Bantu Evakuasi WNI, Saudi Bantah Blokir Bantuan ke Yaman Arab Saudi yang memimpin koalisi Teluk mengklaim ikut membantu evakuasi WNI dari Yaman. (Reuters)★
Arab Saudi dan koalisi Teluk yang menggempur milisi Houthi di Yaman membantah telah memblokir bantuan kemanusiaan dan menghambat evakuasi warga asing dari Yaman. Mereka justru mengklaim membentuk komite untuk evakuasi yang salah satunya membantu evakuasi warga negara Indonesia (WNI) dari Yaman.
Juru bicara koalisi Teluk, Brigadir Jenderal Ahmed Asseri, mengatakan, komite untuk evakuasi dan operasi kemanusiaan telah dibentuk dengan hotline (009661-4736140). Tujuannya untuk membuat koordinasi yang lebih baik.
Menurut Asseri, sejumlah besar warga negara asing dari Pakistan, Rusia, India, Aljazair dan Indonesia telah diselamatkan dan dipulangkan untuk tahap pertama. ”Sebagai bagian dari tahap kedua, jadwal telah disiapkan untuk menyelamatkan warga negara asing dan pekerja bantuan dari UNICEF dan Palang Merah,” ujarnya, seperti dilansir Arab News, Minggu (5/4/2015).
Untuk evakuasi lebih lanjut, kata dia, telah dilakukan oleh PBB, Uni Eropa, Pakistan, Yordania dan Irak. Sedangkan untuk penyaluran bantuan kemanusiaan, koalisi Teluk juga mengklaim sudah berkoordinasi dengan Palang Merah.
Asseri mengatakan, misi bantuan Palang Merah ke Yaman akan dimulai pada hari Minggu dengan dua pesawat yang berisi bantuan kemanusiaan. Namun, ia menegaskan bahwa semua bantuan dan proses evakuasi harus dikoordinasikan dengan koalisi Teluk. ”Kami ingin bantuan kemanusiaan mencapai warga sipil, bukan milisi (Houthi)," katanya.Cerita Menegangkan Tim Evakuasi WNI di Yaman Tim evakuasi WNI di Yaman berbagi cerita menegangkan saat pejalanan di negara konflik tersebut. (Kemlu Indonesia)★
Tim evakusi Warga Negara Indonesia (WNI) di Yaman berbagi kisah menegangkan selama perjalanan untuk proses evakuasi di negara yang dilanda perang tersebut. Tim evakusi telah menempuh jalan terjal dan berliku selama 21 jam.
Tim percepatan evakuasi itu berhasil masuk ke Tarim, wilayah Yaman bagian Timur, sekitar 640 Km dari Ibu Kota Sanaa dan sekitar 848 Km dari Salalah, Oman. Mereka memasuki Tarim, pada Sabtu (4/4/2015) pukul 06.00 pagi.
”Kami harus berganti kendaraan sebanyak empat kali untuk sampai ke Tarim ini, karena tidak ada alat transportasi umum, seperti bus, sehingga harus menyewa kendaraan pribadi,” kata Ketua Tim Evakuasi untuk wilayah Salalah, Yusron B. Ambary, seperti pemberitaan di situs resmi Kementerian Luar Negeri Indonesia, Minggu (5/4/2015).
”Selain itu sepanjang jalan, tim harus melalui pemeriksaan sebanyak lebih dari lima kali,” lanjut Yusron. Begitu sampai di Tarim, mereka bertemu dengan Ketua PPI (Persatuan Pelajar Indonesia) Tarim. Tim tersebut lantas menyusun rencana yang akan dilakukan dalam waktu dekat.
Rencananya, tim akan bertemu dengan pimpinan Ribath Tarim (semacam pondok pesantren) dan sekitar 300 mahasiswa di Ribath tersebut. Mereka juga akan melakukan pertemuan dengan Dekan Fakultas Syariah Universitas al-Ahqaf, di mana 540 mahasiswa sedang menempuh pendidikan tinggi di universitas ini.
Tim evakusi akan menjajaki kemungkinan penggunaan Bandara Seiyun,Tarim (32 Km dari Kota Tarim), dan bertemu dengan otoritas bandara. Pada malam harinya, tim merencanakan untuk bertemu dengan sekitar 300 mahasiswa yang berada di wilayah Hadramaut dan sekitarnya.
Awalnya, tim akan menjadikan Ibu Kota Hadramaut, Mukalla, sebagai titik pusat koordinasi untuk mengumpulkan mahasiswa dan pelajar Indonesia. Namun, menyusul insiden penyerangan bersenjata yang dilakukan oleh al-Qaeda, saat ini Mukalla dalam keadaan kurang kondusif.
Setelah melihat kondisi yang berkembang di lapangan, tim berencana menjadikan Tarim sebagai titik pusat koordinasi mahasiswa pelajar dan mahasiswa. Di Tarim sendiri ada sekitar 1.500 WNI.
Setelah mahasiswa yang akan dievakuasi dikumpulkan dalam safe house di Tarim, mereka akan diarahkan ke Salalah, Oman, baik melalui bus maupun pesawat dari bandara Seiyun untuk selanjutnya diterbangkan menuju Jakarta.Via Oman, 110 WNI di Yaman Diterbangkan ke Indonesia Sebanyak 110 WNI yang dievakuasi dari Yaman diterbangkan ke Indonesia. (Dok.Sindonews)★
Sebanyak 110 Warga Negara Indonesia (WNI) telah dievakuasi dari Yaman. Ke-110 WNI itu dievakuasi melalui jalur darat menuju Bandara Jizan, Arab Saudi dan berlanjut ke Muscat, Oman.
Bandara Jizan dipilih karena dekat dengan wilayah Yaman, yakni berada di sebelah perbatasan utara negara yang sedang dilanda perang itu. Untuk menuju perbatasan tersebut, ratusan WNI itu dikawal pasukan elite Yaman.
Setelah tiba di Jizan, ratusan WNI diterbangkan Pesawat Boeing TNI AU menuju Muscat, Oman, pada Sabtu (4/4/2015). “Dari Muscat, 110 WNI ini akan diterbangkan ke Indonesia menggunakan pesawat komersial,” demikian keterangan Kementerian Luar Negeri Indonesia melalui akun Twitter-nya.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, akan menyambut 110 WNI yang dievakuasi dari Yaman di Bandara Soekarno-Hatta sore ini (5/4/2015). 110 WNI tersebut merupakan bagian pertama yang tiba di Indonesia dari 262 WNI yang berhasil keluar dari Yaman ke Jizan, Arab Saudi.
Indonesia ikut menyesalkan jatuhnya korban sipil lagi dalam konflik di Yaman. “Pemerintah Indonesia terus menyerukan agar semua pihak menahan diri dan memperhatikan keselamatan warga sipil, baik itu warga Yaman maupun warga asing," bunyi keterangan tertulis Kemlu Indonesia yang diterima Sindonews, Minggu (5/4/2015).Menlu Retno Sambut 110 WNI yang Dievakuasi dari Yaman Tim evakuasi Indonesia yang berhasil mengevakuasi ratusan WNI dari Yaman.(Dok.Sindonews)★
Menteri Luar Negeri (Menlu) Indonesia, Retno Marsudi, menyambut 110 WNI yang berhasil dievakuasi dari Yaman, di Bandara Soekarno-Hatta sore ini (5/4/2015).
Ke-110 WNI tersebut merupakan kelompok pertama yang tiba di Indonesia dari 262 WNI yang berhasil dievakuasi dari Yaman ke Jizan, Arab Saudi beberapa hari lalu. Sisanya akan di jemput oleh pesawat TNI AU di Jizan untuk diterbangkan ke wilayah Oman dan selanjutnya menuju Indonesia dengan pesawat komersial.
Kemlu dalam keterangan tertulis yang diterima Sindonews, menyatakan, bahwa kondisi kemanaan di Yaman, khususnya di bagian barat Yaman, yakni di sekitar Kota Aden dan Sanaa semakin memprihatinkan.
Kontak senjata antar-pihak yang bertikai semakin meluas. “Keadaan ini mempersulit upaya evakuasi dan mengharuskan Tim Evakuasi WNI untuk terus menyesuaikan skenario, langkah dan proses evakuasi,” bunyi keterangan Kemlu.
Menurut Kemlu, tim evakuasi tetap berpegang pada prinsip untuk melakukan evakuasi secara cepat, aman dan efisien.Evakuasi WNI, RI Minta "Jeda Kemanusiaan" di Yaman Tim evakuasi Indonesia yang berhasil mengevakuasi ratusan WNI dari Yaman.(Dok.Sindonews)★
Pemerintah Indonesia meminta “jeda kemanusiaan” kepada semua pihak yang terlibat perang di Yaman. “Jeda kemanusiaan” atau gencatan senjata sesaat itu diperlukan untuk memudahkan evakuasi para Warga Negara Indonesia (WNI) yang ada di Yaman.
Permintaan “jeda kemanusiaan” itu tak hanya dari Indonesia. Pihak Palang Merah dan Rusia juga meminta hal yang sama. Tujuannya, agar memudahkan penyaluran bantuan kemanusiaan, terutama obat-obatan bagi rakyat Yaman yang jadi korban perang.
Permintaan dari Indonesia itu disampaikan Menteri Luar Negeri (Menlu) Indonesia, Retno Marsudi, dalam keterangan tertulis yang diterima Sindonews, Minggu (5/4/2015).
”(Indonesia) meminta kepada semua pihak di Yaman agar memberlakukan ‘jeda kemanusiaan’ (humanitarian pause) guna memberikan kesempatan bagi warga sipil dievakuasi keluar dari Yaman,” kata Menlu Retno.
Indonesia, lanjut Menlu, juga menyesalkan jatuhnya korban sipil lagi dalam konflik terbaru di Yaman. Pemerintah Indonesia terus menyerukan agar semua pihak menahan diri dan memperhatikan keselamatan warga sipil, baik itu warga Yaman maupun warga asing yang ada di negara itu.(mas)
Arab Saudi dan koalisi Teluk yang menggempur milisi Houthi di Yaman membantah telah memblokir bantuan kemanusiaan dan menghambat evakuasi warga asing dari Yaman. Mereka justru mengklaim membentuk komite untuk evakuasi yang salah satunya membantu evakuasi warga negara Indonesia (WNI) dari Yaman.
Juru bicara koalisi Teluk, Brigadir Jenderal Ahmed Asseri, mengatakan, komite untuk evakuasi dan operasi kemanusiaan telah dibentuk dengan hotline (009661-4736140). Tujuannya untuk membuat koordinasi yang lebih baik.
Menurut Asseri, sejumlah besar warga negara asing dari Pakistan, Rusia, India, Aljazair dan Indonesia telah diselamatkan dan dipulangkan untuk tahap pertama. ”Sebagai bagian dari tahap kedua, jadwal telah disiapkan untuk menyelamatkan warga negara asing dan pekerja bantuan dari UNICEF dan Palang Merah,” ujarnya, seperti dilansir Arab News, Minggu (5/4/2015).
Untuk evakuasi lebih lanjut, kata dia, telah dilakukan oleh PBB, Uni Eropa, Pakistan, Yordania dan Irak. Sedangkan untuk penyaluran bantuan kemanusiaan, koalisi Teluk juga mengklaim sudah berkoordinasi dengan Palang Merah.
Asseri mengatakan, misi bantuan Palang Merah ke Yaman akan dimulai pada hari Minggu dengan dua pesawat yang berisi bantuan kemanusiaan. Namun, ia menegaskan bahwa semua bantuan dan proses evakuasi harus dikoordinasikan dengan koalisi Teluk. ”Kami ingin bantuan kemanusiaan mencapai warga sipil, bukan milisi (Houthi)," katanya.Cerita Menegangkan Tim Evakuasi WNI di Yaman Tim evakuasi WNI di Yaman berbagi cerita menegangkan saat pejalanan di negara konflik tersebut. (Kemlu Indonesia)★
Tim evakusi Warga Negara Indonesia (WNI) di Yaman berbagi kisah menegangkan selama perjalanan untuk proses evakuasi di negara yang dilanda perang tersebut. Tim evakusi telah menempuh jalan terjal dan berliku selama 21 jam.
Tim percepatan evakuasi itu berhasil masuk ke Tarim, wilayah Yaman bagian Timur, sekitar 640 Km dari Ibu Kota Sanaa dan sekitar 848 Km dari Salalah, Oman. Mereka memasuki Tarim, pada Sabtu (4/4/2015) pukul 06.00 pagi.
”Kami harus berganti kendaraan sebanyak empat kali untuk sampai ke Tarim ini, karena tidak ada alat transportasi umum, seperti bus, sehingga harus menyewa kendaraan pribadi,” kata Ketua Tim Evakuasi untuk wilayah Salalah, Yusron B. Ambary, seperti pemberitaan di situs resmi Kementerian Luar Negeri Indonesia, Minggu (5/4/2015).
”Selain itu sepanjang jalan, tim harus melalui pemeriksaan sebanyak lebih dari lima kali,” lanjut Yusron. Begitu sampai di Tarim, mereka bertemu dengan Ketua PPI (Persatuan Pelajar Indonesia) Tarim. Tim tersebut lantas menyusun rencana yang akan dilakukan dalam waktu dekat.
Rencananya, tim akan bertemu dengan pimpinan Ribath Tarim (semacam pondok pesantren) dan sekitar 300 mahasiswa di Ribath tersebut. Mereka juga akan melakukan pertemuan dengan Dekan Fakultas Syariah Universitas al-Ahqaf, di mana 540 mahasiswa sedang menempuh pendidikan tinggi di universitas ini.
Tim evakusi akan menjajaki kemungkinan penggunaan Bandara Seiyun,Tarim (32 Km dari Kota Tarim), dan bertemu dengan otoritas bandara. Pada malam harinya, tim merencanakan untuk bertemu dengan sekitar 300 mahasiswa yang berada di wilayah Hadramaut dan sekitarnya.
Awalnya, tim akan menjadikan Ibu Kota Hadramaut, Mukalla, sebagai titik pusat koordinasi untuk mengumpulkan mahasiswa dan pelajar Indonesia. Namun, menyusul insiden penyerangan bersenjata yang dilakukan oleh al-Qaeda, saat ini Mukalla dalam keadaan kurang kondusif.
Setelah melihat kondisi yang berkembang di lapangan, tim berencana menjadikan Tarim sebagai titik pusat koordinasi mahasiswa pelajar dan mahasiswa. Di Tarim sendiri ada sekitar 1.500 WNI.
Setelah mahasiswa yang akan dievakuasi dikumpulkan dalam safe house di Tarim, mereka akan diarahkan ke Salalah, Oman, baik melalui bus maupun pesawat dari bandara Seiyun untuk selanjutnya diterbangkan menuju Jakarta.Via Oman, 110 WNI di Yaman Diterbangkan ke Indonesia Sebanyak 110 WNI yang dievakuasi dari Yaman diterbangkan ke Indonesia. (Dok.Sindonews)★
Sebanyak 110 Warga Negara Indonesia (WNI) telah dievakuasi dari Yaman. Ke-110 WNI itu dievakuasi melalui jalur darat menuju Bandara Jizan, Arab Saudi dan berlanjut ke Muscat, Oman.
Bandara Jizan dipilih karena dekat dengan wilayah Yaman, yakni berada di sebelah perbatasan utara negara yang sedang dilanda perang itu. Untuk menuju perbatasan tersebut, ratusan WNI itu dikawal pasukan elite Yaman.
Setelah tiba di Jizan, ratusan WNI diterbangkan Pesawat Boeing TNI AU menuju Muscat, Oman, pada Sabtu (4/4/2015). “Dari Muscat, 110 WNI ini akan diterbangkan ke Indonesia menggunakan pesawat komersial,” demikian keterangan Kementerian Luar Negeri Indonesia melalui akun Twitter-nya.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, akan menyambut 110 WNI yang dievakuasi dari Yaman di Bandara Soekarno-Hatta sore ini (5/4/2015). 110 WNI tersebut merupakan bagian pertama yang tiba di Indonesia dari 262 WNI yang berhasil keluar dari Yaman ke Jizan, Arab Saudi.
Indonesia ikut menyesalkan jatuhnya korban sipil lagi dalam konflik di Yaman. “Pemerintah Indonesia terus menyerukan agar semua pihak menahan diri dan memperhatikan keselamatan warga sipil, baik itu warga Yaman maupun warga asing," bunyi keterangan tertulis Kemlu Indonesia yang diterima Sindonews, Minggu (5/4/2015).Menlu Retno Sambut 110 WNI yang Dievakuasi dari Yaman Tim evakuasi Indonesia yang berhasil mengevakuasi ratusan WNI dari Yaman.(Dok.Sindonews)★
Menteri Luar Negeri (Menlu) Indonesia, Retno Marsudi, menyambut 110 WNI yang berhasil dievakuasi dari Yaman, di Bandara Soekarno-Hatta sore ini (5/4/2015).
Ke-110 WNI tersebut merupakan kelompok pertama yang tiba di Indonesia dari 262 WNI yang berhasil dievakuasi dari Yaman ke Jizan, Arab Saudi beberapa hari lalu. Sisanya akan di jemput oleh pesawat TNI AU di Jizan untuk diterbangkan ke wilayah Oman dan selanjutnya menuju Indonesia dengan pesawat komersial.
Kemlu dalam keterangan tertulis yang diterima Sindonews, menyatakan, bahwa kondisi kemanaan di Yaman, khususnya di bagian barat Yaman, yakni di sekitar Kota Aden dan Sanaa semakin memprihatinkan.
Kontak senjata antar-pihak yang bertikai semakin meluas. “Keadaan ini mempersulit upaya evakuasi dan mengharuskan Tim Evakuasi WNI untuk terus menyesuaikan skenario, langkah dan proses evakuasi,” bunyi keterangan Kemlu.
Menurut Kemlu, tim evakuasi tetap berpegang pada prinsip untuk melakukan evakuasi secara cepat, aman dan efisien.Evakuasi WNI, RI Minta "Jeda Kemanusiaan" di Yaman Tim evakuasi Indonesia yang berhasil mengevakuasi ratusan WNI dari Yaman.(Dok.Sindonews)★
Pemerintah Indonesia meminta “jeda kemanusiaan” kepada semua pihak yang terlibat perang di Yaman. “Jeda kemanusiaan” atau gencatan senjata sesaat itu diperlukan untuk memudahkan evakuasi para Warga Negara Indonesia (WNI) yang ada di Yaman.
Permintaan “jeda kemanusiaan” itu tak hanya dari Indonesia. Pihak Palang Merah dan Rusia juga meminta hal yang sama. Tujuannya, agar memudahkan penyaluran bantuan kemanusiaan, terutama obat-obatan bagi rakyat Yaman yang jadi korban perang.
Permintaan dari Indonesia itu disampaikan Menteri Luar Negeri (Menlu) Indonesia, Retno Marsudi, dalam keterangan tertulis yang diterima Sindonews, Minggu (5/4/2015).
”(Indonesia) meminta kepada semua pihak di Yaman agar memberlakukan ‘jeda kemanusiaan’ (humanitarian pause) guna memberikan kesempatan bagi warga sipil dievakuasi keluar dari Yaman,” kata Menlu Retno.
Indonesia, lanjut Menlu, juga menyesalkan jatuhnya korban sipil lagi dalam konflik terbaru di Yaman. Pemerintah Indonesia terus menyerukan agar semua pihak menahan diri dan memperhatikan keselamatan warga sipil, baik itu warga Yaman maupun warga asing yang ada di negara itu.(mas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.