Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memutuskan tak melajutkan pembangunan Bandara Sebatik di Kalimantan Utara. Pembatalan proyek tersebut lantaran posisinya yang dianggap terlalu dekat dengan Bandara Nunukan yang berjarak 50 kilometer (km).
Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub, Agus Santoso, mengungkapkan rencananya akan diserahkan ke Kementerian Pertahanan (Kemenhan) untuk dibangun sebagai pangkalan udara untuk keperluan militer. Apalagi, posisi rencana bandara tersebut persis tak jauh dari perbatasan Malaysia.
"Memperhatikan kebutuhan dan keamanan perbatasan, perlu dikomunikasikan dengan Kemenhan dan TNI AU agar dibuatkan airstrip oleh Kemenhan, supaya bisa didarati pesawat angkut jenis C-295 TNI AU atau C-212 TNI AL," jelas Agus di kantornya, Jakarta, Kamis (7/9/2017).
Sementara untuk penerbangan keperluan sipil di wilayah tersebut, Kemenhub mengandalkan bandara yang sudah ada yakni Bandara Nunukan.
"Kebutuhan wilayah Sebatik akan dipenuhi melalui Bandara Nunukan yang pada tahun 2017, runway akan diperpanjang menjadi 1.600 meter dan lebar 30 meter," tutur Agus.
Dia melanjutkan, selain faktor kedekatan dengan bandara sipil yang sudah ada, pengalihan rencana pembangunan Bandara Sebatik menjadi bandara militer juga karena memperhatikan keselamatan penerbangan, lantaran berimpitan dengan Bandara Nunukan.
"Selain itu secara teknis ruang udara keselamatan penerbangan atau obtacle limitation service di wilayah Sebatik akan berimpitan dengan ruang udara Bandar Udara Nunukan," kata Agus.
Proyek Bandara Sebatik ini sebenarnya sudah masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) yang tertuang dalam Perpres Nomor 58 Tahun 2017 bersama 7 bandara lainnya. Namun kemudian di tengah jalan, direncanakan diganti menjadi bandara militer karena letaknya yang berdekatan dengan bandara sipil lainnya.(idr/hns)
Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub, Agus Santoso, mengungkapkan rencananya akan diserahkan ke Kementerian Pertahanan (Kemenhan) untuk dibangun sebagai pangkalan udara untuk keperluan militer. Apalagi, posisi rencana bandara tersebut persis tak jauh dari perbatasan Malaysia.
"Memperhatikan kebutuhan dan keamanan perbatasan, perlu dikomunikasikan dengan Kemenhan dan TNI AU agar dibuatkan airstrip oleh Kemenhan, supaya bisa didarati pesawat angkut jenis C-295 TNI AU atau C-212 TNI AL," jelas Agus di kantornya, Jakarta, Kamis (7/9/2017).
Sementara untuk penerbangan keperluan sipil di wilayah tersebut, Kemenhub mengandalkan bandara yang sudah ada yakni Bandara Nunukan.
"Kebutuhan wilayah Sebatik akan dipenuhi melalui Bandara Nunukan yang pada tahun 2017, runway akan diperpanjang menjadi 1.600 meter dan lebar 30 meter," tutur Agus.
Dia melanjutkan, selain faktor kedekatan dengan bandara sipil yang sudah ada, pengalihan rencana pembangunan Bandara Sebatik menjadi bandara militer juga karena memperhatikan keselamatan penerbangan, lantaran berimpitan dengan Bandara Nunukan.
"Selain itu secara teknis ruang udara keselamatan penerbangan atau obtacle limitation service di wilayah Sebatik akan berimpitan dengan ruang udara Bandar Udara Nunukan," kata Agus.
Proyek Bandara Sebatik ini sebenarnya sudah masuk dalam Proyek Strategis Nasional (PSN) yang tertuang dalam Perpres Nomor 58 Tahun 2017 bersama 7 bandara lainnya. Namun kemudian di tengah jalan, direncanakan diganti menjadi bandara militer karena letaknya yang berdekatan dengan bandara sipil lainnya.(idr/hns)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.