Ilustrasi Kopaska. Prajurit Kopaska saat latihan peperangan hutan dengan menggunakan perlengkapan buatan dalam negeri SENOPATI (Sistem Integrasi Operasi Tempur Individu) [anas nurhafidz] ★
Tentara Nasional Indonesia, bukanlah tentara biasa seandainya kecukupan alutsista terpenuhi baik secara kualitas maupun kuantitas. Maksud kulo begini, jika pemenuhan alutsista yang berteknologi terkini dapat dimiliki baik secara mutu dan jumlah lalu ditambah dengan kemampuan spartan yang dimiliki prajurit TNI maka layaklah disebut pengawal republik kita bukan tentara biasa.
Untuk urusan spartan, tentara bumi nusantara yang tropis ini dikenal sebagai tentara dengan kemampuan gelut dan survival yang disegani. Karena menu latihan yang dimakan sehari-hari adalah menu yang hampir melewati batas ambang ketahanan fisik dan psikologi. Dalam serial latihan survival antar marinir Indonesia dan Amerika Serikat yang diadakan setiap tahun di hutan Jawa Timur, marinir AS mengaku kalah dengan marinir RI dalam uji ketahanan hidup di hutan raya.
Serial latihan ketangkasan menembak baik tingkat ASEAN maupun ajang internasional lainnya tradisi juara selalu dipegang TNI. Terakhir di ajang lomba AASAM di Victoria Australia kontingen TNI menyapu lebih separuh medali emas yang disediakan untuk 14 kontingen lain termasuk AS, Inggris dan tuan rumah. Kemudian di arena pasukan perdamaian dunia baik di Libanon, Sudan nama baik tentara republik diukir jelas dengan berbagai prestasi personal dan kesatuan.
TNI telah memenuhi kesempurnaannya sebagai tentara spartan, militan, patriotik, dan penuh semangat karena kurikulum latihannya seperti itu. Jadi dampak dari semua jenis latihan yang dilakukan itu pada dasarnya ingin menjelaskan bahwa tentara kita selalu bersemangat dalam setiap penugasan baik untuk operasi militer perang dan operasi militer selain perang. Kita bisa saksikan pada operasi militer selain perang evakuasi korban Air Asia beberapa waktu lalu, spartan banget. Lalu operasi militer selain perang berupa operasi serbu teritorial membantu petani tanam padi, merupakan gambaran semangat yang tiada henti.
Kesempurnaan spartan itu akan semakin kelihatan nilai gaharnya manakala tentara dilengkapi dengan kekuatan alutsista yang modern, berkualitas dan mencukupi. Nah dalam kurun enam tahun terakhir ini mata hati pemerintah mulai sadar diri untuk segera melakukan modernisasi persenjataan TNI segala matra. Maka dengan rencana strategis bernama MEF dimulailah gebrakan untuk memperbaharui alutsista TNI. Proyek alutsista bernilai ratusan trilyun selama lima tahun pertama, kemudian dilanjut dengan pemerintahan yang baru menunjukkan sikap istiqomah yang kuat dari pemerintah untuk terus memperkuat kegagahan hulubalangnya.
Kita sangat bergembira dengan keyakinan pemerintahan Jokowi yang akan terus melanjutkan perkuatan tentara. Kondisi yang tak pasti di lingkungan regional kita mengharuskan persiapan penguatan persenjataan. Kita berharap jangan ada statemen yang meremehkan kondisi di Laut Cina Selatan. Itu bukan konflik kelas teri. Jangan pula kita terlambat mengantisipasi ketika semua negara sudah membentengi dirinya baik secara mandiri maupun aliansi. Kita harus bersiap diri meski kita tidak ikut konflik karena pemain utama di laut kaya sumber daya alam itu adalah gajah dunia.
Perang modern tidak mengandalkan semangat semata tetapi lebih pada dukungan kekuatan alutsista berteknologi. Jadi sangat lucu kalau ada pernyataan “yang penting semangat” lalu mengabaikan pemenuhan kebutuhan alutsista. Perang abad 21 dan seterusnya tidak lagi mengajarkan gelut antar tentara atau adu jotos antar tentara atau adu pedang antar pasukan. Cukup pencet tombol lalu meledaklah berbagai amunisi mulai dari peluru kendali, bom dan artileri dari jarak jauh.
Untuk mengantisipasi situasi regional yang tak pasti dan agar kita tidak dilecehkan oleh bangsa lain kita sangat membutuhkan tambahan kekuatan 4-5 skuadron fighter, 3-4 destroyer, 8-10 fregat, 12-15 korvet berteknologi bersama 10-12 kapal selam dalam 8 tahun mendatang. Ini bukan mimpi tapi kewajiban kita sebagai bangsa yang diwarisi negara kepulauan paling elok di muka bumi ini. Kita mampu untuk memenuhi kebutuhan gizi alutsista buat pengawal republik, kalau kita mau. Kita bisa menjadikan tentara kita sebagai tentara modern yang memiliki unjuk kerja spartan. Kita harus bersemangat membangun tentara kita dan menjadikannya sebagai tentara luar biasa.
Kita akan terus melangkah. Sembari mengharap ada perbaikan pertumbuhan ekonomi, rencana pengadaan alutsista akan terus digaungkan seirama pula dengan pernyataan-pernyataan yang mengedepankan optimis dan keyakinan.
Sebagai anak bangsa tentu kita menginginkan kemampuan dan kemajuan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan. Tingkat kesejahteraan yang diperoleh tentu memerlukan keyakinan pada rasa aman, damai dan tidak merasa terancam. Perkuatan tentara dalam rangka itu untuk memastikan rasa aman dari gangguan teritori dan eksitensi bangsa sekaligus penggahar kekuatan diplomasi. Tidak hanya semangat Jenderal tapi kita butuh banyak alutsista terkini untuk hulubalang kita.
****
Kudus, 23 Juni 2015
Jagarin Pane
Tentara Nasional Indonesia, bukanlah tentara biasa seandainya kecukupan alutsista terpenuhi baik secara kualitas maupun kuantitas. Maksud kulo begini, jika pemenuhan alutsista yang berteknologi terkini dapat dimiliki baik secara mutu dan jumlah lalu ditambah dengan kemampuan spartan yang dimiliki prajurit TNI maka layaklah disebut pengawal republik kita bukan tentara biasa.
Untuk urusan spartan, tentara bumi nusantara yang tropis ini dikenal sebagai tentara dengan kemampuan gelut dan survival yang disegani. Karena menu latihan yang dimakan sehari-hari adalah menu yang hampir melewati batas ambang ketahanan fisik dan psikologi. Dalam serial latihan survival antar marinir Indonesia dan Amerika Serikat yang diadakan setiap tahun di hutan Jawa Timur, marinir AS mengaku kalah dengan marinir RI dalam uji ketahanan hidup di hutan raya.
Serial latihan ketangkasan menembak baik tingkat ASEAN maupun ajang internasional lainnya tradisi juara selalu dipegang TNI. Terakhir di ajang lomba AASAM di Victoria Australia kontingen TNI menyapu lebih separuh medali emas yang disediakan untuk 14 kontingen lain termasuk AS, Inggris dan tuan rumah. Kemudian di arena pasukan perdamaian dunia baik di Libanon, Sudan nama baik tentara republik diukir jelas dengan berbagai prestasi personal dan kesatuan.
TNI telah memenuhi kesempurnaannya sebagai tentara spartan, militan, patriotik, dan penuh semangat karena kurikulum latihannya seperti itu. Jadi dampak dari semua jenis latihan yang dilakukan itu pada dasarnya ingin menjelaskan bahwa tentara kita selalu bersemangat dalam setiap penugasan baik untuk operasi militer perang dan operasi militer selain perang. Kita bisa saksikan pada operasi militer selain perang evakuasi korban Air Asia beberapa waktu lalu, spartan banget. Lalu operasi militer selain perang berupa operasi serbu teritorial membantu petani tanam padi, merupakan gambaran semangat yang tiada henti.
Kesempurnaan spartan itu akan semakin kelihatan nilai gaharnya manakala tentara dilengkapi dengan kekuatan alutsista yang modern, berkualitas dan mencukupi. Nah dalam kurun enam tahun terakhir ini mata hati pemerintah mulai sadar diri untuk segera melakukan modernisasi persenjataan TNI segala matra. Maka dengan rencana strategis bernama MEF dimulailah gebrakan untuk memperbaharui alutsista TNI. Proyek alutsista bernilai ratusan trilyun selama lima tahun pertama, kemudian dilanjut dengan pemerintahan yang baru menunjukkan sikap istiqomah yang kuat dari pemerintah untuk terus memperkuat kegagahan hulubalangnya.
Kita sangat bergembira dengan keyakinan pemerintahan Jokowi yang akan terus melanjutkan perkuatan tentara. Kondisi yang tak pasti di lingkungan regional kita mengharuskan persiapan penguatan persenjataan. Kita berharap jangan ada statemen yang meremehkan kondisi di Laut Cina Selatan. Itu bukan konflik kelas teri. Jangan pula kita terlambat mengantisipasi ketika semua negara sudah membentengi dirinya baik secara mandiri maupun aliansi. Kita harus bersiap diri meski kita tidak ikut konflik karena pemain utama di laut kaya sumber daya alam itu adalah gajah dunia.
Perang modern tidak mengandalkan semangat semata tetapi lebih pada dukungan kekuatan alutsista berteknologi. Jadi sangat lucu kalau ada pernyataan “yang penting semangat” lalu mengabaikan pemenuhan kebutuhan alutsista. Perang abad 21 dan seterusnya tidak lagi mengajarkan gelut antar tentara atau adu jotos antar tentara atau adu pedang antar pasukan. Cukup pencet tombol lalu meledaklah berbagai amunisi mulai dari peluru kendali, bom dan artileri dari jarak jauh.
Untuk mengantisipasi situasi regional yang tak pasti dan agar kita tidak dilecehkan oleh bangsa lain kita sangat membutuhkan tambahan kekuatan 4-5 skuadron fighter, 3-4 destroyer, 8-10 fregat, 12-15 korvet berteknologi bersama 10-12 kapal selam dalam 8 tahun mendatang. Ini bukan mimpi tapi kewajiban kita sebagai bangsa yang diwarisi negara kepulauan paling elok di muka bumi ini. Kita mampu untuk memenuhi kebutuhan gizi alutsista buat pengawal republik, kalau kita mau. Kita bisa menjadikan tentara kita sebagai tentara modern yang memiliki unjuk kerja spartan. Kita harus bersemangat membangun tentara kita dan menjadikannya sebagai tentara luar biasa.
Kita akan terus melangkah. Sembari mengharap ada perbaikan pertumbuhan ekonomi, rencana pengadaan alutsista akan terus digaungkan seirama pula dengan pernyataan-pernyataan yang mengedepankan optimis dan keyakinan.
Sebagai anak bangsa tentu kita menginginkan kemampuan dan kemajuan ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan. Tingkat kesejahteraan yang diperoleh tentu memerlukan keyakinan pada rasa aman, damai dan tidak merasa terancam. Perkuatan tentara dalam rangka itu untuk memastikan rasa aman dari gangguan teritori dan eksitensi bangsa sekaligus penggahar kekuatan diplomasi. Tidak hanya semangat Jenderal tapi kita butuh banyak alutsista terkini untuk hulubalang kita.
****
Kudus, 23 Juni 2015
Jagarin Pane
★ analisis alutsista
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.