Menlu Retno Marsudi menyatakan, evakuasi WNI di Yaman mengalami kesulitan karena perang berkecamuk. (Sindonews/Victor Maulana)☠
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Indonesia mengaku kesulitan mengevakuasi para Warga Negara Indonesia (WNI) yang masih tertahan di wilayah Yaman. Sebab, perang masih berkecamuk di wilayah Aden dan sekitarnya.
Menurut Menteri Luar Negeri (Menlu) Indonesia, Retno Marsudi mengatakan masih ada sekitar 89 WNI di Aden. Mereka tertahan di safe house.
"Ada 89 WNI yang masih berada di Aden belum dapat keluar untuk menuju pelabuhan," ucap Retno kepada wartawan, di Jakarta, Senin (6/4/2015).
Kapal Indonesia yang seharusnya menjemput para WNI itu juga belum bisa berlabuh kembali di pelabuhan Aden. Rencananya puluhan WNI yang ada di Aden akan dibawa ke Djibouti, sebuah negara yang berdekatan dengan Somalia.
Semula jumlah WNI yang ada di Aden sebanyak 99 orang. Namun, 10 di antaranya sudah berhasil dievakuasi saat kapal Indonesia pertama kali merapat di pelabuhan Aden. Mereka yang sudah dievakuasi kini berada di Djibouti.
Sementara itu, total WNI yang sudah berhasil dievakuasi dari Yaman, menurut Retno sebanyak 700 orang. Kemarin, 14 dari 110 WNI sudah tiba di Bandara Soekarno-Hatta. Sore ini, sisa rombongan tersebut akan kembali tiba Jakarta dan Bali.(mas)Para WNI di Yaman Tolak Dievakuasi, Ini Jurus Menlu Menteri Luar Negeri (Menlu) Indonesia, Retno Marsudi, mengkonfirmasi laporan soal adanya para Warga Negara Indonesia (WNI) di Yaman yang menolak dievakuasi karena masalah kuliah. Tapi, Menlu Retno memiliki jurus atau cara untuk mengatasi masalah itu.
Retno mengaku sudah bekomunikasi dengan pihak Universitas al-Ahgaff yang berada di Kota Tharim, Yaman. "Untuk yang di Tharim, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) juga bertemu dengan para pengurus lembaga pendidikan, dan menjelaskan imbauan pemerintah Indonesia kepada pelajar," kata Retno, di Jakarta, Senin (6/4/2015).
Dalam pertemuan itu, Kemlu dan pihak universitas menyepakati beberapa opsi agar para pelajar Indonesia bisa dievakuasi dari wilayah tersebut.
"Ada dua opsi, antara lain yang pertama pada saat mereka meninggalkan Yaman, mereka tidak dihitung hilang dan bisa menjutkan pendidikannya. Apabila situasi terus memburuk," kata Menlu Retno.
"Opsi lain, para pelajar mengikuti ujian di cabang al-Ahgaff di Cirebon, ujian di Indonesia," lanjut dia.
Jumlah pelajar Indonesia di Yaman sendiri mencapai lebih dari 2 ribu orang. Mayoritas di antara mereka berada di wilayah Hadaratul Maut.(mas)Indonesia Harap Jeda Kemanusiaan di Yaman Segera Terlaksana Pemerintah Indonesia mengharapakan agar pelaksanaan jeda kemanusiaan yang saat ini tengah menjadi pembahasan di Dewan Keamanan (DK) PBB bisa segera terealisasi. Dengan adanya jeda kemanusiaan, maka membuat Indonesia bisa secepatnya mengevakuasi warganya yang berada di Yaman.
Untuk mendorong langkah itu, Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi menyatakan telah menugaskan Perwakilan Tetap Indonesia di PBB, Desra Percaya untuk aktif mengikuti pembahasan ini di DK PBB. "Saya telah berkomunikasi dengan wakil tetap kita di PBB, Untuk mengikuti pembahasan di DK, untuk mendorong langkah konkrit terwujudnya jeda kemanusiaan," ucap Retno.
"Jadi, apabila jeda tersebut terjadi, maka kita dapat secara cepat mengevakuasi warga Indonesia (WNI) yang berada di Yaman, khususnya di Aden, dimana ada 89 WNI di sana," imbuhnya kala melakukan jumpa pers di Jakarta pada Senin (6//4/2015).
Pemberlakuan jeda kemanusiaan pertama kali diserukan oleh Rusia pada akhir pekan lalu. Seruan ini datang ketika Rusia mulai kesulitan untuk melakukan evakuasi warga mereka di Yaman. Rusia juga merupakan pihak yang meminta diadakannya pertemuan khusus di DK PBB tersebut.
Selain Indonesia dan Rusia, Palang Merah Internasional atau ICRC adalah pihak lain yang mendesak untuk segera dilaksankannya jeda kemanusiaan tersebut. Tujuannya, agar memudahkan penyaluran bantuan kemanusiaan, terutama obata-obatan bagi rakyat Yaman yang jadi korban perang.(esn)
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Indonesia mengaku kesulitan mengevakuasi para Warga Negara Indonesia (WNI) yang masih tertahan di wilayah Yaman. Sebab, perang masih berkecamuk di wilayah Aden dan sekitarnya.
Menurut Menteri Luar Negeri (Menlu) Indonesia, Retno Marsudi mengatakan masih ada sekitar 89 WNI di Aden. Mereka tertahan di safe house.
"Ada 89 WNI yang masih berada di Aden belum dapat keluar untuk menuju pelabuhan," ucap Retno kepada wartawan, di Jakarta, Senin (6/4/2015).
Kapal Indonesia yang seharusnya menjemput para WNI itu juga belum bisa berlabuh kembali di pelabuhan Aden. Rencananya puluhan WNI yang ada di Aden akan dibawa ke Djibouti, sebuah negara yang berdekatan dengan Somalia.
Semula jumlah WNI yang ada di Aden sebanyak 99 orang. Namun, 10 di antaranya sudah berhasil dievakuasi saat kapal Indonesia pertama kali merapat di pelabuhan Aden. Mereka yang sudah dievakuasi kini berada di Djibouti.
Sementara itu, total WNI yang sudah berhasil dievakuasi dari Yaman, menurut Retno sebanyak 700 orang. Kemarin, 14 dari 110 WNI sudah tiba di Bandara Soekarno-Hatta. Sore ini, sisa rombongan tersebut akan kembali tiba Jakarta dan Bali.(mas)Para WNI di Yaman Tolak Dievakuasi, Ini Jurus Menlu Menteri Luar Negeri (Menlu) Indonesia, Retno Marsudi, mengkonfirmasi laporan soal adanya para Warga Negara Indonesia (WNI) di Yaman yang menolak dievakuasi karena masalah kuliah. Tapi, Menlu Retno memiliki jurus atau cara untuk mengatasi masalah itu.
Retno mengaku sudah bekomunikasi dengan pihak Universitas al-Ahgaff yang berada di Kota Tharim, Yaman. "Untuk yang di Tharim, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) juga bertemu dengan para pengurus lembaga pendidikan, dan menjelaskan imbauan pemerintah Indonesia kepada pelajar," kata Retno, di Jakarta, Senin (6/4/2015).
Dalam pertemuan itu, Kemlu dan pihak universitas menyepakati beberapa opsi agar para pelajar Indonesia bisa dievakuasi dari wilayah tersebut.
"Ada dua opsi, antara lain yang pertama pada saat mereka meninggalkan Yaman, mereka tidak dihitung hilang dan bisa menjutkan pendidikannya. Apabila situasi terus memburuk," kata Menlu Retno.
"Opsi lain, para pelajar mengikuti ujian di cabang al-Ahgaff di Cirebon, ujian di Indonesia," lanjut dia.
Jumlah pelajar Indonesia di Yaman sendiri mencapai lebih dari 2 ribu orang. Mayoritas di antara mereka berada di wilayah Hadaratul Maut.(mas)Indonesia Harap Jeda Kemanusiaan di Yaman Segera Terlaksana Pemerintah Indonesia mengharapakan agar pelaksanaan jeda kemanusiaan yang saat ini tengah menjadi pembahasan di Dewan Keamanan (DK) PBB bisa segera terealisasi. Dengan adanya jeda kemanusiaan, maka membuat Indonesia bisa secepatnya mengevakuasi warganya yang berada di Yaman.
Untuk mendorong langkah itu, Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi menyatakan telah menugaskan Perwakilan Tetap Indonesia di PBB, Desra Percaya untuk aktif mengikuti pembahasan ini di DK PBB. "Saya telah berkomunikasi dengan wakil tetap kita di PBB, Untuk mengikuti pembahasan di DK, untuk mendorong langkah konkrit terwujudnya jeda kemanusiaan," ucap Retno.
"Jadi, apabila jeda tersebut terjadi, maka kita dapat secara cepat mengevakuasi warga Indonesia (WNI) yang berada di Yaman, khususnya di Aden, dimana ada 89 WNI di sana," imbuhnya kala melakukan jumpa pers di Jakarta pada Senin (6//4/2015).
Pemberlakuan jeda kemanusiaan pertama kali diserukan oleh Rusia pada akhir pekan lalu. Seruan ini datang ketika Rusia mulai kesulitan untuk melakukan evakuasi warga mereka di Yaman. Rusia juga merupakan pihak yang meminta diadakannya pertemuan khusus di DK PBB tersebut.
Selain Indonesia dan Rusia, Palang Merah Internasional atau ICRC adalah pihak lain yang mendesak untuk segera dilaksankannya jeda kemanusiaan tersebut. Tujuannya, agar memudahkan penyaluran bantuan kemanusiaan, terutama obata-obatan bagi rakyat Yaman yang jadi korban perang.(esn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.