Bisa Jadi Pimpinan 2 Jenderal dan Belasan Kolonel di Polisi PBBBripka Anra Nosa ☆
Awalnya cukup berat bagi Anra Nosa (33), anggota Bintara Kepolisian Daerah (Polda) Riau itu meninggalkan istri yang sedang hamil muda ke Sudan demi melaksanakan tugas negara.
Polisi berpangkat Brigadir Polisi Kepala (Bripka) itu sempat bertugas sebagai penyidik di Reserse Kriminal Polda Riau.
Seleksi menjadi UN Police yang diumumkan Mabes Polri, dengan tempat penugasan di Darfur, Sudan Selatan menggerakkan pria tegap ini ikut mendaftar.
Melewati seleksi ketat, ia terpilih bersama 14 polisi terbaik (dari total ribuan) se-Indonesia.
Pelatihan khusus pun diikutinya. Akhirnya ia dan rekan-rekannya mewakili Indonesia menjadi Polisi perdamaian PBB ke Sudan Selatan sekitar 2014 lalu.
"Awal bertugas langsung ada unjuk rasa besar dari pengungsi Sudan," kisah Anra, seperti diposting dalam laman Facebook Divisi Humas Polri, Jumat (4/3/2016).
Seorang anggota UN Police berpangkat Kolonel dari Negara Jerman memerintahkan tim untuk memasukkan puluhan orang pengunjuk rasa ini ke Holding Facility (semacam penjara).
Namun Anra menolak kebijakan Kolonel tersebut. Baginya, para pengunjuk rasa harus ditangani secara layak dan baik.
Anra pun berinisiatif membuka komunikasi dengan para pendemo.
"Mereka itu ingin diwadahi ke WFP (Worl Food Suplemen, Organisasi PBB yang menangani soal makan pengungsi, red)," urainya mengisahkan kejadian itu saat bertandang ke Humas Polda Riau, disela-sela masa cutinya dari tugas sebagai polisi dari Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) atau UN Police.
Segera Anra menyelesaikan inti permasalahan (problem solved) tersebut dengan caranya.
Pengunjuk rasa pun dapat menerima pendekatan humanis yang dilakukannya dengan baik.
Artinya, tidak perlu ada pihak yang disakiti, melalui pendekatan yang dilakukan Anra.
Rupa-rupanya, cara penyelesaian Anra yang humanis itulah yang membuat aksinya terdengar hingga ke atas.
Tak lama berselang, Anra yang mengantongi gaji USD 2.550 dari UN Police, dipanggil oleh Senior Representatif Secretary General (SRSG) yang dipimpin seorang Jenderal wanita dari Angkatan Darat Negara Inggris.
Jenderal itu menilai Anra punya kecakapan yang cukup untuk mengemban jabatan sebagai team leader UN Police.
Meski baru berpangkat Brigadir Polisi Kepala (Bripka), pria berumur 33 tahun tersebut diangkat menjadi team leader di United Nation Police (polisi PBB).
Kini Anra membawahi 35 anggota dari berbagai negara di dunia.
Bahkan diantara mereka ada yang berpangkat Jenderal (2 orang) dan belasan anggota berpangkat Kolonel serta Letnan Kolonel.
Sementara ia sendiri hanyalah Bintara Polri yang berpangkat Bripka (setara Sersan Mayor di TNI).
Kini Anra kembali ke tanah air, dalam rangka cuti dari tugas sebagai polisi dari Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) atau UN Police.
Anra Nosa, menjadi salah satu anak bangsa yang sukses mengharumkan nama bangsa, khususnya Polri di kancah dunia.
Awalnya cukup berat bagi Anra Nosa (33), anggota Bintara Kepolisian Daerah (Polda) Riau itu meninggalkan istri yang sedang hamil muda ke Sudan demi melaksanakan tugas negara.
Polisi berpangkat Brigadir Polisi Kepala (Bripka) itu sempat bertugas sebagai penyidik di Reserse Kriminal Polda Riau.
Seleksi menjadi UN Police yang diumumkan Mabes Polri, dengan tempat penugasan di Darfur, Sudan Selatan menggerakkan pria tegap ini ikut mendaftar.
Melewati seleksi ketat, ia terpilih bersama 14 polisi terbaik (dari total ribuan) se-Indonesia.
Pelatihan khusus pun diikutinya. Akhirnya ia dan rekan-rekannya mewakili Indonesia menjadi Polisi perdamaian PBB ke Sudan Selatan sekitar 2014 lalu.
"Awal bertugas langsung ada unjuk rasa besar dari pengungsi Sudan," kisah Anra, seperti diposting dalam laman Facebook Divisi Humas Polri, Jumat (4/3/2016).
Seorang anggota UN Police berpangkat Kolonel dari Negara Jerman memerintahkan tim untuk memasukkan puluhan orang pengunjuk rasa ini ke Holding Facility (semacam penjara).
Namun Anra menolak kebijakan Kolonel tersebut. Baginya, para pengunjuk rasa harus ditangani secara layak dan baik.
Anra pun berinisiatif membuka komunikasi dengan para pendemo.
"Mereka itu ingin diwadahi ke WFP (Worl Food Suplemen, Organisasi PBB yang menangani soal makan pengungsi, red)," urainya mengisahkan kejadian itu saat bertandang ke Humas Polda Riau, disela-sela masa cutinya dari tugas sebagai polisi dari Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) atau UN Police.
Segera Anra menyelesaikan inti permasalahan (problem solved) tersebut dengan caranya.
Pengunjuk rasa pun dapat menerima pendekatan humanis yang dilakukannya dengan baik.
Artinya, tidak perlu ada pihak yang disakiti, melalui pendekatan yang dilakukan Anra.
Rupa-rupanya, cara penyelesaian Anra yang humanis itulah yang membuat aksinya terdengar hingga ke atas.
Tak lama berselang, Anra yang mengantongi gaji USD 2.550 dari UN Police, dipanggil oleh Senior Representatif Secretary General (SRSG) yang dipimpin seorang Jenderal wanita dari Angkatan Darat Negara Inggris.
Jenderal itu menilai Anra punya kecakapan yang cukup untuk mengemban jabatan sebagai team leader UN Police.
Meski baru berpangkat Brigadir Polisi Kepala (Bripka), pria berumur 33 tahun tersebut diangkat menjadi team leader di United Nation Police (polisi PBB).
Kini Anra membawahi 35 anggota dari berbagai negara di dunia.
Bahkan diantara mereka ada yang berpangkat Jenderal (2 orang) dan belasan anggota berpangkat Kolonel serta Letnan Kolonel.
Sementara ia sendiri hanyalah Bintara Polri yang berpangkat Bripka (setara Sersan Mayor di TNI).
Kini Anra kembali ke tanah air, dalam rangka cuti dari tugas sebagai polisi dari Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) atau UN Police.
Anra Nosa, menjadi salah satu anak bangsa yang sukses mengharumkan nama bangsa, khususnya Polri di kancah dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.