan Gresiana (18), warga Jalan Ahmad Yani 27 Gondang, Solo.
Pengebom Solo Mirip Hayat
PELAKU bom bunuh diri di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton,
Solo, (25/9) menjurus pada nama Achmad Yosepa Hayat alias Hayat alias
Raharjo alias Achmad Abu Daud bin Daud. Lelaki asal Cirebon, Jawa Barat
tersebut merupakan DPO bom bunuh diri di Mapolresta Cirebon pada 15
April lalu yang melibatkan M Syarif.
Untuk memastikan identitas Hayat, kemarin polisi mengambil DNA istri dan anaknya untuk dijadikan pembanding dalam mengidentifikasi jasad terduga pelaku terorisme di Solo. ”Ya, memang kita harus pastikan bahwa apa benar itu suami dan bapaknya dari dia. Jadi istri dan anaknya kita ambil sampelnya,” ujar Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Anton Bahcrul Alam di Jakarta.
Sejumlah tetangga Hayat mengakui wajah pelaku bom Solo mirip dengan Hayat. Hayat pernah tinggal di rumah mertuanya, Kirmanto, 53, dan Astuti, 44 , di Kompleks Perumahan Gabungan Koperasi Batik Indonesia (GKBI) RT 19/07, Desa/Kecamatan Plumbon, Kabupaten Cirebon. Selain bersama mertuanya, di rumah ini tinggal pula sang istri dan anak. Keduanya adalah Yosepa Dewi, 23, dan Nayla, 2,5.
Di rumah itu juga tinggal adik ipar Hayat, Dzikri, 21. Saat disambangi SINDO, rumah itu tampak lengang. Jenazah pelaku bom Solo kemarin sudah berada di Rumah Sakit Polri Kramatjati, Jakarta Timur. Jenazah tiba di Kramatjati pada pukul 07.30 WIB (26/09/2011). Selain mengambil DNA keluarga Hayat, polisi juga telah memeriksa 15 saksi. ”Kemudian sudah disita tas kecil yang ditinggal di warnet di sekitar lokasi kejadian.
Ada barang-barang yang kita sita di antaranya Alquran, sisir, plastik kecil warna hitam, bolpoin, dan CCTV yang ada di warnet itu,” ungkap Anton. Munculnya keterkaitan bom Solo dengan Cirebon sebelumnya sudah disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kesimpulan sementara ini diambil setelah melihat pola aksi terorisme yang dilakukan.
Sebelumnya polisi juga masih memburu lima DPO lain yang terlibat dalam insiden bom bunuh diri di Mapolresta Cirebon yang melukai sekurangnya 29 orang. Selain Hayat, mereka adalah Yadi Al Hasan; Amir Ashabul Kahfi Cirebon; Heru Komarudin; Beni Asri; dan Nanang Irawan alias Nang Ndut alias Gendut alias Rian. Menurut keterangan polisi, kelima DPO mempunyai peran berbeda-beda.
Hayat disebut sebagai perencana sekaligus perakit bom bunuh diri di Masjid Adz Dzikra. Dia juga dipersiapkan untuk menjadi pengantin atau pelaku bom bunuh diri dalam rencana aksi selanjutnya. Adapun Yadi Al Hasan disinyalir menyembunyikan pelaku bom Klaten dan memberi perintah untuk memberikan pelatihan kepada perakit bom bunuh diri. Heru Komarudin merupakan perakit bom yang diledakkan Syarif.
Sedangkan Beni Asri dan Nanang Irawan berperan menyembunyikan rangkaian bom. Anton menjelaskan, modus pelaku bom Solo mirip dengan di Cirebon, mengikatkan rangkaian bom jenis low explosive di dada dan perutnya. ”Bom itu di-cangklok-kan di perutnya. Belum diketahui, apakah ini dikendalikan dari jarak jauh atau yang bersangkutan yang meledakkan sendiri.
Ini masih didalami oleh Gegana,” ujarnya. Selain masih memburu DPO bom Cirebon, polisi juga masih mencari 15 bom pipa aktif yang disembunyikan lima DPO ini. Juga berbagai jenis senjata laras panjang. Pengamat intelijen Wawan Purwanto memperkirakan bom bunuh diri yang dilakukan di Gereja Bethel Injil Sepenuh, Solo, telah dipersiapkan sejak Agustus lalu.
Kelompok ini memang merencanakan melakukan pemboman antara Agustus hingga September. Informasi ini sudah dilaporkan dan dilakukan antisipasi. Seperti pada Agustus yang bertepatan dengan pengamanan menjelang Idul Fitri. Menurut dia, sebetulnya 14 Agustus lalu sudah ada laporan intelijen bahwa ada lima orang yang sudah siap menjadi pengantin dan sudah dibaiat.
Terkait informasi ini, intelijen sudah memberikan laporan kepada aparat kepolisian agar bisa melakukan langkah lebih serius lagi. ”Pengamanan sudah dilakukan sedemikian rupa dan Idul Fitri tidak terjadi peristiwa pemboman. Hanya setelah itu, terjadi pemboman di Solo di Minggu terakhir bulan September,” tambahnya. Kepala Bagian Penerangan Umum Mabes Polri Kombes Pol Boy Rafli Amar membenarkan ada dugaan kuat pelaku terkait dengan bom Cirebon.
”Kita tidak akan serta-merta percaya. Tapi, kita masih akan buktikan secara scientific,” ucap Boy. Dari Solo, Kabid Humas Polda Jawa Tengah Kombes Polisi Djihartono memastikan seluruh barang bukti di lokasi bom bunuh diri GBIS Kepunton telah diamankan. Melalui penelitian di Labfor, Tim Gegana bisa mengetahui daya ledak bom rakitan. Hal itu terbaca dari serpihan-serpihan bom di lokasi kejadian, sekaligus model perakitan bom.
”Yang diamankan serpihan paku, sakelar, dan serpihan peledak. Saat ini barang bukti tersebut tengah diteliti Labfor di Mabes Polri,” katanya. Polisi juga memeriksa 15 saksi, sebagian besar adalah jemaat GBIS yang dianggap mengetahui kronologis kejadian. Dari penelusuran sementara, pria misterius yang ada di warnet Solonet identik dengan pelaku bom bunuh diri GBIS Kepunton.
Ini diperoleh setelah polisi mencocokkan wajah pelaku dengan rekaman CCTV warnet. Sedangkan barang bukti di warnet yang disita adalah sebuah tas punggung warna hijau merek Eiger berikut barang-barang di dalamnya. Polisi juga menyita CPU di bilik tempat nge-net pria misterius terduga bom bunuh diri, termasuk CPU komputer server. Sementara itu kondisi korban ledakan bom bunuh diri GBIS Kepunton di RS DR Oen berangsur pulih.
Total ada 21 pasien yang dioperasi dengan rincian tujuh orang dioperasi pada Minggu (25/9) dan 14 orang pada Senin. Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo Siti Wahyuningsih mengatakan, dua pasien yakni Defiana dan Febe telah melalui masa kritis. ”Tim dokter telah mengoperasi Defiana.
Ada logam yang bersarang di otaknya. Sedangkan Ny Febe luka tertembus logam sampai ke usus,” kata dia. Di sisi lain, GBIS Kepunton saat ini masih mendapat penjagaan ketat aparat keamanan. ”Akses keluar-masuk bagi pihak gereja memang dibatasi, tapi tidak dipersulit. Di gereja masih banyak polisi yang melakukan tugasnya,” kata juru bicara gereja, Pendeta Wim Agus Winarno.
Untuk memastikan identitas Hayat, kemarin polisi mengambil DNA istri dan anaknya untuk dijadikan pembanding dalam mengidentifikasi jasad terduga pelaku terorisme di Solo. ”Ya, memang kita harus pastikan bahwa apa benar itu suami dan bapaknya dari dia. Jadi istri dan anaknya kita ambil sampelnya,” ujar Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Anton Bahcrul Alam di Jakarta.
Sejumlah tetangga Hayat mengakui wajah pelaku bom Solo mirip dengan Hayat. Hayat pernah tinggal di rumah mertuanya, Kirmanto, 53, dan Astuti, 44 , di Kompleks Perumahan Gabungan Koperasi Batik Indonesia (GKBI) RT 19/07, Desa/Kecamatan Plumbon, Kabupaten Cirebon. Selain bersama mertuanya, di rumah ini tinggal pula sang istri dan anak. Keduanya adalah Yosepa Dewi, 23, dan Nayla, 2,5.
Di rumah itu juga tinggal adik ipar Hayat, Dzikri, 21. Saat disambangi SINDO, rumah itu tampak lengang. Jenazah pelaku bom Solo kemarin sudah berada di Rumah Sakit Polri Kramatjati, Jakarta Timur. Jenazah tiba di Kramatjati pada pukul 07.30 WIB (26/09/2011). Selain mengambil DNA keluarga Hayat, polisi juga telah memeriksa 15 saksi. ”Kemudian sudah disita tas kecil yang ditinggal di warnet di sekitar lokasi kejadian.
Ada barang-barang yang kita sita di antaranya Alquran, sisir, plastik kecil warna hitam, bolpoin, dan CCTV yang ada di warnet itu,” ungkap Anton. Munculnya keterkaitan bom Solo dengan Cirebon sebelumnya sudah disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kesimpulan sementara ini diambil setelah melihat pola aksi terorisme yang dilakukan.
Sebelumnya polisi juga masih memburu lima DPO lain yang terlibat dalam insiden bom bunuh diri di Mapolresta Cirebon yang melukai sekurangnya 29 orang. Selain Hayat, mereka adalah Yadi Al Hasan; Amir Ashabul Kahfi Cirebon; Heru Komarudin; Beni Asri; dan Nanang Irawan alias Nang Ndut alias Gendut alias Rian. Menurut keterangan polisi, kelima DPO mempunyai peran berbeda-beda.
Hayat disebut sebagai perencana sekaligus perakit bom bunuh diri di Masjid Adz Dzikra. Dia juga dipersiapkan untuk menjadi pengantin atau pelaku bom bunuh diri dalam rencana aksi selanjutnya. Adapun Yadi Al Hasan disinyalir menyembunyikan pelaku bom Klaten dan memberi perintah untuk memberikan pelatihan kepada perakit bom bunuh diri. Heru Komarudin merupakan perakit bom yang diledakkan Syarif.
Sedangkan Beni Asri dan Nanang Irawan berperan menyembunyikan rangkaian bom. Anton menjelaskan, modus pelaku bom Solo mirip dengan di Cirebon, mengikatkan rangkaian bom jenis low explosive di dada dan perutnya. ”Bom itu di-cangklok-kan di perutnya. Belum diketahui, apakah ini dikendalikan dari jarak jauh atau yang bersangkutan yang meledakkan sendiri.
Ini masih didalami oleh Gegana,” ujarnya. Selain masih memburu DPO bom Cirebon, polisi juga masih mencari 15 bom pipa aktif yang disembunyikan lima DPO ini. Juga berbagai jenis senjata laras panjang. Pengamat intelijen Wawan Purwanto memperkirakan bom bunuh diri yang dilakukan di Gereja Bethel Injil Sepenuh, Solo, telah dipersiapkan sejak Agustus lalu.
Kelompok ini memang merencanakan melakukan pemboman antara Agustus hingga September. Informasi ini sudah dilaporkan dan dilakukan antisipasi. Seperti pada Agustus yang bertepatan dengan pengamanan menjelang Idul Fitri. Menurut dia, sebetulnya 14 Agustus lalu sudah ada laporan intelijen bahwa ada lima orang yang sudah siap menjadi pengantin dan sudah dibaiat.
Terkait informasi ini, intelijen sudah memberikan laporan kepada aparat kepolisian agar bisa melakukan langkah lebih serius lagi. ”Pengamanan sudah dilakukan sedemikian rupa dan Idul Fitri tidak terjadi peristiwa pemboman. Hanya setelah itu, terjadi pemboman di Solo di Minggu terakhir bulan September,” tambahnya. Kepala Bagian Penerangan Umum Mabes Polri Kombes Pol Boy Rafli Amar membenarkan ada dugaan kuat pelaku terkait dengan bom Cirebon.
”Kita tidak akan serta-merta percaya. Tapi, kita masih akan buktikan secara scientific,” ucap Boy. Dari Solo, Kabid Humas Polda Jawa Tengah Kombes Polisi Djihartono memastikan seluruh barang bukti di lokasi bom bunuh diri GBIS Kepunton telah diamankan. Melalui penelitian di Labfor, Tim Gegana bisa mengetahui daya ledak bom rakitan. Hal itu terbaca dari serpihan-serpihan bom di lokasi kejadian, sekaligus model perakitan bom.
”Yang diamankan serpihan paku, sakelar, dan serpihan peledak. Saat ini barang bukti tersebut tengah diteliti Labfor di Mabes Polri,” katanya. Polisi juga memeriksa 15 saksi, sebagian besar adalah jemaat GBIS yang dianggap mengetahui kronologis kejadian. Dari penelusuran sementara, pria misterius yang ada di warnet Solonet identik dengan pelaku bom bunuh diri GBIS Kepunton.
Ini diperoleh setelah polisi mencocokkan wajah pelaku dengan rekaman CCTV warnet. Sedangkan barang bukti di warnet yang disita adalah sebuah tas punggung warna hijau merek Eiger berikut barang-barang di dalamnya. Polisi juga menyita CPU di bilik tempat nge-net pria misterius terduga bom bunuh diri, termasuk CPU komputer server. Sementara itu kondisi korban ledakan bom bunuh diri GBIS Kepunton di RS DR Oen berangsur pulih.
Total ada 21 pasien yang dioperasi dengan rincian tujuh orang dioperasi pada Minggu (25/9) dan 14 orang pada Senin. Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo Siti Wahyuningsih mengatakan, dua pasien yakni Defiana dan Febe telah melalui masa kritis. ”Tim dokter telah mengoperasi Defiana.
Ada logam yang bersarang di otaknya. Sedangkan Ny Febe luka tertembus logam sampai ke usus,” kata dia. Di sisi lain, GBIS Kepunton saat ini masih mendapat penjagaan ketat aparat keamanan. ”Akses keluar-masuk bagi pihak gereja memang dibatasi, tapi tidak dipersulit. Di gereja masih banyak polisi yang melakukan tugasnya,” kata juru bicara gereja, Pendeta Wim Agus Winarno.
Kementerian
Kesehatan memerkirakan biaya pengobatan korban akibat ledakan bom bunuh
diri di GBIS Kepunton mencapai miliaran rupiah. Total pembiayaan
ditanggung oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah. ”Ini lebih besar
dari ongkos pengobatan korban bom Cirebon yang hanya Rp 1,5 miliar.
Diperkirakan Rp 2-3 miliar,” kata Direktur Bina Upaya Kesehatan Rujukan
Kemenkes Chairul Radjab Nasution di RS Dr Oen, Solo.
Terpisah, sejumlah warga Kompleks Perumahan Gabungan Koperasi Batik Indonesia (GKBI) RT 19/07, Desa/Kecamatan Plumbon, Kabupaten Cirebon mengakui Hayat pernah tinggal di rumah mertua tersebut. Meski mengaku kenal wajah Hayat melalui pemberitaan media massa, sejumlah tetangga yang ditemui kemarin menyatakan sudah lama tak bertemu dengannya.
”Kalau lihat muka pelaku BomSolo dimedia dan wajah Hayat memang ada kemiripan.Tapi sekitar dua tahun saya sudah lama tidak bertemu Hayat. Tapi memang ketika tinggal di sini, Hayat kurang bersosialisasi dengan tetangga. Saya sendiri jarang sekali ketemu langsung,” ungkap Elli Ermawati, 43, tetangga Kirmanto, mertua Hayat. Rumah itu kemarin terlihat sepi. Para tetangga menyebut Astuti, mertua Hayat, pergi bersama Yosepa, istri Hayat,ke sebuah kompleks perumahan lain, tak jauh dari pusat Kota Cirebon sejak Minggu (25/9).
Para tetangga mengaku tak mengetahui pasti aktivitas Hayat sehari-hari. Dia hanya diketahui pulang saat matahari tenggelam dan pergi lagi saat subuh. Kabarnya, Hayat membantu ibunya berjualan baso di kawasan Pandesan, Kota Cirebon. Selain Hayat yang kurang bersosialisasi, Yosepa juga dikenal pemalu dan pendiam. Dia jarang terlihat keluar rumah. Anak Hayat, Nayla, justru lebih sering terlihat digendong Astuti.
Berdasar informasi yang didengar tetangga, Hayat ternyata tak akur dengan mertuanya, terutama Astuti. Ini karena sejumlah tindakan Hayat mengesankan dirinya antipemerintah dan antisosial. ”Saat pemilihan umum presiden, Hayat katanya menolak nyoblos (mencoblos/ menggunakan hak pilih). Daripada nyoblos, dia bilang lebih baik dipenggal,” beber Astuti sebagaimana dituturkan Elli.
Kata-kata itu rupanya memancing kekesalan ibu mertuanya hingga keduanya sempat terlibat pertengkaran. Hal itu kemudian terus-terusan berlangsung sehingga membuat Hayat dan keluarga mertuanya tak akur. Hayat bahkan dikabarkan telah digugat cerai Yosepa pada tahun ini. Kepala Urusan Pemerintahan Desa Plumbon, Yusuf, 40, saat ditemui membenarkan Hayat tinggal di rumah Kirmanto.
Hal ini didasarkan Kartu Keluarga (KK) yang dibuat Hayat pada 2006. Pada KK itu pula tercantum pekerjaan Hayat adalah wiraswasta. ”Hanya saja kalau di KK nama Nayla belum ada. Tapi, kami juga tidak pernah bertemu lagi Hayat, terutama pascabom Cirebon. Hayat memang tertutup, berbeda dengan mertuanya yang memasyarakat, apalagi Astuti,” paparnya. Menurut Yusuf, dari segi penampilan, tak ada yang tak lazim pada diri Hayat maupun Yosepa.
Pasangan ini tidak dikenal identik dengan baju koko maupun cadar dan semacamnya, melainkan berpakaian biasa. Sementara itu, informasi lain yang diterima SINDO menyebutkan, Hayat merupakan anak dari Daud, warga Blok Desa, Desa Astanalanggar,Kecamatan Losari,Kabupaten Cirebon. (abdul alim/krisiandi sacawisastra/erika lia)(sindo)
Terpisah, sejumlah warga Kompleks Perumahan Gabungan Koperasi Batik Indonesia (GKBI) RT 19/07, Desa/Kecamatan Plumbon, Kabupaten Cirebon mengakui Hayat pernah tinggal di rumah mertua tersebut. Meski mengaku kenal wajah Hayat melalui pemberitaan media massa, sejumlah tetangga yang ditemui kemarin menyatakan sudah lama tak bertemu dengannya.
”Kalau lihat muka pelaku BomSolo dimedia dan wajah Hayat memang ada kemiripan.Tapi sekitar dua tahun saya sudah lama tidak bertemu Hayat. Tapi memang ketika tinggal di sini, Hayat kurang bersosialisasi dengan tetangga. Saya sendiri jarang sekali ketemu langsung,” ungkap Elli Ermawati, 43, tetangga Kirmanto, mertua Hayat. Rumah itu kemarin terlihat sepi. Para tetangga menyebut Astuti, mertua Hayat, pergi bersama Yosepa, istri Hayat,ke sebuah kompleks perumahan lain, tak jauh dari pusat Kota Cirebon sejak Minggu (25/9).
Para tetangga mengaku tak mengetahui pasti aktivitas Hayat sehari-hari. Dia hanya diketahui pulang saat matahari tenggelam dan pergi lagi saat subuh. Kabarnya, Hayat membantu ibunya berjualan baso di kawasan Pandesan, Kota Cirebon. Selain Hayat yang kurang bersosialisasi, Yosepa juga dikenal pemalu dan pendiam. Dia jarang terlihat keluar rumah. Anak Hayat, Nayla, justru lebih sering terlihat digendong Astuti.
Berdasar informasi yang didengar tetangga, Hayat ternyata tak akur dengan mertuanya, terutama Astuti. Ini karena sejumlah tindakan Hayat mengesankan dirinya antipemerintah dan antisosial. ”Saat pemilihan umum presiden, Hayat katanya menolak nyoblos (mencoblos/ menggunakan hak pilih). Daripada nyoblos, dia bilang lebih baik dipenggal,” beber Astuti sebagaimana dituturkan Elli.
Kata-kata itu rupanya memancing kekesalan ibu mertuanya hingga keduanya sempat terlibat pertengkaran. Hal itu kemudian terus-terusan berlangsung sehingga membuat Hayat dan keluarga mertuanya tak akur. Hayat bahkan dikabarkan telah digugat cerai Yosepa pada tahun ini. Kepala Urusan Pemerintahan Desa Plumbon, Yusuf, 40, saat ditemui membenarkan Hayat tinggal di rumah Kirmanto.
Hal ini didasarkan Kartu Keluarga (KK) yang dibuat Hayat pada 2006. Pada KK itu pula tercantum pekerjaan Hayat adalah wiraswasta. ”Hanya saja kalau di KK nama Nayla belum ada. Tapi, kami juga tidak pernah bertemu lagi Hayat, terutama pascabom Cirebon. Hayat memang tertutup, berbeda dengan mertuanya yang memasyarakat, apalagi Astuti,” paparnya. Menurut Yusuf, dari segi penampilan, tak ada yang tak lazim pada diri Hayat maupun Yosepa.
Pasangan ini tidak dikenal identik dengan baju koko maupun cadar dan semacamnya, melainkan berpakaian biasa. Sementara itu, informasi lain yang diterima SINDO menyebutkan, Hayat merupakan anak dari Daud, warga Blok Desa, Desa Astanalanggar,Kecamatan Losari,Kabupaten Cirebon. (abdul alim/krisiandi sacawisastra/erika lia)(sindo)
01 Oktober 2011
Pelaku
Bom Solo Anggota Organisasi Ba'asyir Pelaku pengeboman di Gereja Bethel
Injil Sepenuh (GBIS), Solo, bernama Pino Damayanto, anggota Jamaah
Ansharut Tauhid.
Foto: ASSOCIATED PRESS |
GresikNews1
- Juru Bicara Kepolisisan Indonesia Mayjen Anton Bachrul Alam
menunjukkan foto-foto Pino Damayanto sebelum (kanan) dan sesudah (kiri)
pengeboman di GBIS Solo (27/9).
Pihak kepolisian Indonesia hari Selasa mengumumkan identitas pelaku
pengeboman Gereja Bethel Injil Sepenuh, Solo, Jawa Tengah. Kepala Pusat
Kedokteran dan Kesehatan Polri, Brigjen Mussadeq Ishaq dalam jumpa pers,
Selasa (27/9), mengatakan jenazah pelaku bom di Gereja Bethel Injil
Sepenuh (GBIS) Kepunton, Solo adalah Pino Damayanto alias Ahmad Urip
alias Ahmad Yosepa Hayat alias Hayat.
Kepastian itu didapatkan setelah polisi mencocokkan semua data pelaku pengeboman baik primer maupun sekunder. Semua data pembanding mulai dari gigi, sidik jari, rekam medis, dan DNA kata Musssadeq cocok.
"Kesimpulannya tidak terbantahkan bahwa jenazah pelaku bom bunuh diri di Gereja GBIS Kepunton, Solo, Jawa Tengah adalah Pino Damayanto sesuai dengan Akte Kelahiran yang ditemukan penyidik. Pino alias Ahmad Urip kalau menurut pihak keluarga karena sering sakit-sakitan namanya diubah alias Ahmad Yosepa Hayat," demikian ungkap Mussadeq Ishaq.
Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Irjen Anton Bahrul Alam mengatakan Pino Damayanto alias Ahmad Yosepa Hayat terlibat dalam aksi serangan bunuh diri di Masjid Adz-Zikra yang terletak di Kompleks Kantor Polresta, Cirebon, Jawa Barat. Anton juga memastikan Hayat adalah anggota Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) Cirebon. Menurutnya, polisi terus mencari rekan-rekan Pino alias Hayat maupun orang menjadi otak di belakang aksi ini.
Selain itu, menurut Anton polisi menduga Hayat dan pelaku bom Cirebon dilatih oleh pelaku bom Kedutaan Australia yang pernah ditahan dan menjalani proses deradikalisasi.
"Yang bersangkutan termasuk salah satu anggota JAT Cirebon. Kemudian pada tahun 2010 bulan Oktober terlibat dalam satu kasus yaitu perusakan Alfamart dan Indomart sehingga dia termasuk DPO (daftar pencarian orang) kita diCirebon," kata Kadiv Mabes Polri ini.
"Kemudian pada saat kejadian 5 April 2011 tentang pelaku bom bunuh diri, Mohammad Syarif di Masjid Adz Zikra dan saudara Hayat ini pun mengantarkan Mohammad Syarif ke Masjid Adz Zikra itu", tambah Irjen Anton Bahrul Alam.
Sementara itu, Pengamat Teroris dari Sekolah Tinggi Intelijen Negara, Mardigu Wowiek Prasantyo mendesak pemerintah segera membubarkan organisasi Jamaah Ansharut Tauhid pimpinan Abu Bakar Baasyir. Ini harus dilakukan karena organisasi Jamaah Anshorut Tauhid telah terindikasi terkait dengan jaringan terorisme di Indonesia. Jika pembubaran tidak segera dilakukan, hal ini akan semakin menyuburkan jaringan-jaringan teroris yang ada.
Mardigu menambahkan para teroris menganggap organisasi Jamaah Ansharut Tauhid merupakan pelindung mereka. Untuk itu Mardigu berharap tindakan tegas dapat segera diambil oleh pemerintah.
"Menurut teroris ini menjadi pelindungnya jadi teroris tidak pernah bergerak sendiri selalu ada yang melindungi. Nah penggaransi ini yang paling sering adalah orang-orang JAT karena dia adalah organisasi permukaan," ujar pengamat teroris dari STIN ini.
Pasca serangan bom di Gereja Protestan itu, status siaga satu antara lain diberlakukan di Kepolisian Jawa Tengah, Jawa Timur dan DKI Jakarta.(gresiknews1)
Kepastian itu didapatkan setelah polisi mencocokkan semua data pelaku pengeboman baik primer maupun sekunder. Semua data pembanding mulai dari gigi, sidik jari, rekam medis, dan DNA kata Musssadeq cocok.
"Kesimpulannya tidak terbantahkan bahwa jenazah pelaku bom bunuh diri di Gereja GBIS Kepunton, Solo, Jawa Tengah adalah Pino Damayanto sesuai dengan Akte Kelahiran yang ditemukan penyidik. Pino alias Ahmad Urip kalau menurut pihak keluarga karena sering sakit-sakitan namanya diubah alias Ahmad Yosepa Hayat," demikian ungkap Mussadeq Ishaq.
Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Irjen Anton Bahrul Alam mengatakan Pino Damayanto alias Ahmad Yosepa Hayat terlibat dalam aksi serangan bunuh diri di Masjid Adz-Zikra yang terletak di Kompleks Kantor Polresta, Cirebon, Jawa Barat. Anton juga memastikan Hayat adalah anggota Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) Cirebon. Menurutnya, polisi terus mencari rekan-rekan Pino alias Hayat maupun orang menjadi otak di belakang aksi ini.
Selain itu, menurut Anton polisi menduga Hayat dan pelaku bom Cirebon dilatih oleh pelaku bom Kedutaan Australia yang pernah ditahan dan menjalani proses deradikalisasi.
"Yang bersangkutan termasuk salah satu anggota JAT Cirebon. Kemudian pada tahun 2010 bulan Oktober terlibat dalam satu kasus yaitu perusakan Alfamart dan Indomart sehingga dia termasuk DPO (daftar pencarian orang) kita diCirebon," kata Kadiv Mabes Polri ini.
"Kemudian pada saat kejadian 5 April 2011 tentang pelaku bom bunuh diri, Mohammad Syarif di Masjid Adz Zikra dan saudara Hayat ini pun mengantarkan Mohammad Syarif ke Masjid Adz Zikra itu", tambah Irjen Anton Bahrul Alam.
Sementara itu, Pengamat Teroris dari Sekolah Tinggi Intelijen Negara, Mardigu Wowiek Prasantyo mendesak pemerintah segera membubarkan organisasi Jamaah Ansharut Tauhid pimpinan Abu Bakar Baasyir. Ini harus dilakukan karena organisasi Jamaah Anshorut Tauhid telah terindikasi terkait dengan jaringan terorisme di Indonesia. Jika pembubaran tidak segera dilakukan, hal ini akan semakin menyuburkan jaringan-jaringan teroris yang ada.
Mardigu menambahkan para teroris menganggap organisasi Jamaah Ansharut Tauhid merupakan pelindung mereka. Untuk itu Mardigu berharap tindakan tegas dapat segera diambil oleh pemerintah.
"Menurut teroris ini menjadi pelindungnya jadi teroris tidak pernah bergerak sendiri selalu ada yang melindungi. Nah penggaransi ini yang paling sering adalah orang-orang JAT karena dia adalah organisasi permukaan," ujar pengamat teroris dari STIN ini.
Pasca serangan bom di Gereja Protestan itu, status siaga satu antara lain diberlakukan di Kepolisian Jawa Tengah, Jawa Timur dan DKI Jakarta.(gresiknews1)
Penangkapan 12 Terduga Teroris Terkait Jaringan Solo
TRIBUNNEWS.COM,
JAKARTA - Pekan lalu, aparat Densus 88 Polri menangkap 12 orang terduga
teroris, di tiga tempat berbeda. Mabes Polri mengungkapkan, dari ke-12
orang tersebut, ada yang terkait dengan bom Solo.
Masih ingatkah Anda dengan aksi bom bunuh diri Hayat di Gereja Bethel Injil Sepenuh, Solo, Jawa Tengah pada 15 April 2011?
Nah, ternyata 12 terduga teroris yang ditangkap Densus 88 Polri pekan lalu, berhubungan dengan jaringan teroris Solo, termasuk aksi yang dilakukan Hayat.
"Diduga, mereka terkait dengan jaringan lama, dan ada yang terkait jaringan Solo," ujar Kepala Bagian Penerangan Umum Polri Kombes Boy Rafli Amar, di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (8/5/2012).
Menurut Boy, kini ke-12 terduga teroris tersebut masih dalam pemeriksaan intensif Densus 88 Polri, termasuk peran dalam kasus bom Solo.
Sebelumnya, Densus 88 Antiteror Polri kembali membekuk 12 terduga teroris di tiga tempat berbeda.
Pada 3 Mei 2012 di daerah Jakarta Pusat, ditangkap tujuh orang. Kemudian pada Jumat 4 Mei 2012 di Sumatera Utara, ditangkap empat orang, dan pada 5 Mei 2012 di Sumatera Selatan, ditangkap satu orang.
Saat ini, tim dari Mabes Polri masih mengembangkan penangkapan tersebut, sehingga belum bisa diinformasikan secara gamblang. (*)(tribunnews)
Masih ingatkah Anda dengan aksi bom bunuh diri Hayat di Gereja Bethel Injil Sepenuh, Solo, Jawa Tengah pada 15 April 2011?
Nah, ternyata 12 terduga teroris yang ditangkap Densus 88 Polri pekan lalu, berhubungan dengan jaringan teroris Solo, termasuk aksi yang dilakukan Hayat.
"Diduga, mereka terkait dengan jaringan lama, dan ada yang terkait jaringan Solo," ujar Kepala Bagian Penerangan Umum Polri Kombes Boy Rafli Amar, di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (8/5/2012).
Menurut Boy, kini ke-12 terduga teroris tersebut masih dalam pemeriksaan intensif Densus 88 Polri, termasuk peran dalam kasus bom Solo.
Sebelumnya, Densus 88 Antiteror Polri kembali membekuk 12 terduga teroris di tiga tempat berbeda.
Pada 3 Mei 2012 di daerah Jakarta Pusat, ditangkap tujuh orang. Kemudian pada Jumat 4 Mei 2012 di Sumatera Utara, ditangkap empat orang, dan pada 5 Mei 2012 di Sumatera Selatan, ditangkap satu orang.
Saat ini, tim dari Mabes Polri masih mengembangkan penangkapan tersebut, sehingga belum bisa diinformasikan secara gamblang. (*)(tribunnews)
Jumat, 11 Mei 2012
Densus Tangkap 2 Orang Terkait Bom Gereja di Solo
Ilustrasi |
Keduanya adalah Rezki Dian Furqoni alias Kuncung dan Teguh alias Parkit. Kedua orang tersebut ditangkap di dua lokasi berbeda.
Begitu mendengar kabar penangkapan, Rudi Hartono, ayah Rezki Dian langsung mendatangi Polresta Solo. Didampingi oleh Humas Laskar Umat Islam Surakarta (LUIS), Endro Sudarsono, pria 44 tahun itu langsung tergesa-gesa masuk lewat pintu ruang Satreskrim.
Sekitar 15-an menit, Rudi pun keluar dari ruang. Langkahnya tak secepat ketika masuk, tatapan matanya kosong, dan beberapa kali memegangi jidad.
“Kedatangan saya ke sini untuk memastikan apakah anak saya memang ditangkap Densus. Tadi diberitahu oleh pihak Polres jika kabar itu memang benar,” kata Rudi menggunakan nada bicara lirih, Jumat (11/5/2012).
Ia lantas menghela nafas panjang mencoba tegar. Sebab ia baru saja meninggalkan sang istri di rumah sakit yang sedang melahirkan. Kabar itu penangkapan itu pun tak ia beritahukan pada istri karena takut shock.(*)(tribunnews)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.