Menawarkan sistem tempur seperti kapal selam Nuklir Perancis
Ilustrasi SUBTICS CMS ★
Kontraktor pertahanan Prancis DCNS menawarkan Indonesia sistem manajemen kapal selam tempur baru seperti yang digunakan kapal kapal selam nuklir Perancis untuk kapal selam tipe 209/1300 Angkatan Laut Indonesia (dikenal sebagai Cakra-kelas di Indonesia), ungkap situs IHS Jane.
Sistem tempur baru ini dirancang khusus untuk kebutuhan Angkatan Laut Indonesia oleh DCNS subsidiary Underwater Defense System.
Sumber yang dekat dengan TNI-AL mengatakan bahwa CMS, yang dikenal sebagai Sistem Tempur Taktis Terpadu Kapal Selam (Submarine Tactical Integrated Combat System/SUBTICS), sedang ditawarkan sebagai bagian dari usulan DCNS untuk melaksanakan pemeliharaan, perbaikan, dan overhaul (maintenance, repair, and overhaul/MRO) untuk kapal selam KRI Cakra (401). TNI-AL berencana memperpanjang umur kapal selam buatan Jerman ini sampai 2024 dengan MRO.
Indonesia sendiri menerima 2 unit kapal selam diesel elektrik jenis U209/1300 dari Jerman pada tahun 1980. Kedua kapal sampai saat ini telah menerima modernisasi beberapa kali, dan salah satu dari perusahaan Korea Selatan Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering (DSME), yang juga membangun Type 209 varian di bawah lisensi.
Sistem tempur buatan Prancis yang baru untuk kapal selam Cakra kelas dirancang dapat diintegrasikan dengan Thales sonar suite dan WASS (Whitehead Alenia Sistemi Subacquei) torpedo dengan sistem pengendali penembakannya. Namun, CMS ini memungkinkan untuk diintregrasikan dengan pilihan yang lain, ungkap IHS Jane.
Langkah DCNS ini menjadi bagian dari strategi penjualan keseluruhan untuk meyakinkan para pejabat pertahanan Indonesia untuk menggunakan kapal selam buatan Perancis, Scorpene kelas 1.000 diesel-listrik untuk Angkatan Laut Indonesia.
Menurut analis angkatan laut, Indonesia membutuhkan setidaknya enam kapal selam untuk mengamankan selat maritimnya (Malaka, Sunda dan Lombok).
Pejabat DCNS telah melobi keras untuk meyakinkan Jakarta bahwa kapal selam Scorpene kelas 1.000 diesel-listrik, dengan kemampuannya untuk beroperasi di perairan dangkal, adalah solusi ideal untuk Indonesia, mengingat geografi kepulauan negara.
Pemerintah Indonesia tampaknya juga tertarik dalam pengadaan sejumlah kapal selam Kilo buatan Rusia dan mengharapkan varian lisensi kapal selam dari Jerman Type 209/1300 yang sedang dibangun. Pada Desember 2011, DSME dianugerahi kontrak untuk pembangunan tiga kapal selam 1.400 ton Chang Bogo-kelas (varian lisensi-dibangun dari 209). Diharapkan akan diserahkan dengan tanggal commissioning ditetapkan pada semester pertama tahun 2018.
Angkatan Laut Indonesia sampai saat ini belum membuat keputusan atas tawaran Perancis tersebut. [The Diplomat]
Ilustrasi SUBTICS CMS ★
Kontraktor pertahanan Prancis DCNS menawarkan Indonesia sistem manajemen kapal selam tempur baru seperti yang digunakan kapal kapal selam nuklir Perancis untuk kapal selam tipe 209/1300 Angkatan Laut Indonesia (dikenal sebagai Cakra-kelas di Indonesia), ungkap situs IHS Jane.
Sistem tempur baru ini dirancang khusus untuk kebutuhan Angkatan Laut Indonesia oleh DCNS subsidiary Underwater Defense System.
Sumber yang dekat dengan TNI-AL mengatakan bahwa CMS, yang dikenal sebagai Sistem Tempur Taktis Terpadu Kapal Selam (Submarine Tactical Integrated Combat System/SUBTICS), sedang ditawarkan sebagai bagian dari usulan DCNS untuk melaksanakan pemeliharaan, perbaikan, dan overhaul (maintenance, repair, and overhaul/MRO) untuk kapal selam KRI Cakra (401). TNI-AL berencana memperpanjang umur kapal selam buatan Jerman ini sampai 2024 dengan MRO.
Indonesia sendiri menerima 2 unit kapal selam diesel elektrik jenis U209/1300 dari Jerman pada tahun 1980. Kedua kapal sampai saat ini telah menerima modernisasi beberapa kali, dan salah satu dari perusahaan Korea Selatan Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering (DSME), yang juga membangun Type 209 varian di bawah lisensi.
Sistem tempur buatan Prancis yang baru untuk kapal selam Cakra kelas dirancang dapat diintegrasikan dengan Thales sonar suite dan WASS (Whitehead Alenia Sistemi Subacquei) torpedo dengan sistem pengendali penembakannya. Namun, CMS ini memungkinkan untuk diintregrasikan dengan pilihan yang lain, ungkap IHS Jane.
Langkah DCNS ini menjadi bagian dari strategi penjualan keseluruhan untuk meyakinkan para pejabat pertahanan Indonesia untuk menggunakan kapal selam buatan Perancis, Scorpene kelas 1.000 diesel-listrik untuk Angkatan Laut Indonesia.
Menurut analis angkatan laut, Indonesia membutuhkan setidaknya enam kapal selam untuk mengamankan selat maritimnya (Malaka, Sunda dan Lombok).
Pejabat DCNS telah melobi keras untuk meyakinkan Jakarta bahwa kapal selam Scorpene kelas 1.000 diesel-listrik, dengan kemampuannya untuk beroperasi di perairan dangkal, adalah solusi ideal untuk Indonesia, mengingat geografi kepulauan negara.
Pemerintah Indonesia tampaknya juga tertarik dalam pengadaan sejumlah kapal selam Kilo buatan Rusia dan mengharapkan varian lisensi kapal selam dari Jerman Type 209/1300 yang sedang dibangun. Pada Desember 2011, DSME dianugerahi kontrak untuk pembangunan tiga kapal selam 1.400 ton Chang Bogo-kelas (varian lisensi-dibangun dari 209). Diharapkan akan diserahkan dengan tanggal commissioning ditetapkan pada semester pertama tahun 2018.
Angkatan Laut Indonesia sampai saat ini belum membuat keputusan atas tawaran Perancis tersebut. [The Diplomat]
★ Garuda Militer
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.