Selain Daeng Koro, 1 Pengikutnya Juga Tewas Ditembak Densus 88 Wakil Kepala Polri Komjen Badrodin Haiti (kanan) memerhatikan sejumlah barang bukti yang berhasil diamankan dari terduga teroris yag ditembak mati di Mapolda Sulteng di Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (4/4/15) malam. Kepolisian kembali menembak mati seorang terduga teroris yang diduga kelompok Santoso Cs di Jalur Kebun Kopi, Kabupaten Parigi Moutong pada Sabtu (4/4/15) sore sehingga menjadi dua orang. (ANTARA FOTO/Basri Marzuki)★
Wakapolri Jenderal Badrodin Haiti membenarkan bahwa aparat gabungan Polda Sulawesi Tengah dan Densus 88 Antiteror menembak mati aktor intelektual kelompok teroris di Poso, Daeng Koro. Satu anggota Daeng Koro juga tewas dalam baku tembak hari ini.
"Hari ini juga ditangkap salah seorang kelompoknya (Daeng Koro) di KM 16 kebun kopi. Dua-duanya ini merupakan satu kelompok yang terjadi kontak tembak di Desa Sakinah kecamatan Parigi Utara. Dua-duanya meninggal dunia," ujar Badrodin dalam jumpa pers yang dilakukan di Mapolda Sulawesi Tengah, Jl Sam Ratulangi, Palu, Sabtu (4/4/2015).
Dengan tewasnya Daeng Koro, Badrodin mengatakan bahwa kepolisian masih akan terus melakukan pengejaran terhadap kelompok lain yang ikut melakukan teror dan membuat resah masyarakat.
"Tentu upaya Polri tetap harus melakukan pengejaran terhadap kelompok-kelompok yang lain karena mereka sudah membuat teror dan mengganggu ketentraman dan keamanan masyarakat. Oleh karena itu, pengejaran terhadap kelompok ini terus dilakukan dan ditingkatkan," jelasnya.
Badrodin Haiti malam ini sengaja bertolak ke Palu untuk meninjau langsung kondisi terduga teroris yang di tembak mati oleh Densus 88, setelah kontak tembak oleh aparat gabungan Jumat kemarin.
Daeng Koro yang merupakan pecatan TNI ini dianggap paling berbahaya dibanding Santoso. Dengan keahlian militer yang dimilikinya itu, dia merekrut dan membentuk kelompok para militer untuk meneror aparat dan masyarakat Poso.(rni/mpr)Polri Klaim Tewasnya Daeng Koro Lemahkan Kelompok Teroris Sulteng Wakapolri Komjen Badrodin Haiti memastikan teroris yang tewas dalam baku tembak di Pegunungan Sakina Jaya, Sulawesi Tengah adalah Daeng Koro, kelompok Santoso. Badrodin mengklaim tewasnya Daeng akan melemahkan kelompok teroris di wilayah Sulteng.
"Pada umumnya kalau yang terkena pimpinannya itu bisa mempengaruhi moril, strategi mereka. Bisa juga mereka tercerai berai, bisa melemah," ujar Komjen Badrodin dalam jumpa pers di Mapolda Sulteng di Jl Sam Ratulangi, Palu, Sabtu (4/4/2015).
Menurut Badrodin ada dua kelompok di wilayah Sulteng yang masing-masing dipimpin oleh Daeng Karo dan Santoso. Kelompok yang dipimpin oleh Daeng Karo memiliki anggota sekitar 10-15 orang. Sementara yang dipimpin Santoso berjumlah sekitar 20-an orang. Sehingga total ada sekitar 30-35 orang.
"Harapan saya sisa kelompok ini menyerah untuk pertangungjawabkan perbuatan yang mereka lakukan,"imbaunya.
Badrodin mengakui pihaknya dalam 2 bulan terakhir gencar menggelar operasi memburu DPO Santoso yang sangat 'licin'. Sejauh ini hanya kurir yang berhasil ditangkap.
"Kita berupaya melakukan pengejaran sampai tertangkap, yang lalu kita lakukan operasi 2 bulan tapi belum tertangkap, hanya kurir yang kita tangkap. Tetapi proses pengejaran ini tidak pernah berhenti," tutur calon Kapolri ini.
Badrodin mengimbau agar masyarakat selalu waspada. Polri akan terus meningkatkan pengamanan.
"Kita harap masyarakat waspada, Polri akan meningkatkan pengamanan baik di pos terdepan," tutupnya.(mpr/mpr)Hendak Lempar Bom ke Anggota Polisi, Seorang Teroris di Toboli Ditembak Pengejaran terhadap kelompok teroris Santoso terus berlanjut pasca tewasnya Daeng Koro alias Sabar Subagyo dalam baku tembak, Jumat (3/5). Kemarin, seorang teroris tewas setelah berupaya melempar bom kepada aparat yang hendak menangkapnya.
Peristiwa tersebut terjadi pada Sabtu (4/5/2015). Saat itu Kepala Pos Polisi Toboli Ipda Runtu bersama beberapa anggotanya tengah melakukan penyekatan untuk menghambat pelarian sejumlah teroris pasca tewasnya Daeng Koro.
Sekitar pukul 17.30 Wita ada seorang warga yang melaporkan bahwa ada orang tidak dikenal di belakang rumahnya. Kapospol dan beberapa anggotanya mengecek laporan tersebut.
Tiba di lokasi yang dilaporkan oleh warga tersebut, anggota Polres Toboli langsung melakukan pemeriksaan dan menanyakan identitas orang yang mencurigakan itu.
"Saat ditanya oleh Kapospol mengenai identitas (KTP) tiba-tiba pria itu langsung mencabut senjata api revolver dan langsung menodongkan ke Kapospol," kata salah seorang sumber di kepolisian Polda Sulawesi Tengah saat berbincanf dengan detikcom, Minggu (5/4/2015).
Saat itu pula Kapospol langsung mencabut senjata apinya dan berupaya menembakan pada orang tak dikenal itu. "Namun tidak meledak, sampai akhirnya mereka berdua berkelahi dan Kapospol berhasil menjatuhkan revolver pelaku," terang perwira menengah tersebut.
Pria yang menodongkan senjata itu lalu melarikan diri. Kapospol menembak pelaku. "Namun tidak roboh, justru berusaha mencabut bom di tubuhnya sehingga langsung ditembak lagi dan tewas di TKP," kata perwira yang namanya tidak ingin disebutkan itu.
Polisi menemukan barang bukti 1 unit revolver beserta enam amunisi. "Dan empat buah bom lontong," ujarnya.(ahy/mpr)'Sarang' Daeng Koro Jauh dari Lokasi Latihan Perang TNI Daeng Koro (istimewa)★
Otak di balik serangkaian terorisme di Indonesia, Daeng Koro atau Sabar Subagyo, tewas di tangan aparat gabungan Polda Sulawesi Tengah dan Densus 88/Antiteror. Kelompok ini kerap bersembunyi di daerah pegunungan Poso. Namun, saat digerebek Daeng Koro berada jauh dari lokasi latihan TNI yang digelar pekan lalu.
Seperti diketahui, latihan gabungan yang digelar TNI dengan gambaran pengejaran kelompok teror dilangsungkan di Gunung Biru, Poso, Selasa (31/3/2015). Wilayah tersebut memang kerap dijadikan sarang persembunyian kelompok Mujahiddin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Santoso dan Daeng Koro.
Namun, dalam penyergapan teroris Jumat (3/4/2015) yang menewaskan Daeng Koro, terjadi di Pegunungan Sakina Jaya, Desa Pangi, Parigi Utara, Parigi Montong (Parimo). Polri menyatakan, pihaknya telah sebulan lebih mengikuti jejak kelompok teroris tersebut pasca menerima laporan warga akan adanya belasan pria bersenjata di dusun mereka.
"Jaraknya cukup jauh, 150 kilometer dari Kabupaten Poso atau sekitar dua minggu perjalanan menembus gunung," kata Kepala Dusun, Alfian, saat berbincang via telepon, Minggu (5/4/2015).
Alfian menduga pergeseran kelompok teroris tersebut diduga karena TNI akan menggelar pelatihan di Gunung Biru.
"Makanya jauh-jauh hari sebelum latihan militer TNI dimulai, mereka terlihat sudah berada di daerah Parigi ini," kata Alfian.
Dia bersyukur aparat kepolisian mengungkap kelompok teroris yang membuat resah warga tersebut. "Masyarakat bersyukur dan berterima kasih atas pengungkapan kemarin," kata Alfian.(ahy/kha)Perbekalan di Gunung Menipis yang Membuat Daeng Koro Tertangkap Densus Tokoh teroris berbahaya, Daeng Koro, tewas dalam penyergapan tim Satgas Anti Teror di Poso dan Detasemen Khusus (Densus) 88 Polri di Pegunungan Sakina Jaya, Sulawesi Tengah. Pecatan TNI ini disergap saat turun gunung.
Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabag Penum) Divisi Humas Polri Kombes Rikwanto mengatakan, Daeng Koro dan sejumlah anggotanya bersembunyi di pegunungan tersebut dan melakukan pelatihan militer.
Namun, sejak 15 orang anak buahnya yang bagian antar berita, antar logistik dan lain-lain ini tertangkap dalam Operasi Camar, menyulitkan mereka dalam persembunyian tersebut.
"Mereka kesulitaan perbekalan hingga akhirnya turun gunung," ujar Rikwanto kepada detikcom, Minggu (5/4/2015).
Keberadaan Daeng Koro ini pun diketahui oleh masyarakat, hingga akhirnya dilaporkan ke petugas kepolisian setempat. Tim Densus yang mendapatkan laporan tersebut kemudian melakukan penyergapan di pegunungan Sakina Jaya.
"Sehingga akhirnya terjadi baku tembak," ungkapnya.
Daeng Koro merupakan buron teroris yang paling dicari oleh Polri. Ia terlibat dalam sejumlah aksi terorisme. Ia juga merupakan pimpinan kelompok teroris Poso.
Daeng Koro juga melatih sekaligus menjadi ketua pelaksana beberapa kegiatan tadrib asyakari yang dilaksanakan di Tuturuga, Morowali, juga di Sulawesi Barat dan di Gunung Tamanjeka, Poso.
Perakit bom ini juga terlibat dalam penembakan anggota Brimob di Kalora dan menjadi aktor intelektual dalam penembakan Briptu Andi Sapa dan Brigadir Sudirman di Tamanjeka.(mei/kha)Bom Lontong Hingga Senjata Api Disita Densus dari Kelompok Daeng Koro Wakapolri Komjen Badrodin Haiti mengecek Barang Bukti di Poso (Andry/detikcom)★
Tim Densus 88 Polri bersama Polda Sulawesi Tengah berhasil menyergap kelompok teroris pimpinan Daeng Koro di Gunung Sakinah Jaya, Jumat (3/4) lalu. Dalam penyergapan yang diakhiri dengan tewasnya Daeng Koro ini, tim juga menyita barang bukti seperti bom lontong hingga senjata api laras panjang.
"Dari 1 orang terduga kelompok teroris yang diduga Daeng Koro, petugas berhasil mengamankan bom lontong, 2 pucuk senjata api M 16 dan 1 pucuk senpi laras panjang rakitan beserta ratusan amunisi, GPS, 2 buah handphone dan peta Sulawesi," jelas Kabag Penum Divisi Humas Polri Kombes Rikwanto kepada detikcom, Minggu (5/4/2015).
Daeng Koro tewas dalam penyergapan tim Densus dan Polda Sulteng di Pegunungan Sakinah Jaya, Jumat (3/4) lalu. Penyergapan ini berawal dari informasi intelijen yang mendapatkan informasi adanya 6 orang kelompok bersenjata yang menyandera masyarakat setempat.
"Kelompok tersebut menahan seorang wanita di pondok untuk meminta dimasakkan nasi," imbuh Rikwanto.
Pada pukul 13.00 WITA, Kapolres Parigi menuju ke TKP dengan melibatkan kekuatan 1 pleton gabungan dari Reserse, Intelkam dan Sabhara bersama tim Densus 88 Polri. Satu setengah jam tim tiba di lokasi dan langsung melakukan pengintaian.
"Dari hasil pengintaian ditemukan kurang lebih 10 orang kelompok teroris dengan memegang senjata," ungkapnya.
Tim kemudian langsung melakukan penyergapan terhadap kelompok bersenjata terjsebut. Kelompok teroris pun melakukan perlawanan hingga akhirnya baku tembak pun terjadi selama kurang lebih 1 jam.
Dalam kontak senjata itu, seorang terduga teroris yang diduga kuat Daeng Koro, tewas di lokasi. Setelah lokasi clear, petugas melakukan pemeriksaan dan ditemukan sejumlah barang bukti tersebut.(mei/kha)
Wakapolri Jenderal Badrodin Haiti membenarkan bahwa aparat gabungan Polda Sulawesi Tengah dan Densus 88 Antiteror menembak mati aktor intelektual kelompok teroris di Poso, Daeng Koro. Satu anggota Daeng Koro juga tewas dalam baku tembak hari ini.
"Hari ini juga ditangkap salah seorang kelompoknya (Daeng Koro) di KM 16 kebun kopi. Dua-duanya ini merupakan satu kelompok yang terjadi kontak tembak di Desa Sakinah kecamatan Parigi Utara. Dua-duanya meninggal dunia," ujar Badrodin dalam jumpa pers yang dilakukan di Mapolda Sulawesi Tengah, Jl Sam Ratulangi, Palu, Sabtu (4/4/2015).
Dengan tewasnya Daeng Koro, Badrodin mengatakan bahwa kepolisian masih akan terus melakukan pengejaran terhadap kelompok lain yang ikut melakukan teror dan membuat resah masyarakat.
"Tentu upaya Polri tetap harus melakukan pengejaran terhadap kelompok-kelompok yang lain karena mereka sudah membuat teror dan mengganggu ketentraman dan keamanan masyarakat. Oleh karena itu, pengejaran terhadap kelompok ini terus dilakukan dan ditingkatkan," jelasnya.
Badrodin Haiti malam ini sengaja bertolak ke Palu untuk meninjau langsung kondisi terduga teroris yang di tembak mati oleh Densus 88, setelah kontak tembak oleh aparat gabungan Jumat kemarin.
Daeng Koro yang merupakan pecatan TNI ini dianggap paling berbahaya dibanding Santoso. Dengan keahlian militer yang dimilikinya itu, dia merekrut dan membentuk kelompok para militer untuk meneror aparat dan masyarakat Poso.(rni/mpr)Polri Klaim Tewasnya Daeng Koro Lemahkan Kelompok Teroris Sulteng Wakapolri Komjen Badrodin Haiti memastikan teroris yang tewas dalam baku tembak di Pegunungan Sakina Jaya, Sulawesi Tengah adalah Daeng Koro, kelompok Santoso. Badrodin mengklaim tewasnya Daeng akan melemahkan kelompok teroris di wilayah Sulteng.
"Pada umumnya kalau yang terkena pimpinannya itu bisa mempengaruhi moril, strategi mereka. Bisa juga mereka tercerai berai, bisa melemah," ujar Komjen Badrodin dalam jumpa pers di Mapolda Sulteng di Jl Sam Ratulangi, Palu, Sabtu (4/4/2015).
Menurut Badrodin ada dua kelompok di wilayah Sulteng yang masing-masing dipimpin oleh Daeng Karo dan Santoso. Kelompok yang dipimpin oleh Daeng Karo memiliki anggota sekitar 10-15 orang. Sementara yang dipimpin Santoso berjumlah sekitar 20-an orang. Sehingga total ada sekitar 30-35 orang.
"Harapan saya sisa kelompok ini menyerah untuk pertangungjawabkan perbuatan yang mereka lakukan,"imbaunya.
Badrodin mengakui pihaknya dalam 2 bulan terakhir gencar menggelar operasi memburu DPO Santoso yang sangat 'licin'. Sejauh ini hanya kurir yang berhasil ditangkap.
"Kita berupaya melakukan pengejaran sampai tertangkap, yang lalu kita lakukan operasi 2 bulan tapi belum tertangkap, hanya kurir yang kita tangkap. Tetapi proses pengejaran ini tidak pernah berhenti," tutur calon Kapolri ini.
Badrodin mengimbau agar masyarakat selalu waspada. Polri akan terus meningkatkan pengamanan.
"Kita harap masyarakat waspada, Polri akan meningkatkan pengamanan baik di pos terdepan," tutupnya.(mpr/mpr)Hendak Lempar Bom ke Anggota Polisi, Seorang Teroris di Toboli Ditembak Pengejaran terhadap kelompok teroris Santoso terus berlanjut pasca tewasnya Daeng Koro alias Sabar Subagyo dalam baku tembak, Jumat (3/5). Kemarin, seorang teroris tewas setelah berupaya melempar bom kepada aparat yang hendak menangkapnya.
Peristiwa tersebut terjadi pada Sabtu (4/5/2015). Saat itu Kepala Pos Polisi Toboli Ipda Runtu bersama beberapa anggotanya tengah melakukan penyekatan untuk menghambat pelarian sejumlah teroris pasca tewasnya Daeng Koro.
Sekitar pukul 17.30 Wita ada seorang warga yang melaporkan bahwa ada orang tidak dikenal di belakang rumahnya. Kapospol dan beberapa anggotanya mengecek laporan tersebut.
Tiba di lokasi yang dilaporkan oleh warga tersebut, anggota Polres Toboli langsung melakukan pemeriksaan dan menanyakan identitas orang yang mencurigakan itu.
"Saat ditanya oleh Kapospol mengenai identitas (KTP) tiba-tiba pria itu langsung mencabut senjata api revolver dan langsung menodongkan ke Kapospol," kata salah seorang sumber di kepolisian Polda Sulawesi Tengah saat berbincanf dengan detikcom, Minggu (5/4/2015).
Saat itu pula Kapospol langsung mencabut senjata apinya dan berupaya menembakan pada orang tak dikenal itu. "Namun tidak meledak, sampai akhirnya mereka berdua berkelahi dan Kapospol berhasil menjatuhkan revolver pelaku," terang perwira menengah tersebut.
Pria yang menodongkan senjata itu lalu melarikan diri. Kapospol menembak pelaku. "Namun tidak roboh, justru berusaha mencabut bom di tubuhnya sehingga langsung ditembak lagi dan tewas di TKP," kata perwira yang namanya tidak ingin disebutkan itu.
Polisi menemukan barang bukti 1 unit revolver beserta enam amunisi. "Dan empat buah bom lontong," ujarnya.(ahy/mpr)'Sarang' Daeng Koro Jauh dari Lokasi Latihan Perang TNI Daeng Koro (istimewa)★
Otak di balik serangkaian terorisme di Indonesia, Daeng Koro atau Sabar Subagyo, tewas di tangan aparat gabungan Polda Sulawesi Tengah dan Densus 88/Antiteror. Kelompok ini kerap bersembunyi di daerah pegunungan Poso. Namun, saat digerebek Daeng Koro berada jauh dari lokasi latihan TNI yang digelar pekan lalu.
Seperti diketahui, latihan gabungan yang digelar TNI dengan gambaran pengejaran kelompok teror dilangsungkan di Gunung Biru, Poso, Selasa (31/3/2015). Wilayah tersebut memang kerap dijadikan sarang persembunyian kelompok Mujahiddin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Santoso dan Daeng Koro.
Namun, dalam penyergapan teroris Jumat (3/4/2015) yang menewaskan Daeng Koro, terjadi di Pegunungan Sakina Jaya, Desa Pangi, Parigi Utara, Parigi Montong (Parimo). Polri menyatakan, pihaknya telah sebulan lebih mengikuti jejak kelompok teroris tersebut pasca menerima laporan warga akan adanya belasan pria bersenjata di dusun mereka.
"Jaraknya cukup jauh, 150 kilometer dari Kabupaten Poso atau sekitar dua minggu perjalanan menembus gunung," kata Kepala Dusun, Alfian, saat berbincang via telepon, Minggu (5/4/2015).
Alfian menduga pergeseran kelompok teroris tersebut diduga karena TNI akan menggelar pelatihan di Gunung Biru.
"Makanya jauh-jauh hari sebelum latihan militer TNI dimulai, mereka terlihat sudah berada di daerah Parigi ini," kata Alfian.
Dia bersyukur aparat kepolisian mengungkap kelompok teroris yang membuat resah warga tersebut. "Masyarakat bersyukur dan berterima kasih atas pengungkapan kemarin," kata Alfian.(ahy/kha)Perbekalan di Gunung Menipis yang Membuat Daeng Koro Tertangkap Densus Tokoh teroris berbahaya, Daeng Koro, tewas dalam penyergapan tim Satgas Anti Teror di Poso dan Detasemen Khusus (Densus) 88 Polri di Pegunungan Sakina Jaya, Sulawesi Tengah. Pecatan TNI ini disergap saat turun gunung.
Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabag Penum) Divisi Humas Polri Kombes Rikwanto mengatakan, Daeng Koro dan sejumlah anggotanya bersembunyi di pegunungan tersebut dan melakukan pelatihan militer.
Namun, sejak 15 orang anak buahnya yang bagian antar berita, antar logistik dan lain-lain ini tertangkap dalam Operasi Camar, menyulitkan mereka dalam persembunyian tersebut.
"Mereka kesulitaan perbekalan hingga akhirnya turun gunung," ujar Rikwanto kepada detikcom, Minggu (5/4/2015).
Keberadaan Daeng Koro ini pun diketahui oleh masyarakat, hingga akhirnya dilaporkan ke petugas kepolisian setempat. Tim Densus yang mendapatkan laporan tersebut kemudian melakukan penyergapan di pegunungan Sakina Jaya.
"Sehingga akhirnya terjadi baku tembak," ungkapnya.
Daeng Koro merupakan buron teroris yang paling dicari oleh Polri. Ia terlibat dalam sejumlah aksi terorisme. Ia juga merupakan pimpinan kelompok teroris Poso.
Daeng Koro juga melatih sekaligus menjadi ketua pelaksana beberapa kegiatan tadrib asyakari yang dilaksanakan di Tuturuga, Morowali, juga di Sulawesi Barat dan di Gunung Tamanjeka, Poso.
Perakit bom ini juga terlibat dalam penembakan anggota Brimob di Kalora dan menjadi aktor intelektual dalam penembakan Briptu Andi Sapa dan Brigadir Sudirman di Tamanjeka.(mei/kha)Bom Lontong Hingga Senjata Api Disita Densus dari Kelompok Daeng Koro Wakapolri Komjen Badrodin Haiti mengecek Barang Bukti di Poso (Andry/detikcom)★
Tim Densus 88 Polri bersama Polda Sulawesi Tengah berhasil menyergap kelompok teroris pimpinan Daeng Koro di Gunung Sakinah Jaya, Jumat (3/4) lalu. Dalam penyergapan yang diakhiri dengan tewasnya Daeng Koro ini, tim juga menyita barang bukti seperti bom lontong hingga senjata api laras panjang.
"Dari 1 orang terduga kelompok teroris yang diduga Daeng Koro, petugas berhasil mengamankan bom lontong, 2 pucuk senjata api M 16 dan 1 pucuk senpi laras panjang rakitan beserta ratusan amunisi, GPS, 2 buah handphone dan peta Sulawesi," jelas Kabag Penum Divisi Humas Polri Kombes Rikwanto kepada detikcom, Minggu (5/4/2015).
Daeng Koro tewas dalam penyergapan tim Densus dan Polda Sulteng di Pegunungan Sakinah Jaya, Jumat (3/4) lalu. Penyergapan ini berawal dari informasi intelijen yang mendapatkan informasi adanya 6 orang kelompok bersenjata yang menyandera masyarakat setempat.
"Kelompok tersebut menahan seorang wanita di pondok untuk meminta dimasakkan nasi," imbuh Rikwanto.
Pada pukul 13.00 WITA, Kapolres Parigi menuju ke TKP dengan melibatkan kekuatan 1 pleton gabungan dari Reserse, Intelkam dan Sabhara bersama tim Densus 88 Polri. Satu setengah jam tim tiba di lokasi dan langsung melakukan pengintaian.
"Dari hasil pengintaian ditemukan kurang lebih 10 orang kelompok teroris dengan memegang senjata," ungkapnya.
Tim kemudian langsung melakukan penyergapan terhadap kelompok bersenjata terjsebut. Kelompok teroris pun melakukan perlawanan hingga akhirnya baku tembak pun terjadi selama kurang lebih 1 jam.
Dalam kontak senjata itu, seorang terduga teroris yang diduga kuat Daeng Koro, tewas di lokasi. Setelah lokasi clear, petugas melakukan pemeriksaan dan ditemukan sejumlah barang bukti tersebut.(mei/kha)
♞ detik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.