Armada pesawat tempur Kerajaan Arab Saudi (Reuters)
Arab Saudi melancarkan operasi militer ke Yaman untuk memerangi milisi Syiah Houthi yang mengancam pemerintahan di sana, kata duta besar Arab Saudi untuk Amerika Serikat seperti dikutip AFP.
"Operasi militer ini untuk mempertahankan pemerintah yang sah," kata Duta Besar Adel al-Jubeir kepada wartawan di Washington.
Sementara itu dari Riyadh dilaporkan bahwa lima negara kawasan Teluk menyatakan akan melindungi Presiden Yaman Abedrabbo Mansour Hadi dari pemberontak Syiah Houthi yang semakin mendekati kota Aden di mana sang presiden mengungsi setelah kabur dari ibu kota Sanaa.
Arab Saudi, Qatar, Kuwait, Bahrain dan Uni Emirat Arab mengatakan mereka "telah memutuskan untuk menjawab permintaan Presiden Hadi guna melindungi Yaman dan rakyatnya dari agresi milisi (Syiah) Houthi".Perang Dimulai, Saudi dan 9 Negara Bombardir Yaman Arab Saudi dan sembilan negara Teluk mulai meluncurkan perang di Yaman. [Russia Today/Twitter.]
Perang untuk menggempur kelompok pemberontak Houthi di Yaman sudah dimulai. Arab Saudi dan sembilan negara lainnya mulai membombardir Sanaa, Ibu Kota Yaman.
Sejumlah pesawat jet tempur Saudi dan sembilan negara lainnya telah meluncurkan serangan udara. Demikian keterangan dari Duta Besar Arab Saudi untuk Amerika Serikat (AS), Adel bin Ahmed Al-Jubeir, Kamis (26/3/2015).
Menurut Jubeir, serangan militer di Yaman sudah dimulai semalam pukul 19.00 waktu Yaman. AS, kata dia, tidak ikut dalam operasi militer ini.
Laman Al Arabiya melaporkan bahwa pesawat jet tempur Air Force One milik Arab Saudi telah membom basis militan Houthi di Yaman. Pertahanan udara kelompok Houthi jadi target. Pasukan Saudi bahkan telah membombardir kantor milik pemberontak Houthi di Jiraf, Sanaa. Banyak korban dilaporkan sudah berjatuhan.
Sejumlah pesawat jet tempur Saudi dan sejumlah negara, menurut laporan Reuters, juga membombardir Bandara Ibukota Yaman. Sementara itu, kelompok Houthi membalas pemboman dengan meluncurkan tembakan rudal anti-pesawat.
Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, Qatar, dan Kuwait telah mengeluarkan pernyataan bersama terkait agresi di Yaman. ”Memutuskan untuk mengusir milisi Houthi, al-Qaeda dan ISIS (Islamic of State Iraq and Syria) di negeri ini,” bunyi pernyataan negara-negara Teluk itu.
Jubeir menambahkan koalisi 10 negara yang melakukan agresi militer di Yaman, bertujuan untuk melindungi dan membela pemerintah yang sah pimpinan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi. Presiden Hadi sendiri sudah melarikan diri dari Sanaa dan kini bersembunyi di Yaman setelah istana presiden di Sanaa diserbu milisi Houthi.Agresi Militer Saudi Buat Perang di Yaman Melebar [Wikimedia]
Seorang pemimpin senior kelompok Houthi di Yaman, Mohammed al-Bukhaiti, mengatakan, agresi militer Arab Saudi dan sembilan negara Teluk lainnya di Ibu Kota Sanaa, Yaman, membuat perang di negara itu melebar.
Meski dikeroyok 10 negara Teluk, kata Bukhaiti, kelompok Houthi tidak gentar. ”Ada agresi yang berlangsung di Yaman, dan kami akan menghadapinya dengan gagah berani,” kata Bukhaiti, yang merupkan anggota dari politburo Houthi.
Komentar pemimpin Houthi itu muncul dalam wawancaranya dengan stasiun televisi Al Jazeera yang berbasis di Doha, Kamis (26/3/2015). ”Operasi militer akan menyeret wilayah (Yaman) tersebut ke perang lebar!,” kata Bukhaiti.
Sebelumnya, Arab Saudi mengkonfirmasi telah meluncurkan agresi militer bersama sembilan negara Teluk lainnya di Sanaa, Yaman. Mereka berdalih, agres militer itu untuk mengusir kelompok pemberontak Houthi dan menyelamatkan presiden Yaman yang sah, Abd-Rabbu Mansour Hadi.
Duta Besar Arab Saudi untuk Amerika Serikat (AS), Adel bin Ahmed Al-Jubeir, mengatakan, serangan udara Saudi menggunakan pesawat jet tempur Air Force One. Seranga militer dimulai sejak semalam pukul 19.00 waktu Yaman.
Presiden Hadi sendiri sampai saat ini bersembunyi di Aden, setelah Istana Presiden di Sanaa diserbu milisi Houthi pada pekan lalu. Presiden Hadi sebelumnya meminta PBB untuk ikut campur karena negaranya sudah di ambang perang saudara.Agresi Saudi di Yaman Atas Perintah Raja Salman Agresi militer Arab Saudi di Yaman atas perintah Raja Salman bin Abdulaziz. [SPA]
Agresi militer Arab Saudi di Sanaa, Yaman, atas perintah Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz. Hal itu diungkap sejumlah sumber di pemerintahan Saudi seperti dilaporkan Al Arabiya, Kamis (26/3/2015).
Menurut laporan media Timur Tengah itu, Raja Salman telah memberikan perintahnya pada siang hari. Beberapa jam kemudian, pesawat-pesawat jet tempur Air Force One beraksi menggempur basis kelompok pemberontak Houthi di Sanaa, Yaman.
”Air Force One melakukan beberapa serangan udara terhadap basis kelompok Houthi di Yaman, menghancurkan sebagian besar kawasan pangkalan udara yang digunakan oleh milisi di Sanaa itu dan sebagian besar pertahanan udara mereka,” tulis media Timur Tengah itu mengutip sumber di pemerintahan Saudi.
Duta Besar Arab Saudi untuk Amerika Serikat (AS), Adel al-Jubeir, kepada wartawan membenarkan bahwa pihak Kerajaan Arab Saudi telah melancarkan operasi militer berupak serangan udara di Yaman untuk melawan militan Houthi.
Kelompok Houthi sendiri dilaporkan sudah mendekati wilayah Aden, di mana Presiden Yaman, Mansour Hadi bersembunyi setelah Istana Presiden di Sanaa diserbu kelompok Houthi pada pekan lalu.
Menurut Jubeir, selain Saudi, sembilan negara Teluk lainnya ikut melakukan agresi di Yaman untuk menyelamatkan pemerintahan Yaman yang sah di bawah kepemimpinan Presiden Hadi. ”Kami akan melakukan apa pun untuk melindungi pemerintah yang sah dari kejatuhan Yaman,” katanya.
Menteri Pertahanan Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman telah memperingatkan Ahmed Ali Abdullah Saleh, putra mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh, terkait potensi perang di Aden.
Menteri Luar Negeri Yaman, Riad Yassine, mengatakan, bahwa operasi militer akan berlanjut sampai Houthi bersedia duduk dalam pembicaraan damai. Sementara itu, demonstrasi dilaporkan pecah di Hadramout dan Aden setelah Saudi meluncurkan agresi militer terhadap basis-basis kelompok Houthi.Presiden Yaman: Terima Kasih Negara-negara Teluk Presiden Yaman, Mansour Hadi berterima kasih kepada negara-negara Teluk yang melakukan agresi di Yaman untuk memerangi milisi Houthi. [Al Arabiya/AP]
Presiden Yaman, Abd-Rabbu Mansour Hadi, bersemangat lagi setelah sepuluh negara Teluk melakukan agresi militer di Sanaa, Yaman, untuk memerangi kelompok Houthi musuh pemerintah sah Yaman. Presiden Hadi menyampaikan terima kasih kepada negara-negara Teluk itu.
Pernyataan Presiden Hadi itu disampaikan ajudan Presiden Yaman, Mohammed Marem, Kamis (26/3/2015). Presiden Hadi sendiri masih bersembunyi di Aden, setelah Istana Presiden di Sanaa diserbu kelompok Houthi pada pekan lalu.
”Operasi (militer negara-negara Teluk) ini telah memulihkan tekad rakyat untuk melawan Houthi,” kata Marem kepada Reuters. ”Presiden dalam semangat yang tinggi dan berterima kasih kepada negara-negara Teluk, Mesir, Yordania dan Sudan dan semua negara di kawasan itu,” katanya lagi.
Arab Saudi resmi meluncurkan agresi militer di Yaman hari ini. Agresi itu, bahkan atas perintah Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz. Perintah Raja Salman itu diungkap sumber di pemerintahan Saudi yang dilansir Al Arabiya.
Duta Besar Arab Saudi untuk Amerika Serikat (AS), Adel al-Jubeir, kepada wartawan membenarkan bahwa pihak Kerajaan Arab Saudi telah melancarkan operasi militer berupak serangan udara di Yaman untuk melawan militan Houthi.
Menurut Jubeir, selain Saudi, sembilan negara Teluk lainnya ikut melakukan agresi di Yaman untuk menyelamatkan pemerintahan Yaman yang sah di bawah kepemimpinan Presiden Hadi. ”Kami akan melakukan apa pun untuk melindungi pemerintah yang sah dari kejatuhan Yaman,” katanya.Perang Yaman dan Perseteruan Sengit Saudi-Iran Perang di Yaman diyakini tak bisa lepas dari rivalitas sengit antara Arab Saudi dan Iran.
Perang di Yaman antara kelompok Houthi dan pasukan pemerintah Yaman tak bisa lepas dari peta politik perseteruan sengit antara Arab Saudi dan Iran. Rivalitas sektarian antara kaum Sunni dan Syiah dalam perebutan kekuasan di Yaman juga mulai tampak.
Hari ini (26/3/2015), Saudi dan sembilan negara Teluk resmi meluncurkan agresi militer di Sanaa, Yaman. Mereka berdalih, agresi itu untuk memerangi kelompok Houthi dan menyelamatkan pemerintah sah Yaman di bawah kepemimpinan Presiden Mansour Hadi.
Kelompok Houthi yang didominasi kaum Syiah dikenal sebagai sekutu utama Iran. Pemerintah Iran sendiri belum bereaksi setelah sekutunya di Yaman dikeroyok 10 negara Teluk.
Para analis melihat rivalitas Saudi dan Iran ikut mewarnai perang di Yaman. Iran yang hampir mencapai kesepakatan nuklir dengan enam negara kekuatan dunia sudah membuat Saudi resah.
”Ini tidak biasa bahwa Saudi mengambil langkah militer. Pada saat ini, saya tidak berpikir harga minyak sangat mungkin akan melejit hanya karena ini. Namun hal ini menjadi seperti perang proxy antara Sunni dan Syiah sehingga merupakan sumber keprihatinan,” kata Norihiro Fujito, analis investasi senior di Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities, seperti dikutip Reuters, Kamis (26/3/2015).
“Sekarang, reaksi Iran akan menjadi fokus. Saya hanya berharap Iran tidak akan bereaksi berlebihan terhadap hal ini. Jika perang proxy ini menjadi perang nyata, seluruh Timur Tengah akan dilalap perang, meskipun saya berpikir itu tidak mungkin terjadi,” lanjut Fujito.
Jang JI-hyang, Direktur Middle East and North Africa Center di Asan Institute For Policy Studies yang berbasis di Seoul, juga sependapat bahwa perang di Yaman tak bisa lepas dari ketegangan Saudi dan Iran.
”Kenapa sekarang? Arab Saudi tidak puas dengan pembicaraan nuklir antara Iran dan Amerika Serikat yang tampaknya menghasilkan kemajuan,” ujarnya.
“Namun Iran tidak mungkin untuk menanggapi Saudi dalam operasi (militer) di Yaman, karena mereka tidak ingin menjadi pengacau dengan terlibat dalam konflik, sementara kesepakatan nuklir masih tertunda,” imbuh Ji-hyang.Saudi Kerahkan 100 Jet Tempur dan 150 Ribu Tentara ke Yaman Arab Saudi mengerahkan 100 jet tempur dan 150 ribu tentara dalam agresi ke Yaman. [Reuters]
Arab Saudi telah mengerahkan sekitar 100 pesawat jet tempur dan 150 ribu tentara ke Yaman untuk perang melawan milisi Houthi. Pengerahan banyak pesawat jet tempur itu dilaporkan media Timur Tengah, Al Arabiya, Kamis (26/3/2015).
Selain Saudi berbagai negara Teluk serta Mesir ikut ambil bagian dalam agresi militer di Yaman. Laporan itu juga menyebut, bahwa sejumlah pemimpin kelompok Houthi sudah tewas dalam agresi militer.
Mereka yang disebut telah tewas antara lain, para pemimpin Houthi; Abdulkhaliq al-Houthi, Yousuf al-Madani, Yousuf al-Fishi. Sedangkan Ketua Komite Revolusioner untuk Houthi, Mohammed Ali al-Houthi, terluka.
Dari sejumlah negara Teluk yang mengeroyok kelompok Houthi di Yaman, hanya Oman yang tidak terlibat. Kelompok Houthi yang jadi musuh Presiden Yaman, Mansour Hadi adalah sekutu utama Iran. Pihak Teheran sendiri sampai saat ini belum bereaksi meski negara-negara Teluk mengeroyok sekutunya.
Dalam pernyataan bersama, negara-negara Teluk itu secara resmi mengkonfirmasi agresi militer mereka ke Sanaa, Yaman. ”Memutuskan untuk mengusir milisi Houthi, al-Qaeda dan ISIS (Islamic of State Iraq and Syria) di negara ini,” bunyi pernyataan mereka.
Selain Saudi, Uni Emirat Arab (UEA) berkontribusi dengan mengerahkan 30 pesawat jet tempur, Bahrain mengirim 15 pesawat tempur, Kuwait 15 pesawat tempur, Qatar 10 pesawat tempur dan Yordania mengirim enam pesawat tempur.
Pada hari ini, Mesir, Pakistan, Yordania dan Sudan juga menyatakan kesiapan mereka untuk berpartisipasi dalam operasi militer di Yaman. Kelompok oposisi Suriah yang didukung Barat ikut mendukung agresi militer Saudi di Yaman.
Sementara itu, Gedung Putih menyatakan, bahwa Washington berkoordinasi erat dengan Arab Saudi dan sekutu regional dalam agresi militer itu. AS yang tidak ikut dalam agresi tetap memasok data intelijen dan dukungan logistik.Dibombardir Jet Saudi, Para Pemimpin Houthi Yaman Tewas Demo pecah di Yaman setelah Saudi meluncurkan agresi militer yang menewaskan para pemimpin Houthi. [Reuters]
Bombardir pesawat-pesawat jet tempur Arab Saudi dan negara-negara Teluk di Yaman telah menewaskan para pemimpin kelompok Houthi musuh Presiden Yaman, Mansour Hadi. Selain negara-negara Teluk, Mesir dan Pakistan ikut ambil bagian dalam agresi ini.
Bantuan agresi militer untuk memerangi kelompok Houthi membuat Presiden Yaman, Abd-Rabbu Mansour Hadi senang. Presiden Hadi terpaksa bersembunyi di Aden karena Istana Presiden Yaman di Sanaa diserbu milisi Houthi pada pekan lalu. Presiden Hadi kini senang ada bantuan negara-negara Teluk.
Ajudan Presiden Hadi, Mohammed Marem, pada Kamis (26/3/2015) mengatakan, bahwa Presiden Hadi berterima kasih kepada negara-negara Teluk. ”Operasi (militer negara-negara Teluk) ini telah memulihkan tekad rakyat untuk melawan Houthi,” kata Marem kepada Reuters.
”Presiden dalam semangat yang tinggi dan berterima kasih kepada negara-negara Teluk, Mesir, Yordania dan Sudan dan semua negara di kawasan itu,” katanya lagi.AS Dukung Agresi Militer Saudi di Yaman Amerika Serikat mendukung agresi militer Saudi dan negara-negara Teluk di Yaman. [Reuters]
Amerika Serikat (AS) tidak terlibat langsung dalam agresi militer Arab Saudi dan negara-negara Teluk di Yaman untuk melawan kelompok Houthi. Namun, AS mendukung agresi itu dengan memberi bantuan logistik dan data intelijen.
Dukungan AS itu disampaikan pihak Gedung Putih. ”Presiden Obama telah resmi menyediakan dukungan logistik dan data intelijen untuk operasi militer yang dipimpin negara-negara Teluk,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, Bernadette Meehan, dalam sebuah pernyataan.
Washington mengutuk kelompok Houthi yang merupakan sekutu Iran yang memusuhi Presiden Yaman, Abd Rabbu Mansour Hadi. AS mengaku menjalin hubungan erat dengan Arab Saudi dalam penanganan krisis Yaman.
”Kami sangat mendesak kelompok Houthi untuk segera menghentikan aksi destabilisasi militer mereka dan kembali ke perundingan sebagai bagian dari dialog politik,” imbuh Meehan, seperti dikutip AFP, Kamis (26/3/2015). ”Masyarakat internasional telah berbicara dengan jelas melalui Dewan Keamanan PBB dan forum lain bahwa pengambilalihan Yaman melalui cara kekerasan oleh faksi bersenjata tidak dapat diterima.”
Dua senator senior AS dari Partai Republik, John McCain dan Lindsey Graham, juga mendukung serangan militer Saudi di Yaman. Namun, dua senator itu mengkritik kurangnya kepemimpinan AS dalam penanganan krisis Yaman.
”Kami memahami mengapa Saudi dan mitra Arab lainnya merasa harus mengambil tindakan. Prospek kelompok radikal seperti al-Qaeda, serta militan yang didukung Iran, menemukan tempat aman di perbatasan,” ujar para sentor AS itu dalam sebuah pernyataan.(mas)
Arab Saudi melancarkan operasi militer ke Yaman untuk memerangi milisi Syiah Houthi yang mengancam pemerintahan di sana, kata duta besar Arab Saudi untuk Amerika Serikat seperti dikutip AFP.
"Operasi militer ini untuk mempertahankan pemerintah yang sah," kata Duta Besar Adel al-Jubeir kepada wartawan di Washington.
Sementara itu dari Riyadh dilaporkan bahwa lima negara kawasan Teluk menyatakan akan melindungi Presiden Yaman Abedrabbo Mansour Hadi dari pemberontak Syiah Houthi yang semakin mendekati kota Aden di mana sang presiden mengungsi setelah kabur dari ibu kota Sanaa.
Arab Saudi, Qatar, Kuwait, Bahrain dan Uni Emirat Arab mengatakan mereka "telah memutuskan untuk menjawab permintaan Presiden Hadi guna melindungi Yaman dan rakyatnya dari agresi milisi (Syiah) Houthi".Perang Dimulai, Saudi dan 9 Negara Bombardir Yaman Arab Saudi dan sembilan negara Teluk mulai meluncurkan perang di Yaman. [Russia Today/Twitter.]
Perang untuk menggempur kelompok pemberontak Houthi di Yaman sudah dimulai. Arab Saudi dan sembilan negara lainnya mulai membombardir Sanaa, Ibu Kota Yaman.
Sejumlah pesawat jet tempur Saudi dan sembilan negara lainnya telah meluncurkan serangan udara. Demikian keterangan dari Duta Besar Arab Saudi untuk Amerika Serikat (AS), Adel bin Ahmed Al-Jubeir, Kamis (26/3/2015).
Menurut Jubeir, serangan militer di Yaman sudah dimulai semalam pukul 19.00 waktu Yaman. AS, kata dia, tidak ikut dalam operasi militer ini.
Laman Al Arabiya melaporkan bahwa pesawat jet tempur Air Force One milik Arab Saudi telah membom basis militan Houthi di Yaman. Pertahanan udara kelompok Houthi jadi target. Pasukan Saudi bahkan telah membombardir kantor milik pemberontak Houthi di Jiraf, Sanaa. Banyak korban dilaporkan sudah berjatuhan.
Sejumlah pesawat jet tempur Saudi dan sejumlah negara, menurut laporan Reuters, juga membombardir Bandara Ibukota Yaman. Sementara itu, kelompok Houthi membalas pemboman dengan meluncurkan tembakan rudal anti-pesawat.
Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, Qatar, dan Kuwait telah mengeluarkan pernyataan bersama terkait agresi di Yaman. ”Memutuskan untuk mengusir milisi Houthi, al-Qaeda dan ISIS (Islamic of State Iraq and Syria) di negeri ini,” bunyi pernyataan negara-negara Teluk itu.
Jubeir menambahkan koalisi 10 negara yang melakukan agresi militer di Yaman, bertujuan untuk melindungi dan membela pemerintah yang sah pimpinan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi. Presiden Hadi sendiri sudah melarikan diri dari Sanaa dan kini bersembunyi di Yaman setelah istana presiden di Sanaa diserbu milisi Houthi.Agresi Militer Saudi Buat Perang di Yaman Melebar [Wikimedia]
Seorang pemimpin senior kelompok Houthi di Yaman, Mohammed al-Bukhaiti, mengatakan, agresi militer Arab Saudi dan sembilan negara Teluk lainnya di Ibu Kota Sanaa, Yaman, membuat perang di negara itu melebar.
Meski dikeroyok 10 negara Teluk, kata Bukhaiti, kelompok Houthi tidak gentar. ”Ada agresi yang berlangsung di Yaman, dan kami akan menghadapinya dengan gagah berani,” kata Bukhaiti, yang merupkan anggota dari politburo Houthi.
Komentar pemimpin Houthi itu muncul dalam wawancaranya dengan stasiun televisi Al Jazeera yang berbasis di Doha, Kamis (26/3/2015). ”Operasi militer akan menyeret wilayah (Yaman) tersebut ke perang lebar!,” kata Bukhaiti.
Sebelumnya, Arab Saudi mengkonfirmasi telah meluncurkan agresi militer bersama sembilan negara Teluk lainnya di Sanaa, Yaman. Mereka berdalih, agres militer itu untuk mengusir kelompok pemberontak Houthi dan menyelamatkan presiden Yaman yang sah, Abd-Rabbu Mansour Hadi.
Duta Besar Arab Saudi untuk Amerika Serikat (AS), Adel bin Ahmed Al-Jubeir, mengatakan, serangan udara Saudi menggunakan pesawat jet tempur Air Force One. Seranga militer dimulai sejak semalam pukul 19.00 waktu Yaman.
Presiden Hadi sendiri sampai saat ini bersembunyi di Aden, setelah Istana Presiden di Sanaa diserbu milisi Houthi pada pekan lalu. Presiden Hadi sebelumnya meminta PBB untuk ikut campur karena negaranya sudah di ambang perang saudara.Agresi Saudi di Yaman Atas Perintah Raja Salman Agresi militer Arab Saudi di Yaman atas perintah Raja Salman bin Abdulaziz. [SPA]
Agresi militer Arab Saudi di Sanaa, Yaman, atas perintah Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz. Hal itu diungkap sejumlah sumber di pemerintahan Saudi seperti dilaporkan Al Arabiya, Kamis (26/3/2015).
Menurut laporan media Timur Tengah itu, Raja Salman telah memberikan perintahnya pada siang hari. Beberapa jam kemudian, pesawat-pesawat jet tempur Air Force One beraksi menggempur basis kelompok pemberontak Houthi di Sanaa, Yaman.
”Air Force One melakukan beberapa serangan udara terhadap basis kelompok Houthi di Yaman, menghancurkan sebagian besar kawasan pangkalan udara yang digunakan oleh milisi di Sanaa itu dan sebagian besar pertahanan udara mereka,” tulis media Timur Tengah itu mengutip sumber di pemerintahan Saudi.
Duta Besar Arab Saudi untuk Amerika Serikat (AS), Adel al-Jubeir, kepada wartawan membenarkan bahwa pihak Kerajaan Arab Saudi telah melancarkan operasi militer berupak serangan udara di Yaman untuk melawan militan Houthi.
Kelompok Houthi sendiri dilaporkan sudah mendekati wilayah Aden, di mana Presiden Yaman, Mansour Hadi bersembunyi setelah Istana Presiden di Sanaa diserbu kelompok Houthi pada pekan lalu.
Menurut Jubeir, selain Saudi, sembilan negara Teluk lainnya ikut melakukan agresi di Yaman untuk menyelamatkan pemerintahan Yaman yang sah di bawah kepemimpinan Presiden Hadi. ”Kami akan melakukan apa pun untuk melindungi pemerintah yang sah dari kejatuhan Yaman,” katanya.
Menteri Pertahanan Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman telah memperingatkan Ahmed Ali Abdullah Saleh, putra mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh, terkait potensi perang di Aden.
Menteri Luar Negeri Yaman, Riad Yassine, mengatakan, bahwa operasi militer akan berlanjut sampai Houthi bersedia duduk dalam pembicaraan damai. Sementara itu, demonstrasi dilaporkan pecah di Hadramout dan Aden setelah Saudi meluncurkan agresi militer terhadap basis-basis kelompok Houthi.Presiden Yaman: Terima Kasih Negara-negara Teluk Presiden Yaman, Mansour Hadi berterima kasih kepada negara-negara Teluk yang melakukan agresi di Yaman untuk memerangi milisi Houthi. [Al Arabiya/AP]
Presiden Yaman, Abd-Rabbu Mansour Hadi, bersemangat lagi setelah sepuluh negara Teluk melakukan agresi militer di Sanaa, Yaman, untuk memerangi kelompok Houthi musuh pemerintah sah Yaman. Presiden Hadi menyampaikan terima kasih kepada negara-negara Teluk itu.
Pernyataan Presiden Hadi itu disampaikan ajudan Presiden Yaman, Mohammed Marem, Kamis (26/3/2015). Presiden Hadi sendiri masih bersembunyi di Aden, setelah Istana Presiden di Sanaa diserbu kelompok Houthi pada pekan lalu.
”Operasi (militer negara-negara Teluk) ini telah memulihkan tekad rakyat untuk melawan Houthi,” kata Marem kepada Reuters. ”Presiden dalam semangat yang tinggi dan berterima kasih kepada negara-negara Teluk, Mesir, Yordania dan Sudan dan semua negara di kawasan itu,” katanya lagi.
Arab Saudi resmi meluncurkan agresi militer di Yaman hari ini. Agresi itu, bahkan atas perintah Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz. Perintah Raja Salman itu diungkap sumber di pemerintahan Saudi yang dilansir Al Arabiya.
Duta Besar Arab Saudi untuk Amerika Serikat (AS), Adel al-Jubeir, kepada wartawan membenarkan bahwa pihak Kerajaan Arab Saudi telah melancarkan operasi militer berupak serangan udara di Yaman untuk melawan militan Houthi.
Menurut Jubeir, selain Saudi, sembilan negara Teluk lainnya ikut melakukan agresi di Yaman untuk menyelamatkan pemerintahan Yaman yang sah di bawah kepemimpinan Presiden Hadi. ”Kami akan melakukan apa pun untuk melindungi pemerintah yang sah dari kejatuhan Yaman,” katanya.Perang Yaman dan Perseteruan Sengit Saudi-Iran Perang di Yaman diyakini tak bisa lepas dari rivalitas sengit antara Arab Saudi dan Iran.
Perang di Yaman antara kelompok Houthi dan pasukan pemerintah Yaman tak bisa lepas dari peta politik perseteruan sengit antara Arab Saudi dan Iran. Rivalitas sektarian antara kaum Sunni dan Syiah dalam perebutan kekuasan di Yaman juga mulai tampak.
Hari ini (26/3/2015), Saudi dan sembilan negara Teluk resmi meluncurkan agresi militer di Sanaa, Yaman. Mereka berdalih, agresi itu untuk memerangi kelompok Houthi dan menyelamatkan pemerintah sah Yaman di bawah kepemimpinan Presiden Mansour Hadi.
Kelompok Houthi yang didominasi kaum Syiah dikenal sebagai sekutu utama Iran. Pemerintah Iran sendiri belum bereaksi setelah sekutunya di Yaman dikeroyok 10 negara Teluk.
Para analis melihat rivalitas Saudi dan Iran ikut mewarnai perang di Yaman. Iran yang hampir mencapai kesepakatan nuklir dengan enam negara kekuatan dunia sudah membuat Saudi resah.
”Ini tidak biasa bahwa Saudi mengambil langkah militer. Pada saat ini, saya tidak berpikir harga minyak sangat mungkin akan melejit hanya karena ini. Namun hal ini menjadi seperti perang proxy antara Sunni dan Syiah sehingga merupakan sumber keprihatinan,” kata Norihiro Fujito, analis investasi senior di Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities, seperti dikutip Reuters, Kamis (26/3/2015).
“Sekarang, reaksi Iran akan menjadi fokus. Saya hanya berharap Iran tidak akan bereaksi berlebihan terhadap hal ini. Jika perang proxy ini menjadi perang nyata, seluruh Timur Tengah akan dilalap perang, meskipun saya berpikir itu tidak mungkin terjadi,” lanjut Fujito.
Jang JI-hyang, Direktur Middle East and North Africa Center di Asan Institute For Policy Studies yang berbasis di Seoul, juga sependapat bahwa perang di Yaman tak bisa lepas dari ketegangan Saudi dan Iran.
”Kenapa sekarang? Arab Saudi tidak puas dengan pembicaraan nuklir antara Iran dan Amerika Serikat yang tampaknya menghasilkan kemajuan,” ujarnya.
“Namun Iran tidak mungkin untuk menanggapi Saudi dalam operasi (militer) di Yaman, karena mereka tidak ingin menjadi pengacau dengan terlibat dalam konflik, sementara kesepakatan nuklir masih tertunda,” imbuh Ji-hyang.Saudi Kerahkan 100 Jet Tempur dan 150 Ribu Tentara ke Yaman Arab Saudi mengerahkan 100 jet tempur dan 150 ribu tentara dalam agresi ke Yaman. [Reuters]
Arab Saudi telah mengerahkan sekitar 100 pesawat jet tempur dan 150 ribu tentara ke Yaman untuk perang melawan milisi Houthi. Pengerahan banyak pesawat jet tempur itu dilaporkan media Timur Tengah, Al Arabiya, Kamis (26/3/2015).
Selain Saudi berbagai negara Teluk serta Mesir ikut ambil bagian dalam agresi militer di Yaman. Laporan itu juga menyebut, bahwa sejumlah pemimpin kelompok Houthi sudah tewas dalam agresi militer.
Mereka yang disebut telah tewas antara lain, para pemimpin Houthi; Abdulkhaliq al-Houthi, Yousuf al-Madani, Yousuf al-Fishi. Sedangkan Ketua Komite Revolusioner untuk Houthi, Mohammed Ali al-Houthi, terluka.
Dari sejumlah negara Teluk yang mengeroyok kelompok Houthi di Yaman, hanya Oman yang tidak terlibat. Kelompok Houthi yang jadi musuh Presiden Yaman, Mansour Hadi adalah sekutu utama Iran. Pihak Teheran sendiri sampai saat ini belum bereaksi meski negara-negara Teluk mengeroyok sekutunya.
Dalam pernyataan bersama, negara-negara Teluk itu secara resmi mengkonfirmasi agresi militer mereka ke Sanaa, Yaman. ”Memutuskan untuk mengusir milisi Houthi, al-Qaeda dan ISIS (Islamic of State Iraq and Syria) di negara ini,” bunyi pernyataan mereka.
Selain Saudi, Uni Emirat Arab (UEA) berkontribusi dengan mengerahkan 30 pesawat jet tempur, Bahrain mengirim 15 pesawat tempur, Kuwait 15 pesawat tempur, Qatar 10 pesawat tempur dan Yordania mengirim enam pesawat tempur.
Pada hari ini, Mesir, Pakistan, Yordania dan Sudan juga menyatakan kesiapan mereka untuk berpartisipasi dalam operasi militer di Yaman. Kelompok oposisi Suriah yang didukung Barat ikut mendukung agresi militer Saudi di Yaman.
Sementara itu, Gedung Putih menyatakan, bahwa Washington berkoordinasi erat dengan Arab Saudi dan sekutu regional dalam agresi militer itu. AS yang tidak ikut dalam agresi tetap memasok data intelijen dan dukungan logistik.Dibombardir Jet Saudi, Para Pemimpin Houthi Yaman Tewas Demo pecah di Yaman setelah Saudi meluncurkan agresi militer yang menewaskan para pemimpin Houthi. [Reuters]
Bombardir pesawat-pesawat jet tempur Arab Saudi dan negara-negara Teluk di Yaman telah menewaskan para pemimpin kelompok Houthi musuh Presiden Yaman, Mansour Hadi. Selain negara-negara Teluk, Mesir dan Pakistan ikut ambil bagian dalam agresi ini.
Bantuan agresi militer untuk memerangi kelompok Houthi membuat Presiden Yaman, Abd-Rabbu Mansour Hadi senang. Presiden Hadi terpaksa bersembunyi di Aden karena Istana Presiden Yaman di Sanaa diserbu milisi Houthi pada pekan lalu. Presiden Hadi kini senang ada bantuan negara-negara Teluk.
Ajudan Presiden Hadi, Mohammed Marem, pada Kamis (26/3/2015) mengatakan, bahwa Presiden Hadi berterima kasih kepada negara-negara Teluk. ”Operasi (militer negara-negara Teluk) ini telah memulihkan tekad rakyat untuk melawan Houthi,” kata Marem kepada Reuters.
”Presiden dalam semangat yang tinggi dan berterima kasih kepada negara-negara Teluk, Mesir, Yordania dan Sudan dan semua negara di kawasan itu,” katanya lagi.AS Dukung Agresi Militer Saudi di Yaman Amerika Serikat mendukung agresi militer Saudi dan negara-negara Teluk di Yaman. [Reuters]
Amerika Serikat (AS) tidak terlibat langsung dalam agresi militer Arab Saudi dan negara-negara Teluk di Yaman untuk melawan kelompok Houthi. Namun, AS mendukung agresi itu dengan memberi bantuan logistik dan data intelijen.
Dukungan AS itu disampaikan pihak Gedung Putih. ”Presiden Obama telah resmi menyediakan dukungan logistik dan data intelijen untuk operasi militer yang dipimpin negara-negara Teluk,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, Bernadette Meehan, dalam sebuah pernyataan.
Washington mengutuk kelompok Houthi yang merupakan sekutu Iran yang memusuhi Presiden Yaman, Abd Rabbu Mansour Hadi. AS mengaku menjalin hubungan erat dengan Arab Saudi dalam penanganan krisis Yaman.
”Kami sangat mendesak kelompok Houthi untuk segera menghentikan aksi destabilisasi militer mereka dan kembali ke perundingan sebagai bagian dari dialog politik,” imbuh Meehan, seperti dikutip AFP, Kamis (26/3/2015). ”Masyarakat internasional telah berbicara dengan jelas melalui Dewan Keamanan PBB dan forum lain bahwa pengambilalihan Yaman melalui cara kekerasan oleh faksi bersenjata tidak dapat diterima.”
Dua senator senior AS dari Partai Republik, John McCain dan Lindsey Graham, juga mendukung serangan militer Saudi di Yaman. Namun, dua senator itu mengkritik kurangnya kepemimpinan AS dalam penanganan krisis Yaman.
”Kami memahami mengapa Saudi dan mitra Arab lainnya merasa harus mengambil tindakan. Prospek kelompok radikal seperti al-Qaeda, serta militan yang didukung Iran, menemukan tempat aman di perbatasan,” ujar para sentor AS itu dalam sebuah pernyataan.(mas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.