Changbogo kapal selam (Foto: ROKN) |
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terkuak sudah mengapa Indonesia lebih
memilih membeli tiga unit kapal selam dari Korea Selatan (Korsel)
daripada membeli dari Rusia. Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan
(Kemenhan), Marsekal Madya Eris Herryanto, mengungkap, alasan mengapa
Indonesia mengabaikan tawaran membeli kapal selam dari Rusia.
Menurut
Eris, Rusia menawarkan kredit negara sebesar 1 miliar dolar AS atau
sekitar Rp 90 triliun. Hingga kini, Indonesia baru menggunakan kredit
tersebut sekitar 200 juta dolar AS untuk pembelian jet Sukhoi dan
alutsista pendukung lainnya. Adapun 700 juta dolar AS lebih itu, kata
dia, diarahkan pemerintah Rusia untuk dimanfaatkan Indonesia agar
membeli dua unit kapal selam dari mereka.
Namun lantaran pihaknya
menilai spesifikasi dan harga tender yang ditawarkan Rusia tidak sesuai
kebutuhan TNI AL, maka pihaknya tidak memanfaatkan sisa state credit
itu. Adapun Korsel dalam tender menawarkan kontraknya sekitar 1,1 miliar
dolar AS untuk tiga unit kapal selam.
Akhirnya didapat
kesepakatan Kemenhan membeli kapal selam dari Daewoo Shipbuilding and
Marine Engineering (DSME). Kapal selam bertenaga diesel itu
masing-masing berbobot 1.400 ton dengan panjang 61,3 meter. "Mereka mau
TOT (transfer of technology), dan itu salah satu keunggulan mengapa kami
memilih Korsel. Karena dua unit dibikin di sana, dan satu unit kapal
selam nanti dibikin di PT PAL," kata Eris pekan lalu.
Dia
melanjutkan, setelah deal itu terjadi pemerintah Rusia merayu agar
Kemenhan tetap membeli kapal selam dari mereka dengan iming-iming TOT.
"Tapi saya tanya, TOT model bagaimana yang ditawarkan? Karena TOT yang
dimaksud harus jelas definisinya apa?"
Eris melanjutkan, "State
credit itu tidak harus dimanfaatkan semua. Itu uang kita sehingga
memakainya harus melihat kebutuhan," kata jenderal bintang tiga
tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.