Ditulis oleh H. Suwidodo
Setelah selesainya misi kami mengevakuasi 2 buah mesin Hercules C 140 ,maka praktis kami tidak ada kegiatan lagi; Berbagai usaha kami kerjakan untuk mengurangi rasa bosan
dan kejenuhan pasukan kami. Mulailah timbul rasa rindu rumah dan kangen
keluarga yang telah berbulan-bulan ditinggalkan. Hingga akhirnya terjadilah
satu peristiwa yang tidak bisa kami lupakan. Suatu hari Pratu Ponadi seorang
anak buah Capa Sohorin melihat seorang gadis Daya yang cantik; Pada
umumnya orang-orang Daya baik pria maupun wanitanya kulitnya bersih-bersih kuning
seperti China tetapi matanya lebar dan rambutnya hitam .Saking gemesnya
Pratu Ponadi tadi, mencubit pipi sigadis tadi. Oleh sigadis cubitan ini dianggap sebagai ciuman dan melaporkan pada keluarganya dan kepala adat.
Orang-orang
suku Daya ini sangat teguh memegang adat dan kehormatan dan sangat
jujur.. Seperti saya lihat di Malinou ada satu asrama sekolah anak-anak Daya
yang baik laki-laki dan wanitanya berbaur jadi satu tetapi tidak pernah
terjadi pelanggaran sex. Singkat kata Pratu Ponadi tadi dikenai sangsi
yaitu harus membayar denda berupa 3 ekor kerbau atau sebuah guci China,
tinggal pilih salah satu dan apabila tidak bisa membayarnya maka harus
mau bekerja secara sukarela pada keluarga sigadis selama 5 hari.
Seperti
kita ketahui kerbau dan guci China adalah sebagai symbol status orang
Daya. Makin banyak kerbau atau guci yang dimiliki makin tinggi derajat
seseorang. Kerbau atau guci China juga biasa dipakai sebagai purut / mas kawin. Karena mahalnya purut ini maka banyak gadis-gadis Daya yang terlambat kawin. Sebetulnya Pratu Ponadi bisa menyangkal atau membela diri karena saksinya tidak kuat, tetapi karena dia anak bandel dan banyak akal, dia minta waktu 5 hari untuk berfikir dan diapun bilang pada saya; tenang saja Let nanti kita akan pesta daging kerbau.
Rupa-rupanya dia sudah punya akal yang unik. Dia ambil topi petnya yang berbulan-bulan tidak pernah dicuci dan dilemparkan secara diam-diam kekerumunan kerbau peliharaan dan ….. berhasil ….
topi dekil tadi disambar oleh seekor kerbau dan dikunyah-kunyah karena asin.
Pratu Ponadi meraung-raung dan meradang lantas mengadu pada kepala suku.
Akhirnya disepakati topi petnya dikasih ganti rugi berupa 4 ekor kerbau
karena topi diibaratkan sebagai mahkota kepala. Seorang prajurit dengan
dada busung dan senyum mengembang dipipi Pratu Ponadi dan kawan-kawannya
menggiring seekor kerbau hasil transaksi topi pet dengan pipi.
● Darmasadtri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.