⚓ Dilengkapi Teknologi JermanKRI Spica-934 Pushidrosal Survei ALKI-1 (Dispenal) ⚓
Komandan Pusat Hidro-Oseanografi TNI Angkatan Laut (Danpushidrosal) Laksamana Madya TNI Nurhidayat menyampaikan kapal survei terbaru yang akan memperkuat Pushidrosal menggunakan teknologi mutakhir buatan Jerman.
Dalam sesi jumpa pers pada peringatan Hari Hidrografi Dunia Ke-102 di Jakarta, Rabu, Danpushidrosal menyampaikan kapal buatan PT Palindo Marine Shipyard, Batam, itu dilengkapi dengan seperangkat teknologi buatan Jerman agar menjadi lebih modern.
“Ke depan pada 2025, mudah-mudahan sebelum itu sudah jadi. Kapal itu dibuat Palindo Batam, kemudian supaya lebih modern, karena ada peralatan-peralatan yang harus dipasang, dan itu buatan dari Jerman sehingga dibuat di sana kemudian dipasang peralatan itu termasuk komputernya sehingga nanti dibawa ke Indonesia dalam keadaan siap,” kata Danpushidrosal Laksdya TNI Nurhidayat.
Dia menyampaikan kapal-kapal survei berteknologi mutakhir dibutuhkan oleh Pusat Hidro-Oseanografi TNI AL demi menunjang tugas mereka, yaitu membuat peta bawah laut Indonesia yang luasnya mencapai 6,4 juta kilometer persegi.
“Saya berharapnya sebelum 2025 sudah selesai sehingga bisa memperkuat alutsista kita untuk bagaimana 6,4 juta kilometer persegi bisa dipetakan dengan baik bukan hanya semuanya selesai, tetapi harus berkali-kali karena ada obstacle (kesulitan) yang berubah-ubah terutama di laut,” kata Nurhidayat.
Dalam kesempatan yang sama, dia menyampaikan Pushidrosal juga dapat berkolaborasi dengan lembaga lain seperti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang juga mempunyai kapal-kapal survei bawah laut.
“Kebetulan ada rekan-rekan dari BRIN bisa beli (kapal) kami welcome, nanti kita bisa operasi bersama. Data yang mereka dapatkan bisa kami nilai dulu lalu kemudian jadilah itu peta (bawah laut),” kata Danpushidrosal.
Setidaknya saat ini ada lima kapal riset yang bernaung di bawah BRIN, yaitu Kapal Riset (KR) Baruna Jaya I, KR Baruna Jaya II, KR Baruna Jaya III, KR Baruna Jaya IV, dan KR Baruna Jaya VIII. KR Baruna Jaya I buatan galangan kapal CMN Prancis menjadi yang tertua mengingat usianya telah lebih dari 30 tahun, sementara yang termuda KR Baruna Jaya VIII dibuat di galangan kapal Mjellem & Karlsen di Norwegia pada 1998.
Sementara itu, Pushidrosal saat ini diperkuat dua kapal survei, yaitu Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Rigel-933 dan KRI Spica-934. Keduanya dibuat di galangan kapal OCEA Dossier di Les Sables d’Olonne, Prancis, pada 2015.
“Kami berusaha untuk melaksanakan ini dengan baik. Ada dua kapal kami yang baru (KRI Rigel dan KRI Spica), dua-duanya berangkat. Mereka istirahat cuma 1 bulan di darat, di Jakarta, kemudian berangkat 2 bulan lagi, nanti istirahat lagi. Demikian, karena kapal kami terbatas,” kata Laksdya Nurhidayat.
Komandan Pusat Hidro-Oseanografi TNI Angkatan Laut (Danpushidrosal) Laksamana Madya TNI Nurhidayat menyampaikan kapal survei terbaru yang akan memperkuat Pushidrosal menggunakan teknologi mutakhir buatan Jerman.
Dalam sesi jumpa pers pada peringatan Hari Hidrografi Dunia Ke-102 di Jakarta, Rabu, Danpushidrosal menyampaikan kapal buatan PT Palindo Marine Shipyard, Batam, itu dilengkapi dengan seperangkat teknologi buatan Jerman agar menjadi lebih modern.
“Ke depan pada 2025, mudah-mudahan sebelum itu sudah jadi. Kapal itu dibuat Palindo Batam, kemudian supaya lebih modern, karena ada peralatan-peralatan yang harus dipasang, dan itu buatan dari Jerman sehingga dibuat di sana kemudian dipasang peralatan itu termasuk komputernya sehingga nanti dibawa ke Indonesia dalam keadaan siap,” kata Danpushidrosal Laksdya TNI Nurhidayat.
Dia menyampaikan kapal-kapal survei berteknologi mutakhir dibutuhkan oleh Pusat Hidro-Oseanografi TNI AL demi menunjang tugas mereka, yaitu membuat peta bawah laut Indonesia yang luasnya mencapai 6,4 juta kilometer persegi.
“Saya berharapnya sebelum 2025 sudah selesai sehingga bisa memperkuat alutsista kita untuk bagaimana 6,4 juta kilometer persegi bisa dipetakan dengan baik bukan hanya semuanya selesai, tetapi harus berkali-kali karena ada obstacle (kesulitan) yang berubah-ubah terutama di laut,” kata Nurhidayat.
Dalam kesempatan yang sama, dia menyampaikan Pushidrosal juga dapat berkolaborasi dengan lembaga lain seperti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang juga mempunyai kapal-kapal survei bawah laut.
“Kebetulan ada rekan-rekan dari BRIN bisa beli (kapal) kami welcome, nanti kita bisa operasi bersama. Data yang mereka dapatkan bisa kami nilai dulu lalu kemudian jadilah itu peta (bawah laut),” kata Danpushidrosal.
Setidaknya saat ini ada lima kapal riset yang bernaung di bawah BRIN, yaitu Kapal Riset (KR) Baruna Jaya I, KR Baruna Jaya II, KR Baruna Jaya III, KR Baruna Jaya IV, dan KR Baruna Jaya VIII. KR Baruna Jaya I buatan galangan kapal CMN Prancis menjadi yang tertua mengingat usianya telah lebih dari 30 tahun, sementara yang termuda KR Baruna Jaya VIII dibuat di galangan kapal Mjellem & Karlsen di Norwegia pada 1998.
Sementara itu, Pushidrosal saat ini diperkuat dua kapal survei, yaitu Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Rigel-933 dan KRI Spica-934. Keduanya dibuat di galangan kapal OCEA Dossier di Les Sables d’Olonne, Prancis, pada 2015.
“Kami berusaha untuk melaksanakan ini dengan baik. Ada dua kapal kami yang baru (KRI Rigel dan KRI Spica), dua-duanya berangkat. Mereka istirahat cuma 1 bulan di darat, di Jakarta, kemudian berangkat 2 bulan lagi, nanti istirahat lagi. Demikian, karena kapal kami terbatas,” kata Laksdya Nurhidayat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.