Putin Kecam Dukungan AS untuk Pemberontak Suriah Presiden Putin menyebut keterlibatan militer Rusia di Suriah sesuai dengan Piagam PBB. (Reuters/Alexander Nemenov)
Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut dukungan AS terhadap pasukan pemberontak di Suriah ilegal dan tidak efektif karena pemberontak yang dilatih AS akhirnya bergabung dengan ISIS bersama senjata yang dipasok Washington.
Dalam wawancara dengan stasiun televisi AS yang direkam sebelum pertemuan dengan Presiden Barack Obama, Putin mengatakan Presiden Bashar al-Assad berhak mendapat dukungan internasional karena dia memerangi kelompok teroris.
“Menurut pendapat saya, bantuan militer pada kelompok ilegal bertentangan dengan prinsip hukum internasional modern dan juga Piagam PBB,” kata Putin dalam cuplikan wawancara dengan televisi CBS dan PBS yang dirilis oleh Kremlin, Minggu (27/9).
Putin mengatakan Damaskus harus dilibatkan dalam upaya internasional memerangi ISIS, tuntutan yang ditolak AS. Putin juga mengkritik rencana AS melatih hingga 5.400 pemberontak Suriah untuk memerangi ISIS.
“Pada kenyataanya hanya 60 pejuang ini yang telah dilatih dengan baik, dan hanya empat atau lima yang benar-benar memiliki senjata,” kata Putin.
“Sisanya telah melakukan desersi untuk bergabung dengan ISIS berikut senjata yang diberi Amerika,” katanya.
Putin mengatakan dukungan Rusia terhadap pemerintah Assad didasarkan pada Piagam PBB.
“Kami memberi bantuan hanya kepada pemerintah yang sah,” katanya. “Hingga hari ini bantuan itu berupa pasok senjata kepada pemerintah Suriah, pelatihan dan bantuan kemanusiaan bagi warga Suriah."
Hubungan AS-Rusia mencapai titik terendah seperti semasa Perang Dingin akibat krisis Ukraina, meski kedua negara sama-sama prihatin dengan ancaman ISIS, meski tidak sepakat dengan pendekatan yang dilakukan.
Obama dan Putin dijadwalkan bertemu Senin (28/9) setelah Putin berpidato di PBB, meski para pejabat Gedung Putih dan Kremlin belum menyepakati topik yang akan dibicarakan dan juga siapa yang memimpin pertemuan ini.
Rusia meningkatkan keterlibatan militernya di Suriah dalam beberapa minggu terakhir, dan para pejabat AS menuduh Moskow mengirim pesawat tempur, tank dan peralatan lain untuk membantu militer Suriah.
Peningkatan militer Rusia untuk membantu Assad bulan ini, ditambah krisis pengungsi yang meluas dari wilayah itu ke Eropa telah memicu upaya mengatasi konflik Suriah dengan cepat.
Taktik baru AS di Suriah bisa menyatukan Rusia, Arab Saudi dan negara-negara seperti Turki dan Qatar, yang mendukung kelompok oposisi Suriah.
Kubu pengkritik mendesak Obama untuk lebih tegas di Timur Tengah dan Suriah, karena kebijakan AS yang tidak jelas dimanfaatkan ISIS untuk memperluas kekuasaan.
PBB mengatakan 250 ribu warga Suriah tewas dalam konflik yang telah terjadi selama empat tahun. (yns)NATO Minta Rusia Berkoordinasi di Suriah Rusia mengirim persenjataan ke Suriah untuk membantu Presiden Bashar al-Assad memerangi kelompok pemberontak. (Ilustrasi/Reuters/RIA Novosti)
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan siap membicarakan masalah Suriah dengan Rusia, dan menekankan perlu ada koordinasi untuk menghindari “insiden atau kecelakaan” antara pasukan Rusia dan pasukan melawan ISIS pimpinan AS.
Mantan perdana menteri Norwegia ini mengatakan kepada Reuters bahwa “terlau dini untuk menyatakan” kegiatan pesawat Rusia di Suriah, tetapi negara itu telah meningkatkan kehadiran militernya di sana termasuk mendatangkan jet tempur dan pertahanan udara.
“Tentu saja perlu dipastikan tidak ada insiden atau kecelakaan, dan juga mekanisme untuk mengurangi konflik antara militer Rusia dengan aksi koalisi yang memerangi ISIS,” katanya di New York, Minggu (27/9).
Stoltenberg, yang akan bertemu dengan Menlu Rusia Sergei Lavrov di New York Senin (28/9), mendesak Rusia “untuk memainkan peran yang membangun dan siap bekerja sama dalam memerangi ISIS” dan menambahkan bahwa langkah mendukung Presiden Bashar al-Assad “bukan sumbangan positif untuk mencari solusi.”
“Ada keperluan, setidaknya, untuk mencegah konflik antara kehadiran pasukan militer Rusia di Suriah dan kehadiran pasukan koalisi yang memerangi ISIS,” kata Stoltenberg. Dia menambahkan gembira dengan kontak yang dilakukan AS dan Rusia.
Sebelumnya, Menlu AS John Kerry mengatakan penting untuk menyelaraskan segala upaya melawan ISIS namun hal itu belum terjadi.
Ketika ditanya terkait serangan udara yang dilakukan Perancis secara terpisah dari koalisi pimpinan AS, Stoltenberg mengatakan menyambut “upaya dari seluruh sekutu NATO dalam memerangi ISIS.”
Stoltenberg juga tidak menutup kemungkinan memperluas peran Organisasi Traktat Atlantik Utara yang beranggotakan 28 negara ini dalam memerangi ISIS, namun dia menolak menjelaskan rinciannya.
“Tidak pantas bagi saya untuk mengumumkan atau berspekulasi terkait peran tambahan itu,” katanya. “Kami akan memutuskannya jika hal itu masuk dalam agenda.” (yns)Taktik Jet Rusia Hindari Pantauan Radar Saat Masuki Suriah Pesawat Tempur Rusia di Suriah
Pesawat jet tempur Russia diduga sengaja mematikan transpondernya saat memasuki kawasan Suriah. Langkah tersebut membuat keberadaan pesawat tersebut sulit untuk terdeteksi.
CNN memberitakan pada Sabtu (25/9), seorang sumber menyebut pesawat itu sempat terbang sangat dekat dengan pesawat pengangkut bertransponder aktif. Saat itulah satelit Amerika Serikat sekilas melihat keberadaan pesawat tempur tersebut.
Berdasarkan penyelidikan yang dilakukan akhir pekan ini, pesawat tempur Rusia itu terbukti memang berada di sana. Bahkan, sumber yang sama menyebut, Russia mulai mengirimkan pesawat tak berawak atau drone di kota pesisir Latakia.
Terkait hal ini, Menteri Pertahanan AS, Ashton Carter, mengatakan pihaknya hanya bisa melihat apa yang akan dilakukan oleh Rusia. Dia juga berharap Rusia akan turut memerangi ISIS, sama seperti yang dilakukan negaranya.
"Namun jika Rusia justru memperpanas keadaan perang saudara ini, tentu kami melihat itu sebagai sesuatu yang kontraproduktif," kata Carter kepada CNN.
Pemerintah Amerika Serikat mempertanyakan langkah Rusia mengirimkan armada pesawat ke tempat yang tidak dikuasai oleh kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Langkah itu dicurigai lebih bertujuan untuk membantu Presiden Bashar al-Assad ketimbang untuk memerangi ISIS.
Hal tersebut berseberangan dengan pandangan Amerika Serikat. Meski memerangi ISIS, negeri Paman Sam juga menentang pemerintahan Assad di saat yang bersamaan.
Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri AS menyatakan Menteri John Kerry telah menghubungi Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov untuk membicarakan masalah ini.
Pihak Rusia disebut telah menyangkal tuduhan mempunyai ambisi militer di negeri yang sedang berperang itu. Pengiriman senjata dan penasihat militer untuk Assad dilakukan semata karena negara tersebut adalah sekutunya.
Amerika mengklaim Rusia telah menerjunkan 28 pesawat tempur ke Suriah. Sebanyak 20 armada tempur dan helikopter pengangkut disebut telah dikirim ke Latakia. Tak hanya itu, sebuah pesawat tanpa awak, 12 pesawat SU-24, 12 armada SU-25 dan empat jet tempur Flanker juga disebut telah beroperasi di negara tersebut. (den)
Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut dukungan AS terhadap pasukan pemberontak di Suriah ilegal dan tidak efektif karena pemberontak yang dilatih AS akhirnya bergabung dengan ISIS bersama senjata yang dipasok Washington.
Dalam wawancara dengan stasiun televisi AS yang direkam sebelum pertemuan dengan Presiden Barack Obama, Putin mengatakan Presiden Bashar al-Assad berhak mendapat dukungan internasional karena dia memerangi kelompok teroris.
“Menurut pendapat saya, bantuan militer pada kelompok ilegal bertentangan dengan prinsip hukum internasional modern dan juga Piagam PBB,” kata Putin dalam cuplikan wawancara dengan televisi CBS dan PBS yang dirilis oleh Kremlin, Minggu (27/9).
Putin mengatakan Damaskus harus dilibatkan dalam upaya internasional memerangi ISIS, tuntutan yang ditolak AS. Putin juga mengkritik rencana AS melatih hingga 5.400 pemberontak Suriah untuk memerangi ISIS.
“Pada kenyataanya hanya 60 pejuang ini yang telah dilatih dengan baik, dan hanya empat atau lima yang benar-benar memiliki senjata,” kata Putin.
“Sisanya telah melakukan desersi untuk bergabung dengan ISIS berikut senjata yang diberi Amerika,” katanya.
Putin mengatakan dukungan Rusia terhadap pemerintah Assad didasarkan pada Piagam PBB.
“Kami memberi bantuan hanya kepada pemerintah yang sah,” katanya. “Hingga hari ini bantuan itu berupa pasok senjata kepada pemerintah Suriah, pelatihan dan bantuan kemanusiaan bagi warga Suriah."
Hubungan AS-Rusia mencapai titik terendah seperti semasa Perang Dingin akibat krisis Ukraina, meski kedua negara sama-sama prihatin dengan ancaman ISIS, meski tidak sepakat dengan pendekatan yang dilakukan.
Obama dan Putin dijadwalkan bertemu Senin (28/9) setelah Putin berpidato di PBB, meski para pejabat Gedung Putih dan Kremlin belum menyepakati topik yang akan dibicarakan dan juga siapa yang memimpin pertemuan ini.
Rusia meningkatkan keterlibatan militernya di Suriah dalam beberapa minggu terakhir, dan para pejabat AS menuduh Moskow mengirim pesawat tempur, tank dan peralatan lain untuk membantu militer Suriah.
Peningkatan militer Rusia untuk membantu Assad bulan ini, ditambah krisis pengungsi yang meluas dari wilayah itu ke Eropa telah memicu upaya mengatasi konflik Suriah dengan cepat.
Taktik baru AS di Suriah bisa menyatukan Rusia, Arab Saudi dan negara-negara seperti Turki dan Qatar, yang mendukung kelompok oposisi Suriah.
Kubu pengkritik mendesak Obama untuk lebih tegas di Timur Tengah dan Suriah, karena kebijakan AS yang tidak jelas dimanfaatkan ISIS untuk memperluas kekuasaan.
PBB mengatakan 250 ribu warga Suriah tewas dalam konflik yang telah terjadi selama empat tahun. (yns)NATO Minta Rusia Berkoordinasi di Suriah Rusia mengirim persenjataan ke Suriah untuk membantu Presiden Bashar al-Assad memerangi kelompok pemberontak. (Ilustrasi/Reuters/RIA Novosti)
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengatakan siap membicarakan masalah Suriah dengan Rusia, dan menekankan perlu ada koordinasi untuk menghindari “insiden atau kecelakaan” antara pasukan Rusia dan pasukan melawan ISIS pimpinan AS.
Mantan perdana menteri Norwegia ini mengatakan kepada Reuters bahwa “terlau dini untuk menyatakan” kegiatan pesawat Rusia di Suriah, tetapi negara itu telah meningkatkan kehadiran militernya di sana termasuk mendatangkan jet tempur dan pertahanan udara.
“Tentu saja perlu dipastikan tidak ada insiden atau kecelakaan, dan juga mekanisme untuk mengurangi konflik antara militer Rusia dengan aksi koalisi yang memerangi ISIS,” katanya di New York, Minggu (27/9).
Stoltenberg, yang akan bertemu dengan Menlu Rusia Sergei Lavrov di New York Senin (28/9), mendesak Rusia “untuk memainkan peran yang membangun dan siap bekerja sama dalam memerangi ISIS” dan menambahkan bahwa langkah mendukung Presiden Bashar al-Assad “bukan sumbangan positif untuk mencari solusi.”
“Ada keperluan, setidaknya, untuk mencegah konflik antara kehadiran pasukan militer Rusia di Suriah dan kehadiran pasukan koalisi yang memerangi ISIS,” kata Stoltenberg. Dia menambahkan gembira dengan kontak yang dilakukan AS dan Rusia.
Sebelumnya, Menlu AS John Kerry mengatakan penting untuk menyelaraskan segala upaya melawan ISIS namun hal itu belum terjadi.
Ketika ditanya terkait serangan udara yang dilakukan Perancis secara terpisah dari koalisi pimpinan AS, Stoltenberg mengatakan menyambut “upaya dari seluruh sekutu NATO dalam memerangi ISIS.”
Stoltenberg juga tidak menutup kemungkinan memperluas peran Organisasi Traktat Atlantik Utara yang beranggotakan 28 negara ini dalam memerangi ISIS, namun dia menolak menjelaskan rinciannya.
“Tidak pantas bagi saya untuk mengumumkan atau berspekulasi terkait peran tambahan itu,” katanya. “Kami akan memutuskannya jika hal itu masuk dalam agenda.” (yns)Taktik Jet Rusia Hindari Pantauan Radar Saat Masuki Suriah Pesawat Tempur Rusia di Suriah
Pesawat jet tempur Russia diduga sengaja mematikan transpondernya saat memasuki kawasan Suriah. Langkah tersebut membuat keberadaan pesawat tersebut sulit untuk terdeteksi.
CNN memberitakan pada Sabtu (25/9), seorang sumber menyebut pesawat itu sempat terbang sangat dekat dengan pesawat pengangkut bertransponder aktif. Saat itulah satelit Amerika Serikat sekilas melihat keberadaan pesawat tempur tersebut.
Berdasarkan penyelidikan yang dilakukan akhir pekan ini, pesawat tempur Rusia itu terbukti memang berada di sana. Bahkan, sumber yang sama menyebut, Russia mulai mengirimkan pesawat tak berawak atau drone di kota pesisir Latakia.
Terkait hal ini, Menteri Pertahanan AS, Ashton Carter, mengatakan pihaknya hanya bisa melihat apa yang akan dilakukan oleh Rusia. Dia juga berharap Rusia akan turut memerangi ISIS, sama seperti yang dilakukan negaranya.
"Namun jika Rusia justru memperpanas keadaan perang saudara ini, tentu kami melihat itu sebagai sesuatu yang kontraproduktif," kata Carter kepada CNN.
Pemerintah Amerika Serikat mempertanyakan langkah Rusia mengirimkan armada pesawat ke tempat yang tidak dikuasai oleh kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Langkah itu dicurigai lebih bertujuan untuk membantu Presiden Bashar al-Assad ketimbang untuk memerangi ISIS.
Hal tersebut berseberangan dengan pandangan Amerika Serikat. Meski memerangi ISIS, negeri Paman Sam juga menentang pemerintahan Assad di saat yang bersamaan.
Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri AS menyatakan Menteri John Kerry telah menghubungi Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov untuk membicarakan masalah ini.
Pihak Rusia disebut telah menyangkal tuduhan mempunyai ambisi militer di negeri yang sedang berperang itu. Pengiriman senjata dan penasihat militer untuk Assad dilakukan semata karena negara tersebut adalah sekutunya.
Amerika mengklaim Rusia telah menerjunkan 28 pesawat tempur ke Suriah. Sebanyak 20 armada tempur dan helikopter pengangkut disebut telah dikirim ke Latakia. Tak hanya itu, sebuah pesawat tanpa awak, 12 pesawat SU-24, 12 armada SU-25 dan empat jet tempur Flanker juga disebut telah beroperasi di negara tersebut. (den)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.