Diam-diam Amerika Serikat telah melantik satu divisi komando pasukan khusus terbaru. Pembentukan divisi ini sudah dilakukan sejak 30 September 2014 lalu. Komando Pasukan Khusus Pertama ini berbasis di Fort Bragg, North Carolina. Unit tingkat divisi tersebut menyatukan lebih dari 15.000 Baret Hijau dan pasukan khusus lainnya dalam organisasi sendiri.
Sebelumnya, Komando Operasi Khusus Angkatan Darat telah langsung mengkontrol semua pasukan ini ditambah orang lain di berbagai misi. Ide di balik divis baru ini untuk merakit kekuatan khusus yang dirancang untuk menangani apa yang oleh Pentagon disebut sebagai “perang hybrid.”
Secara sederhana, perang hybrid merupakan perpaduan antara perang model tempur tradisional dengan infanteri, tank dan artileri, dan memecah dari dalam dengan pemberontakan. Mungkin praktisi terbesar dalam perang hybrid ini adalah Rusia.
Lihat saja apa yang terjadi di Ukraina, di mana Rusia sering dituduh terlibat dengan mendukung pemberontak. Bukan hanya peralatan bahkan personel tentara Rusia diturunkan dengan menyamar sebagai pemberontak.
Tugas lain dari Pasukan Khusus Pertama yang dibentuk ini adalah untuk membantu tempur Angkatan Darat dalam kontra perang hybrid -dengan mengirimkan penasihat Baret Hijau untuk melatih, memberi saran dan memimpin pasukan pribumi di negara-negara yang sedang perang. “Ini berdasarkan pendekatan perang hybrid Rusia, serta kebutuhan untuk mitra lain seperti Libya, Suriah dan Irak, di mana kami ingin membantu menstabilkan kekacauan,” kata Kapten Angkatan Laut Robert Newson, seorang juru bicara di Dewan Hubungan Luar Negeri menanggapi pasukan khusus baru ini.
“Reorganisasi ini telah dalam perencanaan sekitar setahun,” jelas Markas Pasukan Khusus Angkatan Darat. “[Pasukan] tidak akan sepenuhnya mampu sampai Juli 2015.”
Pelatihan tentu saja tidak hanya dalam kemampuan tempur. Tetapi juga perang non konvensional yang telah lama menjadi misi utama untuk Pasukan Khusus. Seperti diketahui setelah serangan 9/11, Pentagon mengerahkan Pasukan Khusus dan Army Rangers, Navy SEAL dan Operasi Khusus Angkatan lainnya di seluruh dunia untuk memburu sejumlah tersangka teroris. Mereka sebagian besar mengambil “tindakan langsung” tanpa bekerjasama dengan tentara lokal.
Tapi dari tahun 1940-an sampai 1990-an, Pasukan Khusus kebanyakan mempraktikan perang konvensional. Sementara perang non konvensional justru akan menjadi fokus pasukan khusus baru ini.
”Dengan cara itu, markas baru membawa Pasukan Khusus kembali ke akar-akarnya,” kata Newson, petugas SEAL yang bertugas di Afghanistan, Irak dan Yaman.
Metode perang tidak langsung (non konvensional) ini dinilai sangat ideal dalam situasi di mana kehadiran Amerika bisa terlalu mahal atau menjadi kontra-produktif,” jelas Newson.
1st Special Operations Command akan mempertemukan semua unit yang terbaik pada misi yang tidak konvensional, termasuk Baret Hijau, ahli perang psikologis, spesialis urusan sipil dan personil logistik.
Markas Divisi- tidak akan mencakup pesawat dan helikopter seperti Special Operation Aviation Resimen 160 atau infanteri elit Ranger Resimen ke-75. Unit-unit ini akan bergabung ketika ada tindakan langsung.
Angkatan Darat menginginkan pasukan khusus ini dapat dengan cepat menjadi pasukan Baret Hijau untuk menangani krisis tertentu. Sementara sebelum pasukan dari Baret Hijau benar-benar siap, divisi ini akan diisi oleh pesonel terbaik dari komando pasukan khusus dari Angkatan Laut, Marinir dan Angkatan Udara. Dan rencana selanjutnya pasukan khusus ini nanti akan ada tujuh grup pasukan khusus.
Elemen-elemen akan mengingatkan pada “Jedburghs” ketika Perang Dunia II. Jedburghs adalah lengan paramiliter dari organisasi intelijen Sekutu seperti Kantor Pelayanan -Strategis dari Central Intelligence Agency. Komando Jedburgh menyelinap ke Axis- diduduki Eropa dan Asia untuk bekerja dengan kelompok-kelompok perlawanan dan mengalahkan pasukan pendudukan. [War is Boring]
Sebelumnya, Komando Operasi Khusus Angkatan Darat telah langsung mengkontrol semua pasukan ini ditambah orang lain di berbagai misi. Ide di balik divis baru ini untuk merakit kekuatan khusus yang dirancang untuk menangani apa yang oleh Pentagon disebut sebagai “perang hybrid.”
Secara sederhana, perang hybrid merupakan perpaduan antara perang model tempur tradisional dengan infanteri, tank dan artileri, dan memecah dari dalam dengan pemberontakan. Mungkin praktisi terbesar dalam perang hybrid ini adalah Rusia.
Lihat saja apa yang terjadi di Ukraina, di mana Rusia sering dituduh terlibat dengan mendukung pemberontak. Bukan hanya peralatan bahkan personel tentara Rusia diturunkan dengan menyamar sebagai pemberontak.
Tugas lain dari Pasukan Khusus Pertama yang dibentuk ini adalah untuk membantu tempur Angkatan Darat dalam kontra perang hybrid -dengan mengirimkan penasihat Baret Hijau untuk melatih, memberi saran dan memimpin pasukan pribumi di negara-negara yang sedang perang. “Ini berdasarkan pendekatan perang hybrid Rusia, serta kebutuhan untuk mitra lain seperti Libya, Suriah dan Irak, di mana kami ingin membantu menstabilkan kekacauan,” kata Kapten Angkatan Laut Robert Newson, seorang juru bicara di Dewan Hubungan Luar Negeri menanggapi pasukan khusus baru ini.
“Reorganisasi ini telah dalam perencanaan sekitar setahun,” jelas Markas Pasukan Khusus Angkatan Darat. “[Pasukan] tidak akan sepenuhnya mampu sampai Juli 2015.”
Pelatihan tentu saja tidak hanya dalam kemampuan tempur. Tetapi juga perang non konvensional yang telah lama menjadi misi utama untuk Pasukan Khusus. Seperti diketahui setelah serangan 9/11, Pentagon mengerahkan Pasukan Khusus dan Army Rangers, Navy SEAL dan Operasi Khusus Angkatan lainnya di seluruh dunia untuk memburu sejumlah tersangka teroris. Mereka sebagian besar mengambil “tindakan langsung” tanpa bekerjasama dengan tentara lokal.
Tapi dari tahun 1940-an sampai 1990-an, Pasukan Khusus kebanyakan mempraktikan perang konvensional. Sementara perang non konvensional justru akan menjadi fokus pasukan khusus baru ini.
”Dengan cara itu, markas baru membawa Pasukan Khusus kembali ke akar-akarnya,” kata Newson, petugas SEAL yang bertugas di Afghanistan, Irak dan Yaman.
Metode perang tidak langsung (non konvensional) ini dinilai sangat ideal dalam situasi di mana kehadiran Amerika bisa terlalu mahal atau menjadi kontra-produktif,” jelas Newson.
1st Special Operations Command akan mempertemukan semua unit yang terbaik pada misi yang tidak konvensional, termasuk Baret Hijau, ahli perang psikologis, spesialis urusan sipil dan personil logistik.
Markas Divisi- tidak akan mencakup pesawat dan helikopter seperti Special Operation Aviation Resimen 160 atau infanteri elit Ranger Resimen ke-75. Unit-unit ini akan bergabung ketika ada tindakan langsung.
Angkatan Darat menginginkan pasukan khusus ini dapat dengan cepat menjadi pasukan Baret Hijau untuk menangani krisis tertentu. Sementara sebelum pasukan dari Baret Hijau benar-benar siap, divisi ini akan diisi oleh pesonel terbaik dari komando pasukan khusus dari Angkatan Laut, Marinir dan Angkatan Udara. Dan rencana selanjutnya pasukan khusus ini nanti akan ada tujuh grup pasukan khusus.
Elemen-elemen akan mengingatkan pada “Jedburghs” ketika Perang Dunia II. Jedburghs adalah lengan paramiliter dari organisasi intelijen Sekutu seperti Kantor Pelayanan -Strategis dari Central Intelligence Agency. Komando Jedburgh menyelinap ke Axis- diduduki Eropa dan Asia untuk bekerja dengan kelompok-kelompok perlawanan dan mengalahkan pasukan pendudukan. [War is Boring]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.