N-245 paling cocok untuk penerbangan komersial jarak menengah Konsep desain N45 PT DI ☆
PT Dirgantara Indonesia (DI) berancang-ancang meramaikan persaingan pesawat komersial untuk 40-50 penumpang. Awal pekan ini perusahaan pelat merah yang bermarkas di Bandung tersebut merilis detail desain pesawat N-245.
PT DI optimistis N-245 akan bisa diterima pasar karena sesuai dengan kebutuhan Indonesia serta mampu bersaing dengan pesawat sejenis di kelasnya, yakni ATR42-600 dan Dash8-Q300. Analis penerbangan juga menilai N-245 sangat prospektif dan berpotensi membidik pasar domestik dan kawasan ASEAN. Manajer Hukum dan Humas PTDI Irland Budiman mengemukakan, pihaknya optimistis karena market pesawat komersial masih membutuhkan pesawat dengan kapasitas 45-50 penumpang.
Selain itu masih cukup banyak bandara di Indonesia dengan panjang landasan yang tidak mencukupi untuk didarati oleh pesawat yang berbadan lebih besar seperti ATR72 yang saat ini sudah cukup banyak dioperasikan di Indonesia. ”N-245 paling cocok untuk penerbangan komersial jarak menengah yang menghubungkan antarbandara kecil sehingga dipandang perlu adanya pesawat yang dapat beroperasi di wilayah seperti itu,” ujar Irland saat dihubungi KORAN SINDO.
Analis penerbangan Arista Indonesian Aviation Center, Arista Atmadjati, menilai tepat langkah PT DI mengembangkan pesawat N-245 karena pesawat dengan kapasitas 50 penumpang sangat prospektif serta berpotensi membidik pasar domestik dan kawasan ASEAN. ”Apalagi mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan, N- 245 memiliki aksesibilitas dengan mesin turbo propeller yang banyak dilirik maskapai untuk penerbangan jarak pendek,” kata dia kepada KORAN SINDO di Jakarta kemarin.
Menurut dia, dengan bandara sebanyak 233 di dalam negeri, secara ekonomis pesawat tersebut sangat diperlukan dalam rangka konektivitas. Selain mampu memenuhi kebutuhan penerbangan jarak pendek, N-245 juga mampu berperan sebagai feeder di bandara-bandara tujuan wisata. ”Di Jakarta, Bali serta bandara tujuan wisata, pesawat ini sangat sesuai untuk berperan sebagai feeder. Selain aksesibilitasnya yang tinggi, kapasitas penumpangnya juga tidak terlalu banyak sehingga lebih efisien,” ucapnya.
Selain berpotensi di pasar penerbangan domestik, N-245 juga bisa ditawarkan ke negara-negara ASEAN yang memiliki program kepariwisataan. Apalagi pesawat PT DI telah banyak dimanfaatkan negara-negara di kawasan tersebut. Misalnya Filipina yang memanfaatkan pesawat produksi PT DI melalui CN-235. ”Pesawat ini juga bahkan dimanfaatkan Amerika Serikat sebagai pesawat coast guard atau pesawat pengamanan pantai,” ungkap dia. Dia lantas berharap PT DI fokus terhadap produk-produk pesawat yang akan dibuatnya dan berkelanjutan terhadap produksi pesawat ke depan.
”Yang penting jangan panas-panas tahi ayam. N-245 itu pasarnya ada dan besar, kalau fokus saya kira bakal sukses. Apalagi PT DI itu industri milik negara yang merupakan industri strategis sehingga saya kira proses pembuatannya juga telah melalui kajian yang matang,” sebut dia. Berdasar data yang dihimpun KORAN SINDO, dipasar domestik pesawat di kelas 40-50 penumpang dikuasai ATR42- 600. Pada 2014 lalu, misalnya, Lion Group resmi memesan pesawat jenis ini sebanyak 100 buah.
Pesawat itu akan dioperasikan oleh sejumlah anak perusahaan maskapai milik Rusdi Kirana tersebut, yakni Wings Air, Malindo Air, Thai Lion Air. Garuda Indonesia pun mengoperasikan pesawat tersebut. Selain menyiapkan N-245, PT DI saat ini tengah menyelesaikan pesawat barunya yang juga diarahkan untuk pesawat komersial, yakni N-219.
Pesawat untuk 19 penumpang tersebut rencananya akan terbang perdana pada November 2016 mendatang setelah tes struktur selesai. Saat ini pesawat masih dalam tahap menyiapkan semua keperluan yang harus dipenuhi untuk pembuatan sertifikat terbang pesawat (N- 219 type certificate) bersama otoritas terkait, yakni Ditjen Perhubungan Udara.
Pengembangan CN-235
Berdasar rilis resmi PT DI, desain N-245 yang dikembangkan bersama LAPAN sudah diperkenalkan dalam ajang Singapore Airshow awal tahun ini. N-245 dirancang memenuhi CASR25 untuk kategori pesawat transportasi yang memiliki sayap yang tinggi dan konfigurasi T-tail, sistem Avionics canggih dan modern. Kecanggihan ini di antaranya pada flight deck N-245 yang mengadopsi kaca kokpit yang memberi kenyamanan pada pilot dan kopilot dan menjamin keselamatan penerbangan dan efisiensi.
Desain N425 sendiri merupakan pengembangan lebih lanjut dari pesawat CN-235 versi sipil. Selain karena desain CN-235 digunakan karena sudah terbukti kehandalannya, langkah ini diambil dalam rangka efisiensi biaya dibanding dengan pembuatan desain baru. ”Waktu development juga akan jauh berkurang mengingat hanya melakukan redesain bagian tertentu dari CN-235,” ujar Irland Budiman. Beberapa pengembangan CN-235 dimaksud adalah, N-245 akan merubah bagian ekor pesawat CN-235.
Bagian ekor CN-235 dengan ramp door yang dimilikinya sangat cocok untuk misi militer, baik untuk droping pasukan maupun logistik. Adanya ramp door juga membuat adanya tambahan drag yang juga membuat pesawat tidak efisien. Sehingga untuk pesawat N-245, bagian ekor akan diubah menjadi bentuk ”Connics” seperti halnya pesawat-pesawat komersial lainnya. Bagian lain yang akan didesain ulang adalah bagian badan (fuselage).
Untuk menjaga tingkat kenyamanan dan menambah kapasitas penumpang, N-245 akan menambah beberapa frame pada desain CN-235 sehingga N-245 akan memiliki fuselage yang lebih panjang. Di samping perubahan struktur pesawat, perubahan desain sistem (seperti landing gear, propulsion) dan interior. Sebelumnya, Direktur Teknologi dan Pengembangan PTDI Andi Alisjahbana menjelaskan, sambil menjalani serangkaian proses menuju sertifikasi pesawat N-219, pihaknya tengah memulai pengembangan pesawat berkapasitas 50 penumpang.
Hal itu merupakan bukti semangat membangun kemandirian industri penerbangan tanah air. ”Kami masih mencari bentuk ideal dari N-245 yang berkapasitas 50 penumpang,” ungkapnya. Sejauh ini N-245 belum dibuat prototipe-nya karena masih dalam tahapan wind-tunnel (terowongan angin) untuk mencari bentuk ideal N-245. PTDI optimistis bisa mewujudkannya pada 2019 mendatang karena pengalaman bertahun- tahun dalam mengembangkan CN-235.
Menurut dia, N-245 dirasa penting dikembangkan mengingat Indonesia terdiri atas banyak kota kabupaten yang membutuhkan moda transportasi lebih dari penerbangan perintis. ”CN-235 ini bagus karena bisa take off landing kurang dari 1000 meter dan sangat cocok untuk kota kabupaten diIndonesia,” terangnya.
PT Dirgantara Indonesia (DI) berancang-ancang meramaikan persaingan pesawat komersial untuk 40-50 penumpang. Awal pekan ini perusahaan pelat merah yang bermarkas di Bandung tersebut merilis detail desain pesawat N-245.
PT DI optimistis N-245 akan bisa diterima pasar karena sesuai dengan kebutuhan Indonesia serta mampu bersaing dengan pesawat sejenis di kelasnya, yakni ATR42-600 dan Dash8-Q300. Analis penerbangan juga menilai N-245 sangat prospektif dan berpotensi membidik pasar domestik dan kawasan ASEAN. Manajer Hukum dan Humas PTDI Irland Budiman mengemukakan, pihaknya optimistis karena market pesawat komersial masih membutuhkan pesawat dengan kapasitas 45-50 penumpang.
Selain itu masih cukup banyak bandara di Indonesia dengan panjang landasan yang tidak mencukupi untuk didarati oleh pesawat yang berbadan lebih besar seperti ATR72 yang saat ini sudah cukup banyak dioperasikan di Indonesia. ”N-245 paling cocok untuk penerbangan komersial jarak menengah yang menghubungkan antarbandara kecil sehingga dipandang perlu adanya pesawat yang dapat beroperasi di wilayah seperti itu,” ujar Irland saat dihubungi KORAN SINDO.
Analis penerbangan Arista Indonesian Aviation Center, Arista Atmadjati, menilai tepat langkah PT DI mengembangkan pesawat N-245 karena pesawat dengan kapasitas 50 penumpang sangat prospektif serta berpotensi membidik pasar domestik dan kawasan ASEAN. ”Apalagi mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan, N- 245 memiliki aksesibilitas dengan mesin turbo propeller yang banyak dilirik maskapai untuk penerbangan jarak pendek,” kata dia kepada KORAN SINDO di Jakarta kemarin.
Menurut dia, dengan bandara sebanyak 233 di dalam negeri, secara ekonomis pesawat tersebut sangat diperlukan dalam rangka konektivitas. Selain mampu memenuhi kebutuhan penerbangan jarak pendek, N-245 juga mampu berperan sebagai feeder di bandara-bandara tujuan wisata. ”Di Jakarta, Bali serta bandara tujuan wisata, pesawat ini sangat sesuai untuk berperan sebagai feeder. Selain aksesibilitasnya yang tinggi, kapasitas penumpangnya juga tidak terlalu banyak sehingga lebih efisien,” ucapnya.
Selain berpotensi di pasar penerbangan domestik, N-245 juga bisa ditawarkan ke negara-negara ASEAN yang memiliki program kepariwisataan. Apalagi pesawat PT DI telah banyak dimanfaatkan negara-negara di kawasan tersebut. Misalnya Filipina yang memanfaatkan pesawat produksi PT DI melalui CN-235. ”Pesawat ini juga bahkan dimanfaatkan Amerika Serikat sebagai pesawat coast guard atau pesawat pengamanan pantai,” ungkap dia. Dia lantas berharap PT DI fokus terhadap produk-produk pesawat yang akan dibuatnya dan berkelanjutan terhadap produksi pesawat ke depan.
”Yang penting jangan panas-panas tahi ayam. N-245 itu pasarnya ada dan besar, kalau fokus saya kira bakal sukses. Apalagi PT DI itu industri milik negara yang merupakan industri strategis sehingga saya kira proses pembuatannya juga telah melalui kajian yang matang,” sebut dia. Berdasar data yang dihimpun KORAN SINDO, dipasar domestik pesawat di kelas 40-50 penumpang dikuasai ATR42- 600. Pada 2014 lalu, misalnya, Lion Group resmi memesan pesawat jenis ini sebanyak 100 buah.
Pesawat itu akan dioperasikan oleh sejumlah anak perusahaan maskapai milik Rusdi Kirana tersebut, yakni Wings Air, Malindo Air, Thai Lion Air. Garuda Indonesia pun mengoperasikan pesawat tersebut. Selain menyiapkan N-245, PT DI saat ini tengah menyelesaikan pesawat barunya yang juga diarahkan untuk pesawat komersial, yakni N-219.
Pesawat untuk 19 penumpang tersebut rencananya akan terbang perdana pada November 2016 mendatang setelah tes struktur selesai. Saat ini pesawat masih dalam tahap menyiapkan semua keperluan yang harus dipenuhi untuk pembuatan sertifikat terbang pesawat (N- 219 type certificate) bersama otoritas terkait, yakni Ditjen Perhubungan Udara.
Pengembangan CN-235
Berdasar rilis resmi PT DI, desain N-245 yang dikembangkan bersama LAPAN sudah diperkenalkan dalam ajang Singapore Airshow awal tahun ini. N-245 dirancang memenuhi CASR25 untuk kategori pesawat transportasi yang memiliki sayap yang tinggi dan konfigurasi T-tail, sistem Avionics canggih dan modern. Kecanggihan ini di antaranya pada flight deck N-245 yang mengadopsi kaca kokpit yang memberi kenyamanan pada pilot dan kopilot dan menjamin keselamatan penerbangan dan efisiensi.
Desain N425 sendiri merupakan pengembangan lebih lanjut dari pesawat CN-235 versi sipil. Selain karena desain CN-235 digunakan karena sudah terbukti kehandalannya, langkah ini diambil dalam rangka efisiensi biaya dibanding dengan pembuatan desain baru. ”Waktu development juga akan jauh berkurang mengingat hanya melakukan redesain bagian tertentu dari CN-235,” ujar Irland Budiman. Beberapa pengembangan CN-235 dimaksud adalah, N-245 akan merubah bagian ekor pesawat CN-235.
Bagian ekor CN-235 dengan ramp door yang dimilikinya sangat cocok untuk misi militer, baik untuk droping pasukan maupun logistik. Adanya ramp door juga membuat adanya tambahan drag yang juga membuat pesawat tidak efisien. Sehingga untuk pesawat N-245, bagian ekor akan diubah menjadi bentuk ”Connics” seperti halnya pesawat-pesawat komersial lainnya. Bagian lain yang akan didesain ulang adalah bagian badan (fuselage).
Untuk menjaga tingkat kenyamanan dan menambah kapasitas penumpang, N-245 akan menambah beberapa frame pada desain CN-235 sehingga N-245 akan memiliki fuselage yang lebih panjang. Di samping perubahan struktur pesawat, perubahan desain sistem (seperti landing gear, propulsion) dan interior. Sebelumnya, Direktur Teknologi dan Pengembangan PTDI Andi Alisjahbana menjelaskan, sambil menjalani serangkaian proses menuju sertifikasi pesawat N-219, pihaknya tengah memulai pengembangan pesawat berkapasitas 50 penumpang.
Hal itu merupakan bukti semangat membangun kemandirian industri penerbangan tanah air. ”Kami masih mencari bentuk ideal dari N-245 yang berkapasitas 50 penumpang,” ungkapnya. Sejauh ini N-245 belum dibuat prototipe-nya karena masih dalam tahapan wind-tunnel (terowongan angin) untuk mencari bentuk ideal N-245. PTDI optimistis bisa mewujudkannya pada 2019 mendatang karena pengalaman bertahun- tahun dalam mengembangkan CN-235.
Menurut dia, N-245 dirasa penting dikembangkan mengingat Indonesia terdiri atas banyak kota kabupaten yang membutuhkan moda transportasi lebih dari penerbangan perintis. ”CN-235 ini bagus karena bisa take off landing kurang dari 1000 meter dan sangat cocok untuk kota kabupaten diIndonesia,” terangnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.