Kalau beli alat baru dengan transfer of technology Presiden bersama pati TNI ♔
Panglima TNI Terpilih Jenderal Gatot Nurmantyo berharap adanya adopsi teknologi pada industri pertahanan lokal agar keinginan Presiden Joko Widodo untuk mengembangkan industri perakit alat utama sistem persenjataan (alutsista) dalam negeri terwujud.
Gatot menilai industri pertahanan lokal harus dibesarkan, sehingga kelak TNI tidak seperti saat ini, membeli alat baru dari luar negeri maupun menerima hibah alutsista bekas dari negara lain. "Kalau beli alat baru dengan transfer of technology. Jadi teknologi yang ada pelan-pelan diadopsi," ujar Gatot di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Jumat lalu.
Gatot mengaku telah mendengar sendiri instruksi Presiden Jokowi pada saat menghadiri Peringatan Ulang Tahun ke-69 Polri di Markas Korps Brigade Mobil, Depok, Jawa Barat. "Modernisasi alutsista, bahwa pesawat harus baru semuanya. Maksudnya bukan yang terbang harus baru semuanya, tetapi pengadaan harus baru semua," kata dia.
Sesuai dengan perintah Presiden Jokowi, Gatot menegaskan, Indonesia tidak akan lagi menerima hibah alutsista bekas dari negara lain. "Harus baru," ujarnya.
Gatot juga menyatakan, evaluasi pada pesawat Angkatan Udara juga harus dilakukan untuk memastikan bahwa pesawat layak terbang. "Tapi kalau lihat kemarin, kenapa bisa jatuh, apa masalahnya, nah ini kan harus kami evaluasi. Saya tidak bisa mengambil keputusan begitu saja," kata dia.
Ia menjelaskan, masing-masing pesawat memiliki batas usia yang berbeda, namun pesawat yang sudah siap terbang berarti sudah dilihat dan dicek suku cadangnya. "Seperti Hercules, setiap 50 jam terbang harus opname, dicek lagi. Setiap tiga tahun opname besar, enam tahun keseluruhan," ujar Gatot.
Sebelumnya, Presiden Jokowi mengeluarkan sejumlah instruksi untuk Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu dan Panglima TNI Jenderal Moeldoko menyusul jatuhnya pesawat Hercules C-130 TNI Angkatan Udara di Medan, Sumatera Utara. Pesawat itu menimpa bangunan, mengakibatkan 100 orang lebih tewas.
★ Pertama, Jokowi memerintahkan investigasi mendalam soal kecelakaan tersebut.
★ Kedua, Menhan dan Panglima TNI diperintahkan melakukan perombakan mendasar tentang manajemen alat utama sistem senjata.
“Sistem pengadaan alutsista juga diubah. Kita tidak hanya membeli senjata, tapi juga merancang bangun, memproduksi, melakukan operasionalisasi, sehingga memudahkan penggantian alutsista yang sudah tua,” kata Jokowi, Rabu (1/7).
Pengadaan alutsista mesti diarahkan menuju modernisasi persenjataan TNI. “Saya ingin TNI memperkuat sistem zero accident atau kecelakaan nihil untuk penggunaan alutsista,” ujar Jokowi.
“Pesawat tempur, pesawat angkut, kapal perang, kapal selam, hingga helikopter serta perwira dan prajurit TNI yang mengawakinya harus berada dalam kesiapan operasional tinggi,” kata Presiden
Panglima TNI Terpilih Jenderal Gatot Nurmantyo berharap adanya adopsi teknologi pada industri pertahanan lokal agar keinginan Presiden Joko Widodo untuk mengembangkan industri perakit alat utama sistem persenjataan (alutsista) dalam negeri terwujud.
Gatot menilai industri pertahanan lokal harus dibesarkan, sehingga kelak TNI tidak seperti saat ini, membeli alat baru dari luar negeri maupun menerima hibah alutsista bekas dari negara lain. "Kalau beli alat baru dengan transfer of technology. Jadi teknologi yang ada pelan-pelan diadopsi," ujar Gatot di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Jumat lalu.
Gatot mengaku telah mendengar sendiri instruksi Presiden Jokowi pada saat menghadiri Peringatan Ulang Tahun ke-69 Polri di Markas Korps Brigade Mobil, Depok, Jawa Barat. "Modernisasi alutsista, bahwa pesawat harus baru semuanya. Maksudnya bukan yang terbang harus baru semuanya, tetapi pengadaan harus baru semua," kata dia.
Sesuai dengan perintah Presiden Jokowi, Gatot menegaskan, Indonesia tidak akan lagi menerima hibah alutsista bekas dari negara lain. "Harus baru," ujarnya.
Gatot juga menyatakan, evaluasi pada pesawat Angkatan Udara juga harus dilakukan untuk memastikan bahwa pesawat layak terbang. "Tapi kalau lihat kemarin, kenapa bisa jatuh, apa masalahnya, nah ini kan harus kami evaluasi. Saya tidak bisa mengambil keputusan begitu saja," kata dia.
Ia menjelaskan, masing-masing pesawat memiliki batas usia yang berbeda, namun pesawat yang sudah siap terbang berarti sudah dilihat dan dicek suku cadangnya. "Seperti Hercules, setiap 50 jam terbang harus opname, dicek lagi. Setiap tiga tahun opname besar, enam tahun keseluruhan," ujar Gatot.
Sebelumnya, Presiden Jokowi mengeluarkan sejumlah instruksi untuk Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu dan Panglima TNI Jenderal Moeldoko menyusul jatuhnya pesawat Hercules C-130 TNI Angkatan Udara di Medan, Sumatera Utara. Pesawat itu menimpa bangunan, mengakibatkan 100 orang lebih tewas.
★ Pertama, Jokowi memerintahkan investigasi mendalam soal kecelakaan tersebut.
★ Kedua, Menhan dan Panglima TNI diperintahkan melakukan perombakan mendasar tentang manajemen alat utama sistem senjata.
“Sistem pengadaan alutsista juga diubah. Kita tidak hanya membeli senjata, tapi juga merancang bangun, memproduksi, melakukan operasionalisasi, sehingga memudahkan penggantian alutsista yang sudah tua,” kata Jokowi, Rabu (1/7).
Pengadaan alutsista mesti diarahkan menuju modernisasi persenjataan TNI. “Saya ingin TNI memperkuat sistem zero accident atau kecelakaan nihil untuk penggunaan alutsista,” ujar Jokowi.
“Pesawat tempur, pesawat angkut, kapal perang, kapal selam, hingga helikopter serta perwira dan prajurit TNI yang mengawakinya harus berada dalam kesiapan operasional tinggi,” kata Presiden
♔ CNN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.