Efek dari bom napalm yang pernah mengguncang Vietnam. Indonesia dituding pernah ingin gunakan bom itu di Timor Leste. (Istimewa)
Media Australia mengusik Indonesia lagi dengan pengungkapan dokumen rahasia Australia tentang konflik di Timor Lesta pada masa lalu. Dokumen itu menyebut militer Indonesia berencana membom Timor Leste dengan bom napalm.
Pemerintah Australia dan Amerika Serikat (AS), lanjut dokumen itu, tahu rencana itu namun mereka tidak protes. Dokumen rahasia itu ditemukan seorang peneliti Australia, Professor Clinton Fernandes dari Akademi Angkatan Pertahanan Australia.
Bom napalm adalah salah satu senjata terlarang yang biasa disebut sebagai senjata pembakar. Penelitian itu, diklaim Fernandes telah berjalan lama untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan Pemerintah Australia tentang kejahatan perang Indonesia di Timor Leste (yang kala itu Timor Timur).
Salah satu dokumen yang ditemukan Fernandes di National Archives of Australia adalah dokumen September 1983. Dokumen itu berisi surat dari Konsul Australia di Bali, Malcolm Mann yang ditujukan kepada konselor Kedubes Australia di Jakarta Dennis Richardson. Isinya, perihal percakapannya dengan Konsul AS di Surabaya, Jay McNaughton.
“Amerika telah mengatakan kepada Mann bahwa ia telah melihat laporan-laporan intelijen bahwa, orang Indonesia siap menggunakan (bom) napalm untuk tank dan pesawat F5,” bunyi dokumen rahasia itu, seperti dilansir Sydney Morning Herald, Sabtu (9/5/2015).
Masih menurut dokumen itu, McNaughton menjelaskan bahwa para ahli Amerika telah diminta untuk membantu memasangkan bom napalm pada tank-tank Indonesia karena orang Indonesia mengalami kesulitan.Jawaban RI soal Rencana Membom Timor Leste dengan Napalm. Dokumen rahasia Australia yang mengungkap rencana Indonesia untuk membom Timor Leste dengan bom napalm di masa lalu. (Sydney Morning Herald)
Tuduhan rencana Indonesia untuk membom Timor Leste dengan bom napalm di masa lalu sejatinya pernah dijawab Pemerintah Indonesia tahun 2006. Indonesia kala itu membantah tuduhan tersebut.
Sebuah dokumen rahasia Australia membeberkan rencana Indonesia untuk membom Timor Leste dengan bom terlarang jenis napalm di masa lalu. Dokumen rahasia itu diterbitkan media Australia hari ini (9/5/2015). Dokumen rahasia itu ditemukan peneliti Australia, Professor Clinton Fernandes dari Akademi Angkatan Pertahanan Australia.
Pada tahun 2006, publikasi itu pernah muncul dari laporan PBB yang disponsori Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Timor. Namun, pada tahun itu Menteri Pertahanan Indonesia, Juwono Sudarsono menegaskan bahwa serangan bom napalm di Timor Leste "tidak pernah terjadi".
”Bagaimana bisa kita telah menggunakan napalm untuk melawan Timor Leste? Waktu itu kami bahkan tidak memiliki kapasitas untuk mengimpornya, apalagi membuat napalm,” kata Juwono Sudarsono kala itu, seperti dilansir Sydney Morning Herald, Sabtu (9/5/2015).
Meski sudah dibantah, seorang saksi yang dikutip oleh Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi, Lucas da Costa Xavier, bercerita; "Pohon-pohon dan rumput terbakar ketika bom menghantam mereka. Banyak warga sipil tewas akibat minum air yang terkontaminasi dengan pecahan peluru dari bom yang dijatuhkan dari pesawat, dan banyak yang meninggal karena luka bakar. Saat itu adalah musim kemarau, sehingga rumput terbakar dengan mudah.”
Fernandes mengatakan dokumen rahasia dari Departemen Luar Negeri Australia itu signifikan. "Karena mereka adalah bukti kuat yang pertama dari (dampak) napalm, dari catatan resmi, dan bukan hanya kesaksian korban,” katanya.
“Dokumen-dokumen menunjukkan bahwa Timor Timur (sekarang Timor Leste) dan kelompok kecil aktivis internasional yang mendukung mereka mengatakan yang sebenarnya,” ujar Fernandes.
Menurutnya, pemerintah Australia yang kala itu didominasi dari Partai Buruh pada tahun 1983 tahu bahwa militer Indonesia melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan, termasuk membakar orang hidup dengan napalm, tetapi mereka bungkam dan melakukan apa-apa. (mas)
Media Australia mengusik Indonesia lagi dengan pengungkapan dokumen rahasia Australia tentang konflik di Timor Lesta pada masa lalu. Dokumen itu menyebut militer Indonesia berencana membom Timor Leste dengan bom napalm.
Pemerintah Australia dan Amerika Serikat (AS), lanjut dokumen itu, tahu rencana itu namun mereka tidak protes. Dokumen rahasia itu ditemukan seorang peneliti Australia, Professor Clinton Fernandes dari Akademi Angkatan Pertahanan Australia.
Bom napalm adalah salah satu senjata terlarang yang biasa disebut sebagai senjata pembakar. Penelitian itu, diklaim Fernandes telah berjalan lama untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan Pemerintah Australia tentang kejahatan perang Indonesia di Timor Leste (yang kala itu Timor Timur).
Salah satu dokumen yang ditemukan Fernandes di National Archives of Australia adalah dokumen September 1983. Dokumen itu berisi surat dari Konsul Australia di Bali, Malcolm Mann yang ditujukan kepada konselor Kedubes Australia di Jakarta Dennis Richardson. Isinya, perihal percakapannya dengan Konsul AS di Surabaya, Jay McNaughton.
“Amerika telah mengatakan kepada Mann bahwa ia telah melihat laporan-laporan intelijen bahwa, orang Indonesia siap menggunakan (bom) napalm untuk tank dan pesawat F5,” bunyi dokumen rahasia itu, seperti dilansir Sydney Morning Herald, Sabtu (9/5/2015).
Masih menurut dokumen itu, McNaughton menjelaskan bahwa para ahli Amerika telah diminta untuk membantu memasangkan bom napalm pada tank-tank Indonesia karena orang Indonesia mengalami kesulitan.Jawaban RI soal Rencana Membom Timor Leste dengan Napalm. Dokumen rahasia Australia yang mengungkap rencana Indonesia untuk membom Timor Leste dengan bom napalm di masa lalu. (Sydney Morning Herald)
Tuduhan rencana Indonesia untuk membom Timor Leste dengan bom napalm di masa lalu sejatinya pernah dijawab Pemerintah Indonesia tahun 2006. Indonesia kala itu membantah tuduhan tersebut.
Sebuah dokumen rahasia Australia membeberkan rencana Indonesia untuk membom Timor Leste dengan bom terlarang jenis napalm di masa lalu. Dokumen rahasia itu diterbitkan media Australia hari ini (9/5/2015). Dokumen rahasia itu ditemukan peneliti Australia, Professor Clinton Fernandes dari Akademi Angkatan Pertahanan Australia.
Pada tahun 2006, publikasi itu pernah muncul dari laporan PBB yang disponsori Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi Timor. Namun, pada tahun itu Menteri Pertahanan Indonesia, Juwono Sudarsono menegaskan bahwa serangan bom napalm di Timor Leste "tidak pernah terjadi".
”Bagaimana bisa kita telah menggunakan napalm untuk melawan Timor Leste? Waktu itu kami bahkan tidak memiliki kapasitas untuk mengimpornya, apalagi membuat napalm,” kata Juwono Sudarsono kala itu, seperti dilansir Sydney Morning Herald, Sabtu (9/5/2015).
Meski sudah dibantah, seorang saksi yang dikutip oleh Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi, Lucas da Costa Xavier, bercerita; "Pohon-pohon dan rumput terbakar ketika bom menghantam mereka. Banyak warga sipil tewas akibat minum air yang terkontaminasi dengan pecahan peluru dari bom yang dijatuhkan dari pesawat, dan banyak yang meninggal karena luka bakar. Saat itu adalah musim kemarau, sehingga rumput terbakar dengan mudah.”
Fernandes mengatakan dokumen rahasia dari Departemen Luar Negeri Australia itu signifikan. "Karena mereka adalah bukti kuat yang pertama dari (dampak) napalm, dari catatan resmi, dan bukan hanya kesaksian korban,” katanya.
“Dokumen-dokumen menunjukkan bahwa Timor Timur (sekarang Timor Leste) dan kelompok kecil aktivis internasional yang mendukung mereka mengatakan yang sebenarnya,” ujar Fernandes.
Menurutnya, pemerintah Australia yang kala itu didominasi dari Partai Buruh pada tahun 1983 tahu bahwa militer Indonesia melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan, termasuk membakar orang hidup dengan napalm, tetapi mereka bungkam dan melakukan apa-apa. (mas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.