⚓ Tak Gentar Hadapi ChinaTaiwan pamer kapal perang baru yang canggih kelas korvet Tuo Chiang. [ist] ⚓
Taiwan memamerkan kapal-kapal perang buatan dalam negeri di sebuah acara yang dirancang untuk mengirim pesan tak gentar hadapi China. Pernyataan ini disampaikan oleh pejabat dan analisis setempat.
Selama akhir pekan, Kementerian Pertahanan Taiwan mengadakan latihan angkatan laut di lepas pantai Keelung, yang berlokasi di timur laut Taiwan. Latihan ini, ujar layanan berita kementerian, merupakan bagian dari latihan multidisiplin di lokasi yang berbeda untuk menunjukkan kesiapan tempur militer.
"Kami ingin Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) [China] berpikir dua kali sebelum bertindak," kata Kolonel Sun Li-fang dari Biro Perang Politik Komando Angkatan Darat Taiwan kepada media, seperti dikutip dari Radio Free Asia, Selasa (11/1).
Kementerian Pertahanan mengatakan dua korvet yang dirancang Taiwan, termasuk Tuo Chiang yang baru ditugaskan, mengambil peran dalam latihan angkatan laut pada Jumat. Korvet-korvet tersebut terpantau melakukan simulasi pelacakan dan penembakan di tengah kondisi laut yang ganas.
Korvet seberat 500 ton, yang dijuluki 'pembunuh kapal induk' ini dibuat oleh Lung Teh Shipbuilding Company di Kabupaten Yilan. Mereka dilengkapi dengan senjata rudal pertahanan udara jarak menengah Sea Sword II, rudal anti-kapal, meriam 76 mm, dan sistem senjata jarak dekat.
Bila diperlukan, korvet-korvet tersebut juga dapat dilengkapi dengan peluncur rudal. Namun analis di Institute for National Defence and Security Research, Shu Hsiao-huang, menilai korvet lebih tepat bila digunakan untuk berpatroli di 'zona abu-abu', termasuk di Laut Cina Selatan.
Kegiatan zona abu-abu sendiri sebenarnya bukanlah tindakan perang yang eksplisit, namun memang cukup berbahaya bagi keamanan suatu negara.
Taiwan Produksi 12 Kapal Perang Sejak 2011
Pada 2011, parlemen Taiwan menyetujui anggaran lebih dari USD 850 juta untuk membuat kurang lebih 12 kapal perang baru demi menghadapi tantangan maritim baru, terutama dari China. Menurut laporan Departemen Pertahanan AS, dengan kepemilikan sekitar 360 kapal pada akhir tahun 2020, China memiliki angkatan laut terbesar di dunia.
Taiwan sendiri dianggap Beijing sebagai bagian dari China. Namun, Taiwan mengklaim sebagai negara berdaulat di Laut Cina Selatan.
Pada latihan angkatan laut, pasukan militer Taiwan untuk pertama kalinya juga memamerkan sistem peletakan ranjau otomatis yang dirancang dalam negeri yang digunakan di atas kapal kelas Min Jiang yang baru.
Kapal dengan peletakan ranjau ini memang tidak begitu besar, tetapi memiliki kemampuan navigasi berteknologi tinggi yang dikatakan dapat memfasilitasi operasi peletakan ranjau yang cepat dan akurat di perairan lawan.
Angkatan laut di pulau itu disebut memiliki empat kapal penangkap ranjau cepat buatan negeri yang dua di antaranya baru dikirim bulan lalu.
Seorang analis militer, Qi Leyi, mengungkapkan, latihan akhir pekan lalu yang dilakukan Taiwan merupakan latihan yang menggunakan skenario terburuk, yakni serangan PLA.
"Kapal pelempar ranjau cepat yang baru dapat mencegah dengan baik operasi pendaratan pantai yang dilancarkan oleh musuh dan menjadi kekuatan tempur yang andal untuk pencegahan multi-domain Taiwan," ujar Qi.
"Taiwan tidak bisa dibandingkan dengan China dalam hal jumlah kapal perang, jadi harus mencari teknologi yang lebih baik," tambahnya.
Perang ranjau menjadi kegiatan yang semakin penting dalam konflik maritim. Sebab ranjau laut merupakan salah satu senjata angkatan laut yang paling berbahaya.
Angkatan Laut PLA bulan lalu menjatuhkan bom skala besar dan latihan peletakan ranjau laut di pulau-pulau di Laut Cina Selatan.
China memang sering melakukan latihan militer di perairan yang disengketakan. Namun, PLA jarang mengerahkan pesawat tempur untuk menjatuhkan bom dan meletakkan ranjau dalam latihan tembak-menembak. (blq/bac)
Taiwan memamerkan kapal-kapal perang buatan dalam negeri di sebuah acara yang dirancang untuk mengirim pesan tak gentar hadapi China. Pernyataan ini disampaikan oleh pejabat dan analisis setempat.
Selama akhir pekan, Kementerian Pertahanan Taiwan mengadakan latihan angkatan laut di lepas pantai Keelung, yang berlokasi di timur laut Taiwan. Latihan ini, ujar layanan berita kementerian, merupakan bagian dari latihan multidisiplin di lokasi yang berbeda untuk menunjukkan kesiapan tempur militer.
"Kami ingin Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) [China] berpikir dua kali sebelum bertindak," kata Kolonel Sun Li-fang dari Biro Perang Politik Komando Angkatan Darat Taiwan kepada media, seperti dikutip dari Radio Free Asia, Selasa (11/1).
Kementerian Pertahanan mengatakan dua korvet yang dirancang Taiwan, termasuk Tuo Chiang yang baru ditugaskan, mengambil peran dalam latihan angkatan laut pada Jumat. Korvet-korvet tersebut terpantau melakukan simulasi pelacakan dan penembakan di tengah kondisi laut yang ganas.
Korvet seberat 500 ton, yang dijuluki 'pembunuh kapal induk' ini dibuat oleh Lung Teh Shipbuilding Company di Kabupaten Yilan. Mereka dilengkapi dengan senjata rudal pertahanan udara jarak menengah Sea Sword II, rudal anti-kapal, meriam 76 mm, dan sistem senjata jarak dekat.
Bila diperlukan, korvet-korvet tersebut juga dapat dilengkapi dengan peluncur rudal. Namun analis di Institute for National Defence and Security Research, Shu Hsiao-huang, menilai korvet lebih tepat bila digunakan untuk berpatroli di 'zona abu-abu', termasuk di Laut Cina Selatan.
Kegiatan zona abu-abu sendiri sebenarnya bukanlah tindakan perang yang eksplisit, namun memang cukup berbahaya bagi keamanan suatu negara.
Taiwan Produksi 12 Kapal Perang Sejak 2011
Pada 2011, parlemen Taiwan menyetujui anggaran lebih dari USD 850 juta untuk membuat kurang lebih 12 kapal perang baru demi menghadapi tantangan maritim baru, terutama dari China. Menurut laporan Departemen Pertahanan AS, dengan kepemilikan sekitar 360 kapal pada akhir tahun 2020, China memiliki angkatan laut terbesar di dunia.
Taiwan sendiri dianggap Beijing sebagai bagian dari China. Namun, Taiwan mengklaim sebagai negara berdaulat di Laut Cina Selatan.
Pada latihan angkatan laut, pasukan militer Taiwan untuk pertama kalinya juga memamerkan sistem peletakan ranjau otomatis yang dirancang dalam negeri yang digunakan di atas kapal kelas Min Jiang yang baru.
Kapal dengan peletakan ranjau ini memang tidak begitu besar, tetapi memiliki kemampuan navigasi berteknologi tinggi yang dikatakan dapat memfasilitasi operasi peletakan ranjau yang cepat dan akurat di perairan lawan.
Angkatan laut di pulau itu disebut memiliki empat kapal penangkap ranjau cepat buatan negeri yang dua di antaranya baru dikirim bulan lalu.
Seorang analis militer, Qi Leyi, mengungkapkan, latihan akhir pekan lalu yang dilakukan Taiwan merupakan latihan yang menggunakan skenario terburuk, yakni serangan PLA.
"Kapal pelempar ranjau cepat yang baru dapat mencegah dengan baik operasi pendaratan pantai yang dilancarkan oleh musuh dan menjadi kekuatan tempur yang andal untuk pencegahan multi-domain Taiwan," ujar Qi.
"Taiwan tidak bisa dibandingkan dengan China dalam hal jumlah kapal perang, jadi harus mencari teknologi yang lebih baik," tambahnya.
Perang ranjau menjadi kegiatan yang semakin penting dalam konflik maritim. Sebab ranjau laut merupakan salah satu senjata angkatan laut yang paling berbahaya.
Angkatan Laut PLA bulan lalu menjatuhkan bom skala besar dan latihan peletakan ranjau laut di pulau-pulau di Laut Cina Selatan.
China memang sering melakukan latihan militer di perairan yang disengketakan. Namun, PLA jarang mengerahkan pesawat tempur untuk menjatuhkan bom dan meletakkan ranjau dalam latihan tembak-menembak. (blq/bac)
🔅 CNN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.