Ala Film Captain Phillips, Kisah TNI Memburu Bajak Laut Somalia Anda pernah menonton film Captain Phillips? Kisah nyata Captain Phillips itu diangkat sineas Hollywood ke layar lebar. Film itu mengisahkan operasi SEAL, pasukan khusus AS, membebaskan Captain Phillips yang disandera bajak laut Somalia.
Tapi kita tidak akan membahas soal aksi SEAL dengan peralatan dan teknologinya dalam membebaskan Captain Phillips yang membuat decak kagum. Yang akan kita ungkapkan adalah kisah kehebatan pasukan TNI, khususnya Marinir dengan Denjaka-nya dalam membebaskan WNI yang juga seperti Captain Phillips yang disandera bajak laut Somalia.
Cerita awal mula pembentukan tim pembebasan yang dinamai Satgas Merah Putih hingga bagaimana operasi dijalankan, dan sukses membebaskan serta menumpas perompak Somalia ini tertuang dalam buku 'Satgas Merah Putih: Memburu Perompak Somalia'
Buku setebal 184 halaman dan 10 bab ini diterbitkan langsung oleh Markas Komando Korps Marinir. Di dalam buku ini dibeberkan lengkap bagaimana rapat-rapat dijalankan, latihan dilakukan, hingga keputusan diambil Komandan Satgas Merah Putih Mayjen TNI (Mar) M Alfan Baharudin untuk menyergap para lanun pemeras itu.
"Ini operasi yang menggambarkan sebuah usaha yang pantang menyerah, kerja keras, serta motivasi yang tinggi di tengah berbagai keterbatasan, sehingga membuahkan keberhasilan gemilang," kata Mayjen (Mar) M Alfan dalam sambutannya di buku itu, seperti dikutip detikcom, Jumat (4/7/2014).
Kisah TNI memburu perompak Somalia ini diawali ketika kapal MV Sinar Kudus yang dioperasikan PT Samudera Indonesia dibajak di perairan Laut Arab pada 16 Maret 2011. Kapal itu bermuatan ferro nikel yang berlayar dari Sulawesi menuju Rotterdam Belanda.
Presiden SBY yang mendapat laporan dari Menlu Marty Natalegawa pun kaget mendengar pembajakan. Belasan WNI serta kapal milik Indonesia di tangan perompak.
Keputusan diambil pada 18 Maret 2011, Presiden SBY meminta agar dilakukan langkah untuk melindungi WNI yang disandera dan membebaskan MV Sinar Kudus melalui berbagai opsi. Salah satunya operasi militer.
"Untuk menjaga kerahasiaan dan pelaksanaan operasi tersebut diputuskan Panglima TNI untuk menyamarkan rencana operasi ini dalam Satuan Tugas Muhibah Duta Samudera 2011 yang dipimpin Komandan Gugus Tempur Laut Armada Barat saat itu Kolonel (Laut) Taufiqurochman," tulis buku itu di Bab 1.
Operasi penyelamatan pun dimulai, pada 23 Maret 2011 melalui surat perintah Panglima TNI saat itu Laksamana Mar Agus Suhartono, presiden memberikan persetujuan untuk pelibatan dua KRI dari frigat, satu helikopter, dan pasukan khusus dari Denjaka Kormar TNI AL yang diperkuat unsur TNI Lainnya.
Pada 25 Maret 2011, diperoleh kabar MV Sinar Kudus sudah dilego jangkarkan di Pantai El Dhanan, Somalia. "Posisi kapal yang hanya berjarak 1,5 nautical mile dari bibir pantai yang menjadi markas perompak menjadikan situasi makin rumit, apalagi El Dhanan merupakan salah satu camp perompak yang cukup kuat," demikian keterangan di buku itu.
Berbagai kemungkinan dihadapi, bukan apa-apa, kisah pasukan Amerika Serikat yang dikepung pemberontak di Mogadishu, ibu kota Somalia masih terbayang. TNI tentu menghindari korban jiwa jatuh.
Strategi kembali diatur. Helikopter bolkow yang berpangkalan di KRI Yos Sudarso melakukan pengintaian pada 4 April 2011. Sempat tercetus untuk melakukan operasi pada malam hari dengan memanfaatkan kegelapan malam. Namun keberhasilan fifty fifty karena lokasi para ABK belum diketahui.
Satgas Muhibah yang melakukan pengintaian terus memberi laporan perkembangan. Berbagai isu bermunculan soal keberadaan ABK.
Selain penyiapan operasi militer, pihak PT Samudera Indonesia juga melakukan negosiasi dengan para perompak, mengingat keselamatan ABK harus diutamakan. Hingga kemudian hasil rapim TNI di Jakarta juga keluar dan menunda operasi pembebasan sandera.
"Pasukan khusus yang sudah ada di kapal perang itu pun dibelokkan mengawal KM Labobar dalam pelayaran menjemput TKI bermasalah dari Jeddah Arab Saudi. Hal inilah yang membuat presiden selaku Panglima Tertinggi TNI naik pitam dalam rapat di Istana Cipanas pada 16 April. Presiden tidak mengetahui dan tidak pernah diberitahu akan adanya perubahan itu," tulis buku itu.
Rapat di Cipanas yang dipimpin langsung Presiden SBY dihadiri antara lain Menko Polhukam Djoko Suyanto, Pangkostrad Letjen TNI Pramono Edhie Wibowo, Danjen Kopassus Mayjen TNI Lodewijk F Paulus, dan Komandan Korps Marinir Mayjen TNI (Mar) M Alfan Baharudin.
Hingga kemudian setelah M Alfan memaparkan rencana operasi dan Presiden memberikan persetujuan. Pasukan khusus lain dilibatkan dalam operasi ini. Ikut bergabung pasukan Kopassus serta Tontaipur Kostrad, serta BIN dan intelijen TNI. Mayjen M Alfan menjadi pimpinan operasi penindakan.
Segala sesuatu disiapkan, termasuk kapal yang memadai untuk mengangkut 700-800 pasukan dan peralatan tempur. Mengingat ada kemungkinan dilakukan perang di laut dan di darat. Awalnya kapal tanker disiapkan guna dipakai dalam operasi itu.
"Rencana itu gagal manakala Panglima TNI mencetuskan penggunaan KRI Banjarmasin 592 untuk mengangkut pasukan dan peralatan tempur. Selain itu dimuatkan satu helikopter Bell 412, tank amphibi, tujuh unit sea rider, sekoci pendarat, dan lainnya," demikian keterangan di buku itu.
KRI Banjarmasin pun segera dipersenjatai meriam. Perjalanan segera ditata termasuk logistik. Pada 21 April tim bergerak menuju Somalia.
Saat yang bersamaan, PT Samudera Indonesia terus melakukan negosiasi. Sedang pasukan TNI setelah berada di lokasi melakukan pengintaian. Lokasi ABK dipantau berada di mana, karena isu aneka rupa soal keberadaan mereka.
Akhirnya pada 30 April pembayaran dilakukan PT Samudera Indonesia kepada para perompak. Namun di tengah negoisasi para perompak terjadi perselisihan, pembebasan kapal dan ABK menjadi kian tak pasti. Ada kemungkinan setelah dibebaskan, akan ada kelompok lain yang menyandera.
"Akhirnya Dansatgas Merah Putih memutuskan melakukan tindakan militer tatkala para perompak meninggalkan MV Sinar Kudus usai pembayaran dilakukan," tulis buku itu.
Saat itu, pasukan Denjaka segera mengejar para perompak yang turun dari MV Sinar Kudus, sekaligus mencegah pembajakan ulang. Sejumlah perahu milik perompak dikejar dan ditenggelamkan. Para perompak juga dihabisi.
Kapal MV Sinar Kudus pun sukses diselamatkan dari tangan para perompak dan dikawal menuju tanah air. Tapi yang cukup juga membanggakan, pasukan operasi ini juga menyelamatkan upaya pembajakan kapal tanker MT DNQ-1 milik Uni Emirat Arab yang coba diambil alih perompak Somalia di Laut Arab.
Tapi kita tidak akan membahas soal aksi SEAL dengan peralatan dan teknologinya dalam membebaskan Captain Phillips yang membuat decak kagum. Yang akan kita ungkapkan adalah kisah kehebatan pasukan TNI, khususnya Marinir dengan Denjaka-nya dalam membebaskan WNI yang juga seperti Captain Phillips yang disandera bajak laut Somalia.
Cerita awal mula pembentukan tim pembebasan yang dinamai Satgas Merah Putih hingga bagaimana operasi dijalankan, dan sukses membebaskan serta menumpas perompak Somalia ini tertuang dalam buku 'Satgas Merah Putih: Memburu Perompak Somalia'
Buku setebal 184 halaman dan 10 bab ini diterbitkan langsung oleh Markas Komando Korps Marinir. Di dalam buku ini dibeberkan lengkap bagaimana rapat-rapat dijalankan, latihan dilakukan, hingga keputusan diambil Komandan Satgas Merah Putih Mayjen TNI (Mar) M Alfan Baharudin untuk menyergap para lanun pemeras itu.
"Ini operasi yang menggambarkan sebuah usaha yang pantang menyerah, kerja keras, serta motivasi yang tinggi di tengah berbagai keterbatasan, sehingga membuahkan keberhasilan gemilang," kata Mayjen (Mar) M Alfan dalam sambutannya di buku itu, seperti dikutip detikcom, Jumat (4/7/2014).
Kisah TNI memburu perompak Somalia ini diawali ketika kapal MV Sinar Kudus yang dioperasikan PT Samudera Indonesia dibajak di perairan Laut Arab pada 16 Maret 2011. Kapal itu bermuatan ferro nikel yang berlayar dari Sulawesi menuju Rotterdam Belanda.
Presiden SBY yang mendapat laporan dari Menlu Marty Natalegawa pun kaget mendengar pembajakan. Belasan WNI serta kapal milik Indonesia di tangan perompak.
Keputusan diambil pada 18 Maret 2011, Presiden SBY meminta agar dilakukan langkah untuk melindungi WNI yang disandera dan membebaskan MV Sinar Kudus melalui berbagai opsi. Salah satunya operasi militer.
"Untuk menjaga kerahasiaan dan pelaksanaan operasi tersebut diputuskan Panglima TNI untuk menyamarkan rencana operasi ini dalam Satuan Tugas Muhibah Duta Samudera 2011 yang dipimpin Komandan Gugus Tempur Laut Armada Barat saat itu Kolonel (Laut) Taufiqurochman," tulis buku itu di Bab 1.
Operasi penyelamatan pun dimulai, pada 23 Maret 2011 melalui surat perintah Panglima TNI saat itu Laksamana Mar Agus Suhartono, presiden memberikan persetujuan untuk pelibatan dua KRI dari frigat, satu helikopter, dan pasukan khusus dari Denjaka Kormar TNI AL yang diperkuat unsur TNI Lainnya.
Pada 25 Maret 2011, diperoleh kabar MV Sinar Kudus sudah dilego jangkarkan di Pantai El Dhanan, Somalia. "Posisi kapal yang hanya berjarak 1,5 nautical mile dari bibir pantai yang menjadi markas perompak menjadikan situasi makin rumit, apalagi El Dhanan merupakan salah satu camp perompak yang cukup kuat," demikian keterangan di buku itu.
Berbagai kemungkinan dihadapi, bukan apa-apa, kisah pasukan Amerika Serikat yang dikepung pemberontak di Mogadishu, ibu kota Somalia masih terbayang. TNI tentu menghindari korban jiwa jatuh.
Strategi kembali diatur. Helikopter bolkow yang berpangkalan di KRI Yos Sudarso melakukan pengintaian pada 4 April 2011. Sempat tercetus untuk melakukan operasi pada malam hari dengan memanfaatkan kegelapan malam. Namun keberhasilan fifty fifty karena lokasi para ABK belum diketahui.
Satgas Muhibah yang melakukan pengintaian terus memberi laporan perkembangan. Berbagai isu bermunculan soal keberadaan ABK.
Selain penyiapan operasi militer, pihak PT Samudera Indonesia juga melakukan negosiasi dengan para perompak, mengingat keselamatan ABK harus diutamakan. Hingga kemudian hasil rapim TNI di Jakarta juga keluar dan menunda operasi pembebasan sandera.
"Pasukan khusus yang sudah ada di kapal perang itu pun dibelokkan mengawal KM Labobar dalam pelayaran menjemput TKI bermasalah dari Jeddah Arab Saudi. Hal inilah yang membuat presiden selaku Panglima Tertinggi TNI naik pitam dalam rapat di Istana Cipanas pada 16 April. Presiden tidak mengetahui dan tidak pernah diberitahu akan adanya perubahan itu," tulis buku itu.
Rapat di Cipanas yang dipimpin langsung Presiden SBY dihadiri antara lain Menko Polhukam Djoko Suyanto, Pangkostrad Letjen TNI Pramono Edhie Wibowo, Danjen Kopassus Mayjen TNI Lodewijk F Paulus, dan Komandan Korps Marinir Mayjen TNI (Mar) M Alfan Baharudin.
Hingga kemudian setelah M Alfan memaparkan rencana operasi dan Presiden memberikan persetujuan. Pasukan khusus lain dilibatkan dalam operasi ini. Ikut bergabung pasukan Kopassus serta Tontaipur Kostrad, serta BIN dan intelijen TNI. Mayjen M Alfan menjadi pimpinan operasi penindakan.
Segala sesuatu disiapkan, termasuk kapal yang memadai untuk mengangkut 700-800 pasukan dan peralatan tempur. Mengingat ada kemungkinan dilakukan perang di laut dan di darat. Awalnya kapal tanker disiapkan guna dipakai dalam operasi itu.
"Rencana itu gagal manakala Panglima TNI mencetuskan penggunaan KRI Banjarmasin 592 untuk mengangkut pasukan dan peralatan tempur. Selain itu dimuatkan satu helikopter Bell 412, tank amphibi, tujuh unit sea rider, sekoci pendarat, dan lainnya," demikian keterangan di buku itu.
KRI Banjarmasin pun segera dipersenjatai meriam. Perjalanan segera ditata termasuk logistik. Pada 21 April tim bergerak menuju Somalia.
Saat yang bersamaan, PT Samudera Indonesia terus melakukan negosiasi. Sedang pasukan TNI setelah berada di lokasi melakukan pengintaian. Lokasi ABK dipantau berada di mana, karena isu aneka rupa soal keberadaan mereka.
Akhirnya pada 30 April pembayaran dilakukan PT Samudera Indonesia kepada para perompak. Namun di tengah negoisasi para perompak terjadi perselisihan, pembebasan kapal dan ABK menjadi kian tak pasti. Ada kemungkinan setelah dibebaskan, akan ada kelompok lain yang menyandera.
"Akhirnya Dansatgas Merah Putih memutuskan melakukan tindakan militer tatkala para perompak meninggalkan MV Sinar Kudus usai pembayaran dilakukan," tulis buku itu.
Saat itu, pasukan Denjaka segera mengejar para perompak yang turun dari MV Sinar Kudus, sekaligus mencegah pembajakan ulang. Sejumlah perahu milik perompak dikejar dan ditenggelamkan. Para perompak juga dihabisi.
Kapal MV Sinar Kudus pun sukses diselamatkan dari tangan para perompak dan dikawal menuju tanah air. Tapi yang cukup juga membanggakan, pasukan operasi ini juga menyelamatkan upaya pembajakan kapal tanker MT DNQ-1 milik Uni Emirat Arab yang coba diambil alih perompak Somalia di Laut Arab.
★ detik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.