Tak Ingin Bergantung kepada RusiaBulgaria ingin membeli pesawat jet tempur jenis MiG-29 dari Polandia, setelah sebelumnya kerap membeli pesawat ini dari Rusia. (Krasimir Grozev/Wikipedia) ●
Bulgaria kini sedang berupaya menyisihkan ketergantungannya terhadap Rusia. Menteri Pertahanan Bulgaria, Nikolay Nenchev mengatakan Polandia menjadi salah satu rekan yang akan membantu Bulgaria, terutama dalam sektor pertahanan.
Kebuntuan antara Barat dan Rusia terkait masalah Ukraina menjadi satu alasan Bulgaria terpaksa mengalihkan kerja samanya dengan Rusia, termasuk dalam hal pasokan alutsista, energi dan hubungan perdagangan.
Bulgaria yang sempat didominasi oleh Uni Soviet selama Perang Dingin, namun menjadi anggota NATO pada 2004, mulai berusaha keluar dari sokongan Rusia, menyusul penerapan sanksi Eropa dan Amerika Serikat terhadap negara beruang merah ini.
Polandia pun menjadi alternatif Bulgaria karena dianggap dapat menyokong kebutuhannya, seperti penyediaan pesawat jet.
"Kami akan melakukan apapun yang bisa dilakukan untuk melepas ketergantungan terhadap Rusia," ujar Nenchev kepada Reuters, Senin (6/7).
"Bulgaria adalah satu-satunya anggota NATO yang hampir 90 persen bergantung kepada Rusia dan ini membuat saya khawatir sehingga saya berpikir ini tidak bisa diteruskan lagi," tambahnya.
Bulgaria perlu memperbaiki alutsista yang kini sudah menua, seperti pesawat jet tempur MiG-29. Kontrak kerja sama dengan Rusia untuk memelihara alutsista ini akan berakhir pada September.
"Kami perlu memperbaiki enam mesin kami dan kami telah menentukan langkah serius untuk menanganinya," ujar Nenchev.
Menurut Nenchev, salah satu alasan memilih Polandia sebagai alternatif penyokong alutsista Bulgaria adalah karena harganya yang lebih murah dibandingkan Rusia.
"Kami kerap berkonsultasi dengan Polandia selama beberapa bulan dan saya pikir kami bisa menandatangani kontrak bulan ini," ujar Nenchev.
Model Polandia
Bulgaria dan negara bekas komunis lainnya cukup khawatir atas aneksasi Rusia terhadap Crimea di bawah pemerintahan Presiden Vladimir Putin yang didukung oleh kelompok separatis pro-Rusia di Ukraina timur.
Bulgaria adalah satu dari enam negara Eropa timur yang menjadi tuan rumah pasukan NATO bersama dengan pasukan nasional Bulgaria yang disiapkan untuk menangani krisis tersebut.
"Saya tidak ragu untuk mengatakannya. Setelah melihat rezim Putin memiliki sikap yang begitu agresif terhadap negara berdaulat lainnya, kami tidak merasa aman," ujar Nenchev.
"Kami berunding dengan Polandia, yang juga merupakan rekan kami di NATO dan berupaya melepas ketergantungan terhadap Rusia," ujarnya.
Bulgaria dan Amerika Serikat telah melakukan serangkaian latihan militer bersama sejak krisis Ukraina meletus tahun lalu.
Selain itu, menurut Nenchev, hampir 2.500 personil militer bisa ditempatkan di Bulgaria selama latihan bersama ini dilakukan. Ia juga memperbolehkan penempatan 2.500 personil lainnya, meski dengan persyaratan tertentu.
"Kekecewaan kami terhadap Rusia membawa sesuatu yang hingga saat ini tak terpikirkan di Eropa, yakni perang," ujar Nenchev.
Nenchev berharap Bulgaria dan AS memperbarui perjanjian mereka awal tahun depan mengenai penggunaan sejumlah fasilitas militer di Bulgaria yang telah ditandatangani pada 2006 silam.
Pekan lalu, Bulgaria mengaku sedang mencari penjual pesawat jet militer untuk merubah alutsista mereka dan sempat berunding dengan Belgia, Belanda, Yunani dan sejumlah negara lainnya.
Belum jelas apakah pembelian pesawat tersebut adalah pesawat baru atau bekas. "Kami berbicara soal skuadron, tetapi ini masih terlalu dini untuk mengungkapkannya lebih rinci," ujar Nenchev.
Nenchev berdalih pemerintahannya kini masih memikirkan pesawat jenis apa yang dibutuhkan oleh Bulgaria. (stu)
Bulgaria kini sedang berupaya menyisihkan ketergantungannya terhadap Rusia. Menteri Pertahanan Bulgaria, Nikolay Nenchev mengatakan Polandia menjadi salah satu rekan yang akan membantu Bulgaria, terutama dalam sektor pertahanan.
Kebuntuan antara Barat dan Rusia terkait masalah Ukraina menjadi satu alasan Bulgaria terpaksa mengalihkan kerja samanya dengan Rusia, termasuk dalam hal pasokan alutsista, energi dan hubungan perdagangan.
Bulgaria yang sempat didominasi oleh Uni Soviet selama Perang Dingin, namun menjadi anggota NATO pada 2004, mulai berusaha keluar dari sokongan Rusia, menyusul penerapan sanksi Eropa dan Amerika Serikat terhadap negara beruang merah ini.
Polandia pun menjadi alternatif Bulgaria karena dianggap dapat menyokong kebutuhannya, seperti penyediaan pesawat jet.
"Kami akan melakukan apapun yang bisa dilakukan untuk melepas ketergantungan terhadap Rusia," ujar Nenchev kepada Reuters, Senin (6/7).
"Bulgaria adalah satu-satunya anggota NATO yang hampir 90 persen bergantung kepada Rusia dan ini membuat saya khawatir sehingga saya berpikir ini tidak bisa diteruskan lagi," tambahnya.
Bulgaria perlu memperbaiki alutsista yang kini sudah menua, seperti pesawat jet tempur MiG-29. Kontrak kerja sama dengan Rusia untuk memelihara alutsista ini akan berakhir pada September.
"Kami perlu memperbaiki enam mesin kami dan kami telah menentukan langkah serius untuk menanganinya," ujar Nenchev.
Menurut Nenchev, salah satu alasan memilih Polandia sebagai alternatif penyokong alutsista Bulgaria adalah karena harganya yang lebih murah dibandingkan Rusia.
"Kami kerap berkonsultasi dengan Polandia selama beberapa bulan dan saya pikir kami bisa menandatangani kontrak bulan ini," ujar Nenchev.
Model Polandia
Bulgaria dan negara bekas komunis lainnya cukup khawatir atas aneksasi Rusia terhadap Crimea di bawah pemerintahan Presiden Vladimir Putin yang didukung oleh kelompok separatis pro-Rusia di Ukraina timur.
Bulgaria adalah satu dari enam negara Eropa timur yang menjadi tuan rumah pasukan NATO bersama dengan pasukan nasional Bulgaria yang disiapkan untuk menangani krisis tersebut.
"Saya tidak ragu untuk mengatakannya. Setelah melihat rezim Putin memiliki sikap yang begitu agresif terhadap negara berdaulat lainnya, kami tidak merasa aman," ujar Nenchev.
"Kami berunding dengan Polandia, yang juga merupakan rekan kami di NATO dan berupaya melepas ketergantungan terhadap Rusia," ujarnya.
Bulgaria dan Amerika Serikat telah melakukan serangkaian latihan militer bersama sejak krisis Ukraina meletus tahun lalu.
Selain itu, menurut Nenchev, hampir 2.500 personil militer bisa ditempatkan di Bulgaria selama latihan bersama ini dilakukan. Ia juga memperbolehkan penempatan 2.500 personil lainnya, meski dengan persyaratan tertentu.
"Kekecewaan kami terhadap Rusia membawa sesuatu yang hingga saat ini tak terpikirkan di Eropa, yakni perang," ujar Nenchev.
Nenchev berharap Bulgaria dan AS memperbarui perjanjian mereka awal tahun depan mengenai penggunaan sejumlah fasilitas militer di Bulgaria yang telah ditandatangani pada 2006 silam.
Pekan lalu, Bulgaria mengaku sedang mencari penjual pesawat jet militer untuk merubah alutsista mereka dan sempat berunding dengan Belgia, Belanda, Yunani dan sejumlah negara lainnya.
Belum jelas apakah pembelian pesawat tersebut adalah pesawat baru atau bekas. "Kami berbicara soal skuadron, tetapi ini masih terlalu dini untuk mengungkapkannya lebih rinci," ujar Nenchev.
Nenchev berdalih pemerintahannya kini masih memikirkan pesawat jenis apa yang dibutuhkan oleh Bulgaria. (stu)
★ CNN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.