Pada tanggal 1 Mei 1960, sebuah pesawat mata-mata U-2 Amerika ditembak jatuh di Uni Soviet tepatnya di dekat kota Sverdlovsk. Episode ini dikenang sebagai insiden udara yang paling terkenal dalam Perang Dingin karena menjadi perdebatan panjang di seluruh dunia dan benar-benar membuat Amerika Serikat yang kala itu berada di bawah kepemimpinan Presiden Eisenhower menanggung malu besar.
Washington awalnya membantah kejadian tersebut. Namun terpaksa mengakui ketika Soviet memamerkan reruntuhan pesawat dan pilot Francis Gary Powers maka mereka pun akhirnya mengakui dan bertanggungjawab terhadap misi yang mereka lakukan.
U-2 adalah sebuah pesawat pengintai mesin tunggal terutama digunakan selama Perang Dingin yang mampu melakukan tugasnya pada malam hari dengan ketinggian hingga 70.000 kaki. Kemampuan ini menjadikan pesawat itu diyakini bisa menjalankan misi mata-mata dengan terhindar dari serangan jet tempur ataupun rudal. Namun faktanya pesawat bisa dicapai dengan SAM (Surface to Air Missiles) milik pasukan altileri Soviet.
Insiden itu berawal dari tahun 50-an ada persetujuan Pemerintah Pakistan dan Presiden AS D. Eisenhower untuk mendirikan fasilitas intelijen rahasia di Badaber (Peshawar Airbase). Pangkalan ini dilengkapi dengan landasan pacu yang memungkinkan U-2 lepas landas dan mendarat.
Pada 1 Mei 1960, 15 hari sebelum pembukaan konferensi KTT East-West di Paris pilot Francis Gary Powers meninggalkan pangkalan AS di Badaber dengan ”Dragon Lady” berkode 360 untuk misi atas di Uni Soviet guna memotret ICBM (Inter Continental Ballistic Missiles) situs di sekitar Sverdlovsk dan Plesetsk. Dijadwalkan pesawat ini akan mendarat di Bodo, Norwegia.
Penerbangan ini merupakan kelanjutan dari misi U-2 sebelumnya yang dipiloti oleh Bob Ericson. Beberapa minggu sebelumnya pesawat U-2 terbang di atas instalasi militer rahasia seperti Test Site Semipalatinsk. Dicurigai sebagai pengujian SAM, rudal Tyuratam dan pangkalan udara Dolon dengan pembom strategis Tu – 95.
Menurut beberapa sumber Rusia sesaat setelah U–2 terdeteksi, Letnan Jenderal Angkatan Udara Yevgeniy Savitskiy memerintahkan semua komandan satuan udara bertugas untuk menyerang pelanggar.
Beberapa jet tempur dilepaskan tetapi semua upaya untuk mencegat pesawat asing gagal. Akhirnya U–2 ditembak jatuh dengan tiga rudal udara S – 75 Divna. Pesawat jatuh tetapi pilot selamat.
Menurut sumber-sumber Soviet sangat menarik untuk mengetahui bagaimana pilot Gary Powers menyerah setelah keluar dari pesawat segera ditangkap oleh Rusia dan ditemukan dengan koin perak dimodifikasi yang berisi jarum saxitoxin.
Setelah acara tersebut, seluruh sistem pertahanan udara Soviet jelas dalam kode merah. Tetapi kurangnya koordinasi justru memunculkan malapetaka bagi Soviet. Pusat komando SAM tidak menyadari bahwa pesawat asing sebenarnya telah dijatuhkan sehingga tembakan terus dilakukan. Setidaknya 13 lebih rudal anti pesawat diluncurkan. Salah satunya justru menghantam sebuah MiG 19 milik Soviet dan menewaskan pilotnya, Sergei Safronov.
Episode itu memunculkan perdebatan di tingkat internasional dan disebut sebagai situasi paling panas selama perang dingin. Insiden itu menjadi terkenal karena masalah yang timbul berkaitan dengan batas-batas yang diijinkan oleh hukum internasional untuk penggunaan ketinggian penerbangan di wilayah udara asing. Pada saat kejadian AS dibatasi oleh Konvensi Chicago khususnya pasal 3 yang menyatakan bahwa : "Tidak boleh ada pesawat terbang di atas wilayah negara lain atau di atasnya tanah tanpa otorisasi oleh perjanjian khusus atau sebaliknya".
Jelas U-2 yang terlibat harus dianggap sebagai pesawat negara meskipun tidak memiliki kode militer tetapi dioperasikan oleh badan intelijen AS.
Perdebatan lain yang relevan terkait dengan ketinggian terbang U-2 tidak dari prinsip kedaulatan atas ruang udara. Dalam istilah lain, di mana titik pemisahan antara wilayah udara nasional dan luar angkasa berada ? (karena yang terakhir adalah dari kedaulatan Negara) Masalah ini muncul sejak U-2 terbang di sekitar 27.000 meter dan menurut banyak analis semua kegiatan penerbangan di ketinggian ini itu harus dianggap sebagai ruang operasi. Tidak ada kedaulatan di langit dengan ketinggian tersebut.
Lalu bagaimana nasib pilotnya? Gary Powers mengaku bersalah telah melakukan kegiatan spionase dan dijatuhi hukuman 3 tahun penjara dan 7 tahun kerja paksa. Satu tahun setelah dijatuhi hukuman pada bulan Februari 1962, ia ditukar Rudolf Abel.
Pesawat U-2 sendiri banyak yang telah pensiun dan dipamerkan di seluruh Amerika Serikat dan Britania Raya. Pada ”Museo de l’ Aire” di Havana (Kuba), juga dapat dilihat puing-puing U-2 yang ditembak saat Krisis Rudal Kuba pada tahun 1962.
Namun, banyak yang masih terbang setelah 55 tahun sejak penerbangan pertama di Area 51. Bahkan ketika Amerika memotong banyak anggaran militer serta majunya teknologi pesawat tanpa awak, U-2 masih dipertahankan.
Washington awalnya membantah kejadian tersebut. Namun terpaksa mengakui ketika Soviet memamerkan reruntuhan pesawat dan pilot Francis Gary Powers maka mereka pun akhirnya mengakui dan bertanggungjawab terhadap misi yang mereka lakukan.
U-2 adalah sebuah pesawat pengintai mesin tunggal terutama digunakan selama Perang Dingin yang mampu melakukan tugasnya pada malam hari dengan ketinggian hingga 70.000 kaki. Kemampuan ini menjadikan pesawat itu diyakini bisa menjalankan misi mata-mata dengan terhindar dari serangan jet tempur ataupun rudal. Namun faktanya pesawat bisa dicapai dengan SAM (Surface to Air Missiles) milik pasukan altileri Soviet.
Insiden itu berawal dari tahun 50-an ada persetujuan Pemerintah Pakistan dan Presiden AS D. Eisenhower untuk mendirikan fasilitas intelijen rahasia di Badaber (Peshawar Airbase). Pangkalan ini dilengkapi dengan landasan pacu yang memungkinkan U-2 lepas landas dan mendarat.
Pada 1 Mei 1960, 15 hari sebelum pembukaan konferensi KTT East-West di Paris pilot Francis Gary Powers meninggalkan pangkalan AS di Badaber dengan ”Dragon Lady” berkode 360 untuk misi atas di Uni Soviet guna memotret ICBM (Inter Continental Ballistic Missiles) situs di sekitar Sverdlovsk dan Plesetsk. Dijadwalkan pesawat ini akan mendarat di Bodo, Norwegia.
Penerbangan ini merupakan kelanjutan dari misi U-2 sebelumnya yang dipiloti oleh Bob Ericson. Beberapa minggu sebelumnya pesawat U-2 terbang di atas instalasi militer rahasia seperti Test Site Semipalatinsk. Dicurigai sebagai pengujian SAM, rudal Tyuratam dan pangkalan udara Dolon dengan pembom strategis Tu – 95.
Menurut beberapa sumber Rusia sesaat setelah U–2 terdeteksi, Letnan Jenderal Angkatan Udara Yevgeniy Savitskiy memerintahkan semua komandan satuan udara bertugas untuk menyerang pelanggar.
Beberapa jet tempur dilepaskan tetapi semua upaya untuk mencegat pesawat asing gagal. Akhirnya U–2 ditembak jatuh dengan tiga rudal udara S – 75 Divna. Pesawat jatuh tetapi pilot selamat.
Menurut sumber-sumber Soviet sangat menarik untuk mengetahui bagaimana pilot Gary Powers menyerah setelah keluar dari pesawat segera ditangkap oleh Rusia dan ditemukan dengan koin perak dimodifikasi yang berisi jarum saxitoxin.
Setelah acara tersebut, seluruh sistem pertahanan udara Soviet jelas dalam kode merah. Tetapi kurangnya koordinasi justru memunculkan malapetaka bagi Soviet. Pusat komando SAM tidak menyadari bahwa pesawat asing sebenarnya telah dijatuhkan sehingga tembakan terus dilakukan. Setidaknya 13 lebih rudal anti pesawat diluncurkan. Salah satunya justru menghantam sebuah MiG 19 milik Soviet dan menewaskan pilotnya, Sergei Safronov.
Episode itu memunculkan perdebatan di tingkat internasional dan disebut sebagai situasi paling panas selama perang dingin. Insiden itu menjadi terkenal karena masalah yang timbul berkaitan dengan batas-batas yang diijinkan oleh hukum internasional untuk penggunaan ketinggian penerbangan di wilayah udara asing. Pada saat kejadian AS dibatasi oleh Konvensi Chicago khususnya pasal 3 yang menyatakan bahwa : "Tidak boleh ada pesawat terbang di atas wilayah negara lain atau di atasnya tanah tanpa otorisasi oleh perjanjian khusus atau sebaliknya".
Jelas U-2 yang terlibat harus dianggap sebagai pesawat negara meskipun tidak memiliki kode militer tetapi dioperasikan oleh badan intelijen AS.
Perdebatan lain yang relevan terkait dengan ketinggian terbang U-2 tidak dari prinsip kedaulatan atas ruang udara. Dalam istilah lain, di mana titik pemisahan antara wilayah udara nasional dan luar angkasa berada ? (karena yang terakhir adalah dari kedaulatan Negara) Masalah ini muncul sejak U-2 terbang di sekitar 27.000 meter dan menurut banyak analis semua kegiatan penerbangan di ketinggian ini itu harus dianggap sebagai ruang operasi. Tidak ada kedaulatan di langit dengan ketinggian tersebut.
Lalu bagaimana nasib pilotnya? Gary Powers mengaku bersalah telah melakukan kegiatan spionase dan dijatuhi hukuman 3 tahun penjara dan 7 tahun kerja paksa. Satu tahun setelah dijatuhi hukuman pada bulan Februari 1962, ia ditukar Rudolf Abel.
Pesawat U-2 sendiri banyak yang telah pensiun dan dipamerkan di seluruh Amerika Serikat dan Britania Raya. Pada ”Museo de l’ Aire” di Havana (Kuba), juga dapat dilihat puing-puing U-2 yang ditembak saat Krisis Rudal Kuba pada tahun 1962.
Namun, banyak yang masih terbang setelah 55 tahun sejak penerbangan pertama di Area 51. Bahkan ketika Amerika memotong banyak anggaran militer serta majunya teknologi pesawat tanpa awak, U-2 masih dipertahankan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.