Evakuasi WNI di Yaman, Moeldoko Usulkan Pakai KRI Rigel 933 OCEA dossier
Evakuasi WNI di Yaman masih berlanjut. TNI mengusulkan menggunakan kapal perang yang sedang bertugas di Libanon atau KRI Rigel 933 yang sekarang berada di kawasan dekat Malta, Laut Tengah.
"Kita punya kapal perang di Libanon yang gabung dengan PBB. Mungkin bisa kita pinjam dulu, dikomunikasikan dengan PBB," ujar Panglima TNI Jenderal Moeldoko menjawab pertanyaan soal Yaman, usai bertemu Presiden Jokowi di Kantor Presiden, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Senin (6/5/2015).
"Saya juga punya kapal hidros yang sekarang dari Prancis sudah masuk ke Monte Cristo. Dari Monte Cristo tak jauh menuju ke Aden," imbuhnya. Aden merupakan lokasi evakuasi WNI di Yaman.
Menurut catatan detikcom, kapal yang dimaksud Moeldoko adalah kapal Hydro Oceanography Multi Purpose Research Vessel buatan OCEA Les Sables d'Olonne, Prancis, bernama KRI Rigel 933. Ini merupakan kapal canggih terbaru TNI AL, yang baru keluar dari pabriknya dan hendak menuju Tanah Air. Perairan Monte Cristo merupakan pintu terdepan isu keamanan Eropa-Timur Tengah.
Moeldoko menjelaskan, namun tempat duduk di kapal tersebut hanya 42. Sementara kru di kapal tersebut 40 personel.
"Saya beri tahu Ibu Menteri kalau memang makai itu mungkin hanya di dek. Hanya sementara dikeluarkan dari Aden," kata Moeldoko.
Namun, Moeldoko belum memutuskan akan menggunakan kapal yang mana. "Nanti, mana yang paling efektif," tuturnya.
110 WNI Gelombang pertama mendarat dari Yaman pada Minggu (5/4/2015) kemarin. Hari ini ada 110 WNI gelombang kedua juga akan datang. Sedangkan 89 WNI masih terjebak di Aden, Yaman.(nik/nrl) MerniTim Evakuasi WNI di Yaman Diinterogasi dan Dikelilingi Sipil Bersenjata Tim evakuasi WNI di Yaman berbagi cerita menegangkan saat pejalanan di negara konflik tersebut. (Kemlu Indonesia)
Upaya evakuasi para WNI di Yaman yang sedang menghadapi konflik, mendapat banyak rintangan. Tidak sedikit pemeriksaan petugas setempat yang harus dilewati oleh Tim Percepatan Evakuasi WNI di Yaman ini untuk tiba di lokasi tujuan.
Seperti yang dialami tim pada Senin (6/4) pukul 07.30 waktu setempat, ketika Kedubes RI di Yaman Wajid Fauzi, Konjen RI di Jeddah Darmakitri dan Athase Pertahanan Kolonel Roedy Roemin serta Athase Polri di Riyadh Kombes Pol Untung Widiatmoko saat menuju Hudaydah. Sekitar pukul 09.30 waktu setempat, tim mendapat pemeriksaan dokumen paspor saat memasuki daerah perbatasan Yaman.
"Alhamdulillah saat itu tidak ada kendala dan selanjutnya tim Sanaa melanjutkan perjalanan menuju Hudaedah," ujar Kasatgas Tim Percepatan Evakuasi WNI di Yaman dari Polri Kombes Pol Krishna Murti kepada detikcom, Selasa (7/4/2015).
Kemudian, saat memasuki wilayah Harrad, tim kembali mendapatkan pemeriksaan selama 4 jam. Tim yang berada di dalam bus saat itu disuruh turun dan membuka barang masing-masing yang berada di bagasi.
Obat-obatan dari Pusdokes Mabes Polri serta 12 buah rompi anti-peluru disita oleh petugas. Pemeriksaan berlangsung di sebuah pos di mana banyak orang dan petugas bersenjata.
"Di situ pemeriksaan hanya berlangsung 10 menit dan seluruh tim tidak turun, hanya sopir dan kernet yang turun di pos," imbuh perwira polisi yang pernah ditugaskan di Sudan ini.
Namun rupanya rintangan yang harus dihadapi tim tidak sampai di pos itu saja. Petugas otoritas setempat kemudian membawa rombongan ke lantai 2 sebuah kamar hotel di wilayah Harrad.
"Di situlah perasaan sudah mulai gelisah, karena di kamar itulah dilakukan interogasi oleh petugas dan dikelilingi warga masyarakat yang bersenjata kurang lebih 1 jam," jelas perwira di Divisi Hubungan Internasional Mabes Polri ini.
Rombongan tim dicecar sejumlah pertanyaan terkait maksud dan tujuan perjalanan mereka di wilayah tersebut. Petugas setempat juga menanyakan siapa ketua tim.
"Lalu dijawab oleh saudara Rahmat-sebagai interpreter-Bapak Susapto. Dalam pertanyaan yang diajukan oleh petugas antara lain maksud dan tujuan ke Yaman secara tegas ketua tim Bapak Susapto menjawab bahwa tujuan kita ke Yaman dalam rangka misi kemanusiaan untuk mengevakuasi dan membantu WNI yang berada di Yaman," paparnya.
Selama kurang lebih 1 jam rombongan tim percepatan evakuasi WNI di Yaman ini diinterogasi di hotel tersebut. Namun untungnya, petugas setempat melepaskan kembali rombongan sehingga tim bisa melanjutkan kembali perjalanan ke Hudaedah.
"Alhamdulillah berkat solawat dan tasbih serta pertolongan Allah semua tim diperbolehkan untuk melanjutkan perjalanan," ungkap lulusan AKPOL 91 itu.
Selama perjalanan menuju Hudaedah ini, tim harus melewati 11 titik check point. Hingga pada pukul 17.30 waktu setempat, tim tiba di Hudaedah dan menginap di sebuah hotel, bergabung dengan tim yang sudah berada di Hudaedah.Sudah 300 WNI Dievakuasi dari Yaman, KSAU: Tak Mudah Evakuasi Warga Kita Elza/detikcom
Pesawat Boeing 737-400 TNI AU diterjunkan untuk mengevakuasi warga negara Indonesia dari Yaman. Menurut KSAU Marsekal Agus Supriatna, tidak mudah membawa para WNI karena sulit mendapat izin terbang dari otoritas di wilayah Arab Saudi.
"Tidak semudah itu kita ambil warga kita. Wilayah udara di sana berada dalam penguasaan Arab Saudi. Kita harus dapat izin clearance dari mereka," ujar Agus usai gladi bersih acara HUT TNI ke-69 di Lanud Halim Perdanakusuma, Jaktim, Selasa (7/4/2015).
Proses evakuasi sendiri menurut Agus tidak berjalan sesuai rencana awal. Akibat perang yang terjadi di Yaman, WNI harus dibawa dulu melalui jalur darat sebelum diterbangkan.
"Tadinya ada 3 titik tempat kita akan evakuasi warga, ternyata setelah koordinasi dengan negara sana dan KBRI, ternyata ada tempat yang tidak kondusif jadi harus lewat darat dulu baru terbang dari tempat lain," kata Agus.
Dipilihnya Boeing untuk mengevakuasi WNI disebut Agus karena pesawat tersebut memungkinkan dapat mengangkut lebih dari 100 orang sekali jalan. Selain itu juga karena jam terbangnya yang cukup panjang sehingga proses evakuasi bisa cepat dilakukan.
"Alhamdulillah Menlu sudah kirim beberapa warga kita kembali," tuturnya.
Berdasarkan informasi dari Puspen TNI yang diterima detikcom, Selasa (7/4), hingga saat ini tim sudah berhasil mengevakuasi 300 WNI di Yaman melalui Jizan, Arab Saudi.
Mereka yang dibawa menuju Muskat dan Salalah, Oman, sebelum diterbangkan kembali ke Indonesia, sebagian besar merupakan mahasiswa, pramugari dan TKI.
Otoritas Arab Saudi pun merubah rute penerbangan untuk menghindari konflik sehingga penerbangan dari Jizan menuju Muscat menjadi lebih lama 45 menit dari biasanya. WNI pun kembali ke tanah air dengan menggunakan penerbangan komersil dari Muscat.
Pada Sabtu (4/4) dan Minggu (5/4), tim berhasil memulangkan masing-masing 110 WNI ke Indonesia. Selanjutnya pada Senin (6/4), 80 WNI diterbangkan dari Jizan menuju Salalah, Oman, yang kemudian diterbangkan ke Indonesia.
Di kloter 3 pemulangan WNI tersebut, turut ikut diterbangkan adalah Dubes RI untuk Yaman Wazid Fauzy beserta staf KBRI Yaman.Total WNI yang Dievakuasi dari Yaman 700 Orang Rachman Haryanto/detikcom
Kementerian Luar Negeri secara bertahap sudah mengevakuasi Warga Negara Indonesia yang berada di Yaman. Totalnya mencapai 700 orang.
"Kemarin sudah 110 WNI sampai dengan selamat di tanah air. Hari ini juga akan ada 110 WNI yang akan tiba di tanah air. Sehingga sampai hari ini dapat saya sampaikan sudah 700 WNI yang kita evakuasi dan sudah berada di tanah air," ujar Menlu Retno Marsudi di Kantor Presiden, Jl Veteran, Jakarta, Senin (6/5/2015).
700 WNI itu menurut Retno adalah akumulasi evakuasi sejak Desember 2014. Rinciannya, 332 WNI pada Desember 2014, 148 WNI pada Februari 2015 dan 110 WNI pada 5 April 2015.
"Jadi total WNI yang sudah sampai di tanah air adalah 700," jelasnya.
Retno mengatakan saat ini masih ada 92 WNI yang sudah ada di luar Yaman namun belum sampai di tanah air. Kemlu sedang melakukan pengaturan kembali untuk memulangkan 92 WNI tersebut.
"Jadi total 92 yang sudah berada di luar Yaman tapi belum sampai ke Indonesia. Kita akan segera melakukan pengaturan untuk kembali ke Indonesia," ungkapnya.
Sementara itu di Aden masih ada 89 WNI yang memang masih belum memiliki akses untuk ke pelabuhan karena situasi keamanan. Selain itu, tim dari Jakarta 2 hari yang lalu sudah berhasil masuk ke Tarim di wilayah timur Yaman untuk melakukan pertemuan dengan para mahasiswa, dekan dan pengurus lembaga pendidikan di mana mereka sekolah.
"Di Tarim kita memiliki sekitar 1.500 mahasiswa. Jadi kita melakukan dialog dengan mereka dan mengimbau agar mereka mau dievakuasi," kata Menlu.
Tim Kemlu, lanjut Retno, juga sudah melanjutkan perjalanan menuju Almukalah. Namun karena faktor keamanan, tim tidak bisa masuk ke Almukalah.
"Kita sudah melakukan kontak dengan PPI di Almukalah dan menyampaikan pada PPI untuk membantu evakuasi dari Almukalah. Di Almukalah sudah ada 40 orang yang mendaftar untuk dievakuasi," kata mantan Dubes RI untuk Belanda ini.
Di Tarim, ada sekitar 150 WNI yang juga sudah siap dievakuasi. Evakuasi di Tarim akan dilakukan melalui darat menuju Shalala perbatasan Oman. Dari Shalala para WNI akan diterbangkan lebih lanjut ke Indonesia.
"Itu update. Tentu saja situasinya sangat dinamis, sangat cair, berkembang terus sehingga jalur evakuasi kita, rencana evakuasi kita juga akan kita adjust sesuai dengan perkembangan yang terjadi di lapangan," tutupnya.
Evakuasi WNI di Yaman masih berlanjut. TNI mengusulkan menggunakan kapal perang yang sedang bertugas di Libanon atau KRI Rigel 933 yang sekarang berada di kawasan dekat Malta, Laut Tengah.
"Kita punya kapal perang di Libanon yang gabung dengan PBB. Mungkin bisa kita pinjam dulu, dikomunikasikan dengan PBB," ujar Panglima TNI Jenderal Moeldoko menjawab pertanyaan soal Yaman, usai bertemu Presiden Jokowi di Kantor Presiden, Jl Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Senin (6/5/2015).
"Saya juga punya kapal hidros yang sekarang dari Prancis sudah masuk ke Monte Cristo. Dari Monte Cristo tak jauh menuju ke Aden," imbuhnya. Aden merupakan lokasi evakuasi WNI di Yaman.
Menurut catatan detikcom, kapal yang dimaksud Moeldoko adalah kapal Hydro Oceanography Multi Purpose Research Vessel buatan OCEA Les Sables d'Olonne, Prancis, bernama KRI Rigel 933. Ini merupakan kapal canggih terbaru TNI AL, yang baru keluar dari pabriknya dan hendak menuju Tanah Air. Perairan Monte Cristo merupakan pintu terdepan isu keamanan Eropa-Timur Tengah.
Moeldoko menjelaskan, namun tempat duduk di kapal tersebut hanya 42. Sementara kru di kapal tersebut 40 personel.
"Saya beri tahu Ibu Menteri kalau memang makai itu mungkin hanya di dek. Hanya sementara dikeluarkan dari Aden," kata Moeldoko.
Namun, Moeldoko belum memutuskan akan menggunakan kapal yang mana. "Nanti, mana yang paling efektif," tuturnya.
110 WNI Gelombang pertama mendarat dari Yaman pada Minggu (5/4/2015) kemarin. Hari ini ada 110 WNI gelombang kedua juga akan datang. Sedangkan 89 WNI masih terjebak di Aden, Yaman.(nik/nrl) MerniTim Evakuasi WNI di Yaman Diinterogasi dan Dikelilingi Sipil Bersenjata Tim evakuasi WNI di Yaman berbagi cerita menegangkan saat pejalanan di negara konflik tersebut. (Kemlu Indonesia)
Upaya evakuasi para WNI di Yaman yang sedang menghadapi konflik, mendapat banyak rintangan. Tidak sedikit pemeriksaan petugas setempat yang harus dilewati oleh Tim Percepatan Evakuasi WNI di Yaman ini untuk tiba di lokasi tujuan.
Seperti yang dialami tim pada Senin (6/4) pukul 07.30 waktu setempat, ketika Kedubes RI di Yaman Wajid Fauzi, Konjen RI di Jeddah Darmakitri dan Athase Pertahanan Kolonel Roedy Roemin serta Athase Polri di Riyadh Kombes Pol Untung Widiatmoko saat menuju Hudaydah. Sekitar pukul 09.30 waktu setempat, tim mendapat pemeriksaan dokumen paspor saat memasuki daerah perbatasan Yaman.
"Alhamdulillah saat itu tidak ada kendala dan selanjutnya tim Sanaa melanjutkan perjalanan menuju Hudaedah," ujar Kasatgas Tim Percepatan Evakuasi WNI di Yaman dari Polri Kombes Pol Krishna Murti kepada detikcom, Selasa (7/4/2015).
Kemudian, saat memasuki wilayah Harrad, tim kembali mendapatkan pemeriksaan selama 4 jam. Tim yang berada di dalam bus saat itu disuruh turun dan membuka barang masing-masing yang berada di bagasi.
Obat-obatan dari Pusdokes Mabes Polri serta 12 buah rompi anti-peluru disita oleh petugas. Pemeriksaan berlangsung di sebuah pos di mana banyak orang dan petugas bersenjata.
"Di situ pemeriksaan hanya berlangsung 10 menit dan seluruh tim tidak turun, hanya sopir dan kernet yang turun di pos," imbuh perwira polisi yang pernah ditugaskan di Sudan ini.
Namun rupanya rintangan yang harus dihadapi tim tidak sampai di pos itu saja. Petugas otoritas setempat kemudian membawa rombongan ke lantai 2 sebuah kamar hotel di wilayah Harrad.
"Di situlah perasaan sudah mulai gelisah, karena di kamar itulah dilakukan interogasi oleh petugas dan dikelilingi warga masyarakat yang bersenjata kurang lebih 1 jam," jelas perwira di Divisi Hubungan Internasional Mabes Polri ini.
Rombongan tim dicecar sejumlah pertanyaan terkait maksud dan tujuan perjalanan mereka di wilayah tersebut. Petugas setempat juga menanyakan siapa ketua tim.
"Lalu dijawab oleh saudara Rahmat-sebagai interpreter-Bapak Susapto. Dalam pertanyaan yang diajukan oleh petugas antara lain maksud dan tujuan ke Yaman secara tegas ketua tim Bapak Susapto menjawab bahwa tujuan kita ke Yaman dalam rangka misi kemanusiaan untuk mengevakuasi dan membantu WNI yang berada di Yaman," paparnya.
Selama kurang lebih 1 jam rombongan tim percepatan evakuasi WNI di Yaman ini diinterogasi di hotel tersebut. Namun untungnya, petugas setempat melepaskan kembali rombongan sehingga tim bisa melanjutkan kembali perjalanan ke Hudaedah.
"Alhamdulillah berkat solawat dan tasbih serta pertolongan Allah semua tim diperbolehkan untuk melanjutkan perjalanan," ungkap lulusan AKPOL 91 itu.
Selama perjalanan menuju Hudaedah ini, tim harus melewati 11 titik check point. Hingga pada pukul 17.30 waktu setempat, tim tiba di Hudaedah dan menginap di sebuah hotel, bergabung dengan tim yang sudah berada di Hudaedah.Sudah 300 WNI Dievakuasi dari Yaman, KSAU: Tak Mudah Evakuasi Warga Kita Elza/detikcom
Pesawat Boeing 737-400 TNI AU diterjunkan untuk mengevakuasi warga negara Indonesia dari Yaman. Menurut KSAU Marsekal Agus Supriatna, tidak mudah membawa para WNI karena sulit mendapat izin terbang dari otoritas di wilayah Arab Saudi.
"Tidak semudah itu kita ambil warga kita. Wilayah udara di sana berada dalam penguasaan Arab Saudi. Kita harus dapat izin clearance dari mereka," ujar Agus usai gladi bersih acara HUT TNI ke-69 di Lanud Halim Perdanakusuma, Jaktim, Selasa (7/4/2015).
Proses evakuasi sendiri menurut Agus tidak berjalan sesuai rencana awal. Akibat perang yang terjadi di Yaman, WNI harus dibawa dulu melalui jalur darat sebelum diterbangkan.
"Tadinya ada 3 titik tempat kita akan evakuasi warga, ternyata setelah koordinasi dengan negara sana dan KBRI, ternyata ada tempat yang tidak kondusif jadi harus lewat darat dulu baru terbang dari tempat lain," kata Agus.
Dipilihnya Boeing untuk mengevakuasi WNI disebut Agus karena pesawat tersebut memungkinkan dapat mengangkut lebih dari 100 orang sekali jalan. Selain itu juga karena jam terbangnya yang cukup panjang sehingga proses evakuasi bisa cepat dilakukan.
"Alhamdulillah Menlu sudah kirim beberapa warga kita kembali," tuturnya.
Berdasarkan informasi dari Puspen TNI yang diterima detikcom, Selasa (7/4), hingga saat ini tim sudah berhasil mengevakuasi 300 WNI di Yaman melalui Jizan, Arab Saudi.
Mereka yang dibawa menuju Muskat dan Salalah, Oman, sebelum diterbangkan kembali ke Indonesia, sebagian besar merupakan mahasiswa, pramugari dan TKI.
Otoritas Arab Saudi pun merubah rute penerbangan untuk menghindari konflik sehingga penerbangan dari Jizan menuju Muscat menjadi lebih lama 45 menit dari biasanya. WNI pun kembali ke tanah air dengan menggunakan penerbangan komersil dari Muscat.
Pada Sabtu (4/4) dan Minggu (5/4), tim berhasil memulangkan masing-masing 110 WNI ke Indonesia. Selanjutnya pada Senin (6/4), 80 WNI diterbangkan dari Jizan menuju Salalah, Oman, yang kemudian diterbangkan ke Indonesia.
Di kloter 3 pemulangan WNI tersebut, turut ikut diterbangkan adalah Dubes RI untuk Yaman Wazid Fauzy beserta staf KBRI Yaman.Total WNI yang Dievakuasi dari Yaman 700 Orang Rachman Haryanto/detikcom
Kementerian Luar Negeri secara bertahap sudah mengevakuasi Warga Negara Indonesia yang berada di Yaman. Totalnya mencapai 700 orang.
"Kemarin sudah 110 WNI sampai dengan selamat di tanah air. Hari ini juga akan ada 110 WNI yang akan tiba di tanah air. Sehingga sampai hari ini dapat saya sampaikan sudah 700 WNI yang kita evakuasi dan sudah berada di tanah air," ujar Menlu Retno Marsudi di Kantor Presiden, Jl Veteran, Jakarta, Senin (6/5/2015).
700 WNI itu menurut Retno adalah akumulasi evakuasi sejak Desember 2014. Rinciannya, 332 WNI pada Desember 2014, 148 WNI pada Februari 2015 dan 110 WNI pada 5 April 2015.
"Jadi total WNI yang sudah sampai di tanah air adalah 700," jelasnya.
Retno mengatakan saat ini masih ada 92 WNI yang sudah ada di luar Yaman namun belum sampai di tanah air. Kemlu sedang melakukan pengaturan kembali untuk memulangkan 92 WNI tersebut.
"Jadi total 92 yang sudah berada di luar Yaman tapi belum sampai ke Indonesia. Kita akan segera melakukan pengaturan untuk kembali ke Indonesia," ungkapnya.
Sementara itu di Aden masih ada 89 WNI yang memang masih belum memiliki akses untuk ke pelabuhan karena situasi keamanan. Selain itu, tim dari Jakarta 2 hari yang lalu sudah berhasil masuk ke Tarim di wilayah timur Yaman untuk melakukan pertemuan dengan para mahasiswa, dekan dan pengurus lembaga pendidikan di mana mereka sekolah.
"Di Tarim kita memiliki sekitar 1.500 mahasiswa. Jadi kita melakukan dialog dengan mereka dan mengimbau agar mereka mau dievakuasi," kata Menlu.
Tim Kemlu, lanjut Retno, juga sudah melanjutkan perjalanan menuju Almukalah. Namun karena faktor keamanan, tim tidak bisa masuk ke Almukalah.
"Kita sudah melakukan kontak dengan PPI di Almukalah dan menyampaikan pada PPI untuk membantu evakuasi dari Almukalah. Di Almukalah sudah ada 40 orang yang mendaftar untuk dievakuasi," kata mantan Dubes RI untuk Belanda ini.
Di Tarim, ada sekitar 150 WNI yang juga sudah siap dievakuasi. Evakuasi di Tarim akan dilakukan melalui darat menuju Shalala perbatasan Oman. Dari Shalala para WNI akan diterbangkan lebih lanjut ke Indonesia.
"Itu update. Tentu saja situasinya sangat dinamis, sangat cair, berkembang terus sehingga jalur evakuasi kita, rencana evakuasi kita juga akan kita adjust sesuai dengan perkembangan yang terjadi di lapangan," tutupnya.
♘ detik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.