Ke Kemenhan Ilustrasi Helikopter Panther [supermarine@kaskus]
PT Dirgantara Indonesia (Persero) atau PTDI kembali menyerahkan pesawat udara dan heli perang kepada Kementerian Pertahanan (Kemenhan) untuk digunakan TNI. Total ada enam unit alutista yang diserahkan.
Alutista yang diserahkan yakni satu unit pesawat CN235-220 Maritime Patrol Aircraft (MPA) dan lima unit heli Anti Kapal Selam (AKS). Penyerahan ini bagian dari kontrak antara Kemenhan dengan PT DI yang diteken pada tahun 2014 lalu. Dalam kontrak tersebut PT DI membuat 11 unit heli AKS dan 2 pesawat CN235.
Penyerahan tersebut dilakukan di gedung PT DI, Bandung pada Kamis (24/1/2019). Menteri BUMN Rini Soemarno turut hadir. Alutista diserahkan kepada Kemenhan yang diwakili oleh Kepala Badan Sarana Pertahanan (Kabaranahan) Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, Laksamana Muda TNI Agus Setiadji.
Alutista ini merupakan kelanjutan penyerahan. Sebelumnya pada September 2017 PTDI telah menyerahkan dua unit Heli AKS, Januari 2018 dua unit dan Februari 2018 sebanyak satu unit. Sementara untuk pesud CN sebelumnya pada Januari 2018 juga telah diserahkan satu unit.
"Dengan demikian, PTDI telah menyerahkan 10 unit heli AKS. Satu unit akan diserahkan kembali ke PTDI untuk pemasangan konfigurasi full ALS. Sementara untuk satu unit sisanya akan dikonfigurasi full AKS, saat ini masih di PT DI dan keduanya akan diserahkan pada tahun 2019 ini," ucap Dirut PTDI Elfien Goentoro.
Dia menjelaskan soal keunggulan dari produk buatannya. Pesawat CN235-220 MPA, menurutnya, telah dilengkapi dengan dua consoles, radar pencarian yang dapat mendeteksi target yang kecil sampai 200 N. (Nautical Mile) dan Automatic Identification System (AIS). Lalu dilengkapi juga sistem pelacakan otomatis untuk mendeteksi kapal, sehingga dapat diperoleh posisi objek mencurigakan.
Pesawat juga dilengkapi dengan Identification Friend or Foe (IFF) Interrogator dan Tactical Computer System. Teknologi itu dibuat untuk mengetahui pesawat lawan atau kawan. Tak sampai di situ, pesawat juga dilengkapi Forward Looking Infra Red untuk mendeteksi dan mengklasifikasikan target.
"Pesawat CN235-220 MPA dapat digunakan untuk berbagai macam misi, seperti patroli perbatasan dan Zona Ekonomi Eksklusif, pengawasan pencurian ikan dan pencemaran laut, pengawasan imigrasi dan perdagangan manusia, penyelundupan narkoba dan barang ilegal, serta pencarian dan penyelamatan korban bencana," katanya.
Sementara untuk heli berkategori full AKS nantinya akan dilengkapi pemasangan torpedo dan sonar varian terbaru berjenis Helicopter Long-Range Actice Sonar (Helras).
"Sonar HELRAS dapat beroperasi optimal di area laut dangkal dan laut dalam. Teknologi HELRAS menggunakan frekuensi rendah dengan resolusi tinggi pada sistem Doppler dan rentang gelombang panjang untuk mengetahui keberadaan kapal selam dari jarak jauh," tuturnya.
Sementara itu Kabaranahan Agus Setiadji mengatakan penyerahan ini dilakukan untuk menguatkan sistem pertahanan nasional.
"Pesud juga memiliki kemampuan pesawat pengintai. Seperti diketahui, kehadiran AKS dan Pesud ditunggu-tunggu melengkapi ketahanan NKRI dengan luasnya perairan Indonesia dan padatnya lalu lintas pesawat sehingga perlu dijaga patroli udara dan diantisipasinya penyusupan musuh di udara maupun perairan," kata Agus.
Sementara itu Menteri Rini mengatakan hal ini terwujud atas sinergitas Kemenhan dengan BUMN. Hal ini sejalan dengan tujuan BUMN untuk memperkuat perekonomian sekaligus menghasilkan produk bermutu tinggi.
"Ini pentingnya kerja sama erat BUMN danln kementerian teknis paling utama Kemenhan meningkatkan kemampuan BUMN khususnya PT DI untuk dapat memberikan atau menghasilkan produk bermutu hang dapat dimanfaatkan oleh Indonesia. Bukan hanya dimanfaatkan, tapi kita membuat produk bermutu tinggi dan memberikan kepercayaan ke prajurit kita kalau mau pakai mereka merasa aman dan pasti bisa mempertahankan kedaulatan Indonesia," kata Rini.
Satu unit heli akan dimodifikasi dengan persenjataan
PT Dirgantara Indonesia (Persero) atau PTDI nyaris telah merampungkan seluruh pesanan pesawat udara dan helikopter dari Kementerian Pertahanan (Kemenhan). Hanya tinggal satu unit heli yang rencananya akan dimodifikasi penuh dengan persenjataan. Lalu berapa kocek yang dikeluarkan untuk alutista itu?
Ada dua alutista yang dirampungkan PTDI atas pesanan Kemenhan untuk digunakan TNI AL. Berdasarkan teken kontrak antar keduanya, PTDI membuat 11 unit Heli Anti Kapal Selam (AKS) dan dua unit pesawat CN235-220 Maritime Patrol Aircraft (MPA).
"Heli AKS 120 juta euro untuk MPA US$ 59 juta," ucap Kepala Staff Umum (Kasum) Panglima TNI Laksamana Madya TNI Didit Herdyawan usai serah terima pesawat dan heli di Gedung PTDI, Bandung, Kamis (24/1/2019).
Sementara itu Kepala Badan Sarana Pertahanan (Kabaranahan) Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, Laksamana Muda TNI Agus Setiadji tidak merinci harga per unit dari alutista itu. Namun dia hanya membocorkan angka untuk heli AKS.
"Untuk basic (tanpa full spesifikasi) 10 juta (euro). Kalau full 17 juta (euro)," kata dia.
Agus mengatakan dari 11 heli tersebut, dua di antaranya akan dilengkapi dengan teknologi canggih yang akan mendukung kebutuhan TNI AL di laut. Satu heli yang belum diserahkan Alan dilengkapi terlebih dahulu, sementara dari heli yang sudah diserahkan, akan dibawa kembali ke PT DI untuk dipasang peralatannya.
"Sedang proses, penyerahannya tahun ini juga," kata dia.
Heli dengan full spesifikasi ini akan dilengkapi dengan pemasangan torpedo dan sonar varian terbaru berjenis Helicopter Long-Range Actice Sonar (Helras).
Sonar HELRAS dapat beroperasi optimal di area laut dangkal dan laut dalam. Teknologi HELRAS menggunakan frekuensi rendah dengan resolusi tinggi pada sistem Doppler dan rentang gelombang panjang untuk mengetahui keberadaan kapal selam dari jarak jauh.
Direktur Utama PTDI Elfien Goentoro memastikan untuk suku cadang teknologi tersebut sudah disiapkan. Pihaknya bekerja sama dengan negara Prancis dan Amerika.
"Sudah disiapkan. Satu sistem sonar yang bisa melacak, torpedo mengikuti sehingga target kapal selam itu tercapai," kata dia. (dir/ara)
PT Dirgantara Indonesia (Persero) atau PTDI kembali menyerahkan pesawat udara dan heli perang kepada Kementerian Pertahanan (Kemenhan) untuk digunakan TNI. Total ada enam unit alutista yang diserahkan.
Alutista yang diserahkan yakni satu unit pesawat CN235-220 Maritime Patrol Aircraft (MPA) dan lima unit heli Anti Kapal Selam (AKS). Penyerahan ini bagian dari kontrak antara Kemenhan dengan PT DI yang diteken pada tahun 2014 lalu. Dalam kontrak tersebut PT DI membuat 11 unit heli AKS dan 2 pesawat CN235.
Penyerahan tersebut dilakukan di gedung PT DI, Bandung pada Kamis (24/1/2019). Menteri BUMN Rini Soemarno turut hadir. Alutista diserahkan kepada Kemenhan yang diwakili oleh Kepala Badan Sarana Pertahanan (Kabaranahan) Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, Laksamana Muda TNI Agus Setiadji.
Alutista ini merupakan kelanjutan penyerahan. Sebelumnya pada September 2017 PTDI telah menyerahkan dua unit Heli AKS, Januari 2018 dua unit dan Februari 2018 sebanyak satu unit. Sementara untuk pesud CN sebelumnya pada Januari 2018 juga telah diserahkan satu unit.
"Dengan demikian, PTDI telah menyerahkan 10 unit heli AKS. Satu unit akan diserahkan kembali ke PTDI untuk pemasangan konfigurasi full ALS. Sementara untuk satu unit sisanya akan dikonfigurasi full AKS, saat ini masih di PT DI dan keduanya akan diserahkan pada tahun 2019 ini," ucap Dirut PTDI Elfien Goentoro.
Dia menjelaskan soal keunggulan dari produk buatannya. Pesawat CN235-220 MPA, menurutnya, telah dilengkapi dengan dua consoles, radar pencarian yang dapat mendeteksi target yang kecil sampai 200 N. (Nautical Mile) dan Automatic Identification System (AIS). Lalu dilengkapi juga sistem pelacakan otomatis untuk mendeteksi kapal, sehingga dapat diperoleh posisi objek mencurigakan.
Pesawat juga dilengkapi dengan Identification Friend or Foe (IFF) Interrogator dan Tactical Computer System. Teknologi itu dibuat untuk mengetahui pesawat lawan atau kawan. Tak sampai di situ, pesawat juga dilengkapi Forward Looking Infra Red untuk mendeteksi dan mengklasifikasikan target.
"Pesawat CN235-220 MPA dapat digunakan untuk berbagai macam misi, seperti patroli perbatasan dan Zona Ekonomi Eksklusif, pengawasan pencurian ikan dan pencemaran laut, pengawasan imigrasi dan perdagangan manusia, penyelundupan narkoba dan barang ilegal, serta pencarian dan penyelamatan korban bencana," katanya.
Sementara untuk heli berkategori full AKS nantinya akan dilengkapi pemasangan torpedo dan sonar varian terbaru berjenis Helicopter Long-Range Actice Sonar (Helras).
"Sonar HELRAS dapat beroperasi optimal di area laut dangkal dan laut dalam. Teknologi HELRAS menggunakan frekuensi rendah dengan resolusi tinggi pada sistem Doppler dan rentang gelombang panjang untuk mengetahui keberadaan kapal selam dari jarak jauh," tuturnya.
Sementara itu Kabaranahan Agus Setiadji mengatakan penyerahan ini dilakukan untuk menguatkan sistem pertahanan nasional.
"Pesud juga memiliki kemampuan pesawat pengintai. Seperti diketahui, kehadiran AKS dan Pesud ditunggu-tunggu melengkapi ketahanan NKRI dengan luasnya perairan Indonesia dan padatnya lalu lintas pesawat sehingga perlu dijaga patroli udara dan diantisipasinya penyusupan musuh di udara maupun perairan," kata Agus.
Sementara itu Menteri Rini mengatakan hal ini terwujud atas sinergitas Kemenhan dengan BUMN. Hal ini sejalan dengan tujuan BUMN untuk memperkuat perekonomian sekaligus menghasilkan produk bermutu tinggi.
"Ini pentingnya kerja sama erat BUMN danln kementerian teknis paling utama Kemenhan meningkatkan kemampuan BUMN khususnya PT DI untuk dapat memberikan atau menghasilkan produk bermutu hang dapat dimanfaatkan oleh Indonesia. Bukan hanya dimanfaatkan, tapi kita membuat produk bermutu tinggi dan memberikan kepercayaan ke prajurit kita kalau mau pakai mereka merasa aman dan pasti bisa mempertahankan kedaulatan Indonesia," kata Rini.
Satu unit heli akan dimodifikasi dengan persenjataan
PT Dirgantara Indonesia (Persero) atau PTDI nyaris telah merampungkan seluruh pesanan pesawat udara dan helikopter dari Kementerian Pertahanan (Kemenhan). Hanya tinggal satu unit heli yang rencananya akan dimodifikasi penuh dengan persenjataan. Lalu berapa kocek yang dikeluarkan untuk alutista itu?
Ada dua alutista yang dirampungkan PTDI atas pesanan Kemenhan untuk digunakan TNI AL. Berdasarkan teken kontrak antar keduanya, PTDI membuat 11 unit Heli Anti Kapal Selam (AKS) dan dua unit pesawat CN235-220 Maritime Patrol Aircraft (MPA).
"Heli AKS 120 juta euro untuk MPA US$ 59 juta," ucap Kepala Staff Umum (Kasum) Panglima TNI Laksamana Madya TNI Didit Herdyawan usai serah terima pesawat dan heli di Gedung PTDI, Bandung, Kamis (24/1/2019).
Sementara itu Kepala Badan Sarana Pertahanan (Kabaranahan) Kementerian Pertahanan Republik Indonesia, Laksamana Muda TNI Agus Setiadji tidak merinci harga per unit dari alutista itu. Namun dia hanya membocorkan angka untuk heli AKS.
"Untuk basic (tanpa full spesifikasi) 10 juta (euro). Kalau full 17 juta (euro)," kata dia.
Agus mengatakan dari 11 heli tersebut, dua di antaranya akan dilengkapi dengan teknologi canggih yang akan mendukung kebutuhan TNI AL di laut. Satu heli yang belum diserahkan Alan dilengkapi terlebih dahulu, sementara dari heli yang sudah diserahkan, akan dibawa kembali ke PT DI untuk dipasang peralatannya.
"Sedang proses, penyerahannya tahun ini juga," kata dia.
Heli dengan full spesifikasi ini akan dilengkapi dengan pemasangan torpedo dan sonar varian terbaru berjenis Helicopter Long-Range Actice Sonar (Helras).
Sonar HELRAS dapat beroperasi optimal di area laut dangkal dan laut dalam. Teknologi HELRAS menggunakan frekuensi rendah dengan resolusi tinggi pada sistem Doppler dan rentang gelombang panjang untuk mengetahui keberadaan kapal selam dari jarak jauh.
Direktur Utama PTDI Elfien Goentoro memastikan untuk suku cadang teknologi tersebut sudah disiapkan. Pihaknya bekerja sama dengan negara Prancis dan Amerika.
"Sudah disiapkan. Satu sistem sonar yang bisa melacak, torpedo mengikuti sehingga target kapal selam itu tercapai," kata dia. (dir/ara)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.