KCR-40 Clurit Class (Foto Audrey) |
Rencana pemerintah
untuk mempercepat modernisasi TNI disambut baik oleh kalangan industri
pertahanan di tanah air. Dalam pameran APSDEX 2012 yang menyertai
penyelenggaraan JIDD beberapa produk baru bermunculan sebagai bentuk
pengembangan teknologi yang terus dilakukan oleh kalangan industri
pertahanan Indonesia.
Riset & Pengembangan
Materi pameran dari
sisi riset dan pengembangan banyak didominasi oleh karya dari
BalitbangKemhan dan Dislitbang dari Ketiga Angkatan dan Polri yang
menampilkan produknya, ataupun miniatur produknya.
Produk baru yang ditampilkan untuk matra darat diantaranya adalah Senjata Lawan Tank dengan nama SLT Latih 64 mm dan dengan kaliber yang lebih besar yaitu 90 mm. Demikian juga roket pertahanan 2 tingkat “Kartika” yang mampu menjangkau sasaran darat hingga 21 km dan kecepatan hingga 2-3 mach.
Untuk matra udara kali ini ditampilkan miniatur pesawat kerjasama Indonesia-Korsel KFX/IFX, juga UAV “Alap-Alap” yang telah diuji coba beberapa kali, termasuk diantaranya dengan pemakaian jaring untuk menghentikannya. Ciri khas UAV ini adalah ekornya yang berbentuk huruf V terbalik.
Untuk matra laut ditampilkan miniatur kapal FPB-40 yang dilengkapi dengan dua set rudal anti kapal dan satu sea-rider. Kapal ini menganut desain compact sehingga terlihat seperti jejalan senjata termuat di atasnya. Prototipe rudal permukaan ke udara juga ditampilkan, rudal berkecepatan 0,8 mach dengan seeker dari gimbal image processing ini untuk digunakan di atas kapal.
Senjata Lawan Tank SLT Latih 90mm (Foto Defense Studies) |
Produk baru yang ditampilkan untuk matra darat diantaranya adalah Senjata Lawan Tank dengan nama SLT Latih 64 mm dan dengan kaliber yang lebih besar yaitu 90 mm. Demikian juga roket pertahanan 2 tingkat “Kartika” yang mampu menjangkau sasaran darat hingga 21 km dan kecepatan hingga 2-3 mach.
Untuk matra udara kali ini ditampilkan miniatur pesawat kerjasama Indonesia-Korsel KFX/IFX, juga UAV “Alap-Alap” yang telah diuji coba beberapa kali, termasuk diantaranya dengan pemakaian jaring untuk menghentikannya. Ciri khas UAV ini adalah ekornya yang berbentuk huruf V terbalik.
Untuk matra laut ditampilkan miniatur kapal FPB-40 yang dilengkapi dengan dua set rudal anti kapal dan satu sea-rider. Kapal ini menganut desain compact sehingga terlihat seperti jejalan senjata termuat di atasnya. Prototipe rudal permukaan ke udara juga ditampilkan, rudal berkecepatan 0,8 mach dengan seeker dari gimbal image processing ini untuk digunakan di atas kapal.
Matra Darat
Pindad
kali ini menampilkan varian terbaru dari senapan SS2 yaitu SS2V5A1 yang
diperuntukkan bagi satuan Brimob Polri. Pada varian ini handgrip
senapan digantikan dengan lensa bidik.
Untuk kendaraan taktis kali ini Pindad memperkenalkan kendaraan berpenggerak 4x4 dengan nama Komodo dan dibuat dalam 2 versi : panser dan kendaraan pendobrak. Wujud asli kendaraan belum dibawa namun pengunjung dapat melihat foto dan brosur kendaraan tersebut.
Mengenai program pembuatan tank nasional, Pindad saat ini telah menyelesaikan prototipe tank ringan. Dalam triwulan kedua tahun 2012 perusahaan ini juga akan mulai mengembangkan prototipe tank medium, tank ini akan mempunyai berat sekitar 28-30 ton. Pada beberapa kesempatan TNI AD mengemukakan bahwa satuan kavaleri TNI AD membutuhkan 53 tank berukuran medium disamping MBT dan panser kanon.
PT Pindad juga menyatakan kesiapannya jika TNI AD jadi membeli tank Leopard 2 dan kemudian akan diupgrade menjadi tipe Leopard 2A6, seperti halnya ketika Angkatan Darat Singapore membeli Leopard 2A4 kemudian upgrade-nya dilakukan oleh ST Kinetics.
Untuk kendaraan taktis kali ini Pindad memperkenalkan kendaraan berpenggerak 4x4 dengan nama Komodo dan dibuat dalam 2 versi : panser dan kendaraan pendobrak. Wujud asli kendaraan belum dibawa namun pengunjung dapat melihat foto dan brosur kendaraan tersebut.
Kendaraan Taktis 4x4 Komodo lansiran PT Pindad (Foto Audrey) |
Mengenai program pembuatan tank nasional, Pindad saat ini telah menyelesaikan prototipe tank ringan. Dalam triwulan kedua tahun 2012 perusahaan ini juga akan mulai mengembangkan prototipe tank medium, tank ini akan mempunyai berat sekitar 28-30 ton. Pada beberapa kesempatan TNI AD mengemukakan bahwa satuan kavaleri TNI AD membutuhkan 53 tank berukuran medium disamping MBT dan panser kanon.
PT Pindad juga menyatakan kesiapannya jika TNI AD jadi membeli tank Leopard 2 dan kemudian akan diupgrade menjadi tipe Leopard 2A6, seperti halnya ketika Angkatan Darat Singapore membeli Leopard 2A4 kemudian upgrade-nya dilakukan oleh ST Kinetics.
Matra Udara
Di
anjungan PT Dirgantara Indonesia, Defense Studies sempat berbincang
dengan Direktur Aerostructure Andi Alisjahbana mengenai CN-235MP,
CN-235MPA, dan B737MR.
Tiga pesawat patroli maritim pesanan TNI AL dengan jenis CN-235MP dikembangkan berdasarkan pengalaman PT DI dalam memodifikasi pesawat CN-235 Angkatan Laut Turki menjadi versi anti kapal selam (ASW role) dikenal sebagai Meltem Project. Dengan konsep tersebut maka posisi radar tidak lagi ditempatkan di hidung (seperti CN-235MPA) namun akan diletakkan di perut (seperti CN-235 Korea Coast Guard). Sayap pesawat akan dilengkapi dengan 4 hardpoint untuk membawa torpedo ukuran medium dan atau rudal.
CN-235MPA untuk TNI-AU yang saat ini masih satu buah, akan segera diikuti dengan pesanan lagi sebanyak 2 unit sehingga menjadi genap 3 unit seperti pesanan awal. Rencananya TNI AU akan menjadikannya sebagai skadron intai taktis yang akan ditempatkan di Selat Malaka.
Mengenai rencana upgrade 3 pesawat intai B737MR milik TNI AU, Direktur PT DI ini mengatakan bahwa kondisi pesawat Boeing 737 tersebut masih bagus, namun PT DI siap untuk dilibatkan dalam rencana upgrade radar SLAMMR buatan Motorola tersebut. PT DI pun telah mempunyai konsep jika TNI AU berkehendak mengganti radar tersebut, tipe radar yang akan diajukan adalah radar non putar untuk menghindari adanya hambatan mekanis.
Tiga pesawat patroli maritim pesanan TNI AL dengan jenis CN-235MP dikembangkan berdasarkan pengalaman PT DI dalam memodifikasi pesawat CN-235 Angkatan Laut Turki menjadi versi anti kapal selam (ASW role) dikenal sebagai Meltem Project. Dengan konsep tersebut maka posisi radar tidak lagi ditempatkan di hidung (seperti CN-235MPA) namun akan diletakkan di perut (seperti CN-235 Korea Coast Guard). Sayap pesawat akan dilengkapi dengan 4 hardpoint untuk membawa torpedo ukuran medium dan atau rudal.
Boeing 737MR dengan radar SLAMMRTNI AU(Foto airliners) |
CN-235MPA untuk TNI-AU yang saat ini masih satu buah, akan segera diikuti dengan pesanan lagi sebanyak 2 unit sehingga menjadi genap 3 unit seperti pesanan awal. Rencananya TNI AU akan menjadikannya sebagai skadron intai taktis yang akan ditempatkan di Selat Malaka.
Mengenai rencana upgrade 3 pesawat intai B737MR milik TNI AU, Direktur PT DI ini mengatakan bahwa kondisi pesawat Boeing 737 tersebut masih bagus, namun PT DI siap untuk dilibatkan dalam rencana upgrade radar SLAMMR buatan Motorola tersebut. PT DI pun telah mempunyai konsep jika TNI AU berkehendak mengganti radar tersebut, tipe radar yang akan diajukan adalah radar non putar untuk menghindari adanya hambatan mekanis.
Matra Laut
Policy pemerintah
untuk membagi pekerjaan pembuatan kapal perang TNI AL kepada 3 galangan
utama dapat dipahami oleh PT PAL. Saat ini PT Palindo di Batam
mengerjakan Kapal Cepat Rudal 40m (KCR-40), PT DKB di Jakarta selain
menyelesaikan satu LCU untuk TNI Angkatan Darat juga akan mengerjakan
kapal LST 117 m dan Replenishment Oiler Ship (kapal BCM) untuk TNI AL.
PT PAL saat ini kebagian pekerjaan pembuatan Kapal Cepat Rudal KCR-60, upgrade Combat Management Systems SEWACO kapal kombatan milik TNI AL, dan saat ini PT PAL masih menunggu keputusan pemerintah mengenai pembangunan fregat PKR-105, dimana perundingan ToT dengan Damen Schelde dirasakan alot dan memakan waktu lama.
Pada sisi yang lain PT PAL juga menunggu keputusan Filipina atas tender pengadaan LPD untuk Angkatan Laut negara itu, PT PAL bersaing dengan Korea dan mengajukan konsep Strategic Sealift Vessel berdasarkan pengalamannya membangun KRI Banjarmasin dan KRI Banda Aceh.
Kapal cepat rudal KCR-60 yang dibuat oleh PT PAL (Foto Defense Studies) |
PT PAL saat ini kebagian pekerjaan pembuatan Kapal Cepat Rudal KCR-60, upgrade Combat Management Systems SEWACO kapal kombatan milik TNI AL, dan saat ini PT PAL masih menunggu keputusan pemerintah mengenai pembangunan fregat PKR-105, dimana perundingan ToT dengan Damen Schelde dirasakan alot dan memakan waktu lama.
Pada sisi yang lain PT PAL juga menunggu keputusan Filipina atas tender pengadaan LPD untuk Angkatan Laut negara itu, PT PAL bersaing dengan Korea dan mengajukan konsep Strategic Sealift Vessel berdasarkan pengalamannya membangun KRI Banjarmasin dan KRI Banda Aceh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.