KCR 60 produksi PT PAL KRI Tombak 629 [sinar harapan] ☆
Sebagai negeri maritim, Indonesia membutuhkan alat transportasi penghubung antarpulau. Selain itu, wilayah Indonesia yang cukup luas ini dengan hampir 2/3 wilayahnya berupa lautan perlu dijaga. Sebab menyangkut masalah batas wilayah, keamanan, dan keutuhan wilayah NKRI.
PT PAL Indonesia sebagai salah satu industri strategis yang dikenal sebagai penghasil kapal-kapal andalan dalam negeri, harus bisa menjawab tantangan keamanan wilayah NKRI yang mayoritas adalah lautan. Setelah sukses dengan Fast Patrol Boat 57 atau yang lebih dikenal dengan FPB-57, PT PAL kembali ditunjuk pemerintah untuk memproduksi kapal perang bagi TNI AL.
“Bermula dari transfer of technology yang kini juga dikembangkan pemerintahan Joko Widodo. Dahulu, kami membangun Fast Patrol Boat 57 di Jerman. Kami belajar dari Jerman, learning by doing. Kapal itu terbukti handal sampai sekarang. TNI AL menggunakan kapal itu kurang lebih 15 tahun,” kata Ir Hisnawan Permadi, Manpro KCR-60 PT PAL Indonesia.
Kemudian PT PAL Indonesia meningkatkan inovasi di dunia kapal militer dengan menciptakan kapal cepat rudal 60 (KCR 60) yang merupakan pengembangan dari FPB-57.
KCR-60 dalam tahap finalisasi sebelum melaut.
Angka 60 merujuk pada panjang keseluruhan kapal yaitu 60 meter. Pada 23 Mei 2012 diadakan pemotongan plat pertama. Sedangkan pada 2014, KCR-60 selesai diproduksi. KCR-60 ini memiliki lebar 8,1 meter, tinggi geladak 4,85 meter, sarat air 2,6 meter dan berat total 460 ton. Jumlah kru yang dapat ditampung sebanyak 55 orang. Sebagai armada pengembangan dari FPB-57, KCR-60 memiliki banyak keunggulan dari pendahulunya tersebut. Di antaranya, pembuatan KCR-60 ini mulai dari konsep sampai menjadi armada perang menggunakan sumber daya manusia dalam negeri.
“Dahulu TNI AL terbiasa menerima jadi. Kapal datang sudah jadi, sehingga TNI AL tinggal menyesuaikan. Kalau untuk KCR-60 ini dari awal pembuatan, kami berkomunikasi dengan TNI AL. Kapal apa yang mereka butuhkan. Maka lahirlah KCR-60 ini,” tambah Dr Ir M Zaed Yuliadi M.Sc, Kadiv Teknologi PT PAL Indonesia.
Berbagai desain ruangan KCR-60.
Dari segi desain, seperti dikemukakan Ir Gonot Hendrasmono, Kadiv Desain PT PAL Indonesia, keunggulan KCR-60 dibandingkan FPB-57 dari segi interior yang sudah sangat modern dan minimalis walaupun untuk fungsi tempur.
“Kandungan lokalnya pun luar biasa. Misalnya mesin kemudi buatan Pindad. Plat-plat yang digunakan, mebel untuk interior, serta pendingin ruangan sudah menggunakan produk dalam negeri,” lanjut Gonot.
Selain itu, mesin yang digunakan sangat efisien bahan bakarnya tetapi mampu menghasilkan tenaga sesuai yang diharapkan. Adapun kecepatan maksimal yang dapat dijangkau yaitu 28 knots. KCR-60 juga sudah diakomodir untuk hentakan senjata. Jadi, ketika menembakkan senjata dari atas kapal, posisi kapal pun tetap stabil. Bentuk lambung kapal yang bagus dan stabil, model dan siluet yang terlihat gagah membuat TNI AL merasa cocok dengan KCR-60 ini.
Pekerja mengerjakan berbagai bagian kapal di PT PAL Indonesia, Surabaya.
Walau keseluruhan produksi dikerjakan di Indonesia, namun PT PAL tetap mendapat pengawalan dan pengawasan yang ketat dalam proses produksi oleh Satuan Tugas Kapal Cepat Rudal 60 dari TNI AL dan Biro Klasifikasi Indonesia. Sehingga, kualitas dan keamanan KCR-60 bisa terjamin. Mengkombinasikan antara kebutuhan TNI-AL dan regulasi pun sempat menjadi tantangan tersendiri bagi PT PAL.
Saat ini ada tiga unit KCR-60 yang beroperasi untuk mengamankan laut nusantara, yaitu KRI Halasan-630 untuk armada wilayah barat serta KRI Sampari-628 dan KRI Tombak-629 untuk armada wilayah timur. Dengan adanya KCR-60 ini, diharapkan makin memperkuat armada kapal perang Indonesia untuk mewujudkan cita-cita pemerintah membangun poros maritim.
Sebagai negeri maritim, Indonesia membutuhkan alat transportasi penghubung antarpulau. Selain itu, wilayah Indonesia yang cukup luas ini dengan hampir 2/3 wilayahnya berupa lautan perlu dijaga. Sebab menyangkut masalah batas wilayah, keamanan, dan keutuhan wilayah NKRI.
PT PAL Indonesia sebagai salah satu industri strategis yang dikenal sebagai penghasil kapal-kapal andalan dalam negeri, harus bisa menjawab tantangan keamanan wilayah NKRI yang mayoritas adalah lautan. Setelah sukses dengan Fast Patrol Boat 57 atau yang lebih dikenal dengan FPB-57, PT PAL kembali ditunjuk pemerintah untuk memproduksi kapal perang bagi TNI AL.
“Bermula dari transfer of technology yang kini juga dikembangkan pemerintahan Joko Widodo. Dahulu, kami membangun Fast Patrol Boat 57 di Jerman. Kami belajar dari Jerman, learning by doing. Kapal itu terbukti handal sampai sekarang. TNI AL menggunakan kapal itu kurang lebih 15 tahun,” kata Ir Hisnawan Permadi, Manpro KCR-60 PT PAL Indonesia.
Kemudian PT PAL Indonesia meningkatkan inovasi di dunia kapal militer dengan menciptakan kapal cepat rudal 60 (KCR 60) yang merupakan pengembangan dari FPB-57.
KCR-60 dalam tahap finalisasi sebelum melaut.
Angka 60 merujuk pada panjang keseluruhan kapal yaitu 60 meter. Pada 23 Mei 2012 diadakan pemotongan plat pertama. Sedangkan pada 2014, KCR-60 selesai diproduksi. KCR-60 ini memiliki lebar 8,1 meter, tinggi geladak 4,85 meter, sarat air 2,6 meter dan berat total 460 ton. Jumlah kru yang dapat ditampung sebanyak 55 orang. Sebagai armada pengembangan dari FPB-57, KCR-60 memiliki banyak keunggulan dari pendahulunya tersebut. Di antaranya, pembuatan KCR-60 ini mulai dari konsep sampai menjadi armada perang menggunakan sumber daya manusia dalam negeri.
“Dahulu TNI AL terbiasa menerima jadi. Kapal datang sudah jadi, sehingga TNI AL tinggal menyesuaikan. Kalau untuk KCR-60 ini dari awal pembuatan, kami berkomunikasi dengan TNI AL. Kapal apa yang mereka butuhkan. Maka lahirlah KCR-60 ini,” tambah Dr Ir M Zaed Yuliadi M.Sc, Kadiv Teknologi PT PAL Indonesia.
Berbagai desain ruangan KCR-60.
Dari segi desain, seperti dikemukakan Ir Gonot Hendrasmono, Kadiv Desain PT PAL Indonesia, keunggulan KCR-60 dibandingkan FPB-57 dari segi interior yang sudah sangat modern dan minimalis walaupun untuk fungsi tempur.
“Kandungan lokalnya pun luar biasa. Misalnya mesin kemudi buatan Pindad. Plat-plat yang digunakan, mebel untuk interior, serta pendingin ruangan sudah menggunakan produk dalam negeri,” lanjut Gonot.
Selain itu, mesin yang digunakan sangat efisien bahan bakarnya tetapi mampu menghasilkan tenaga sesuai yang diharapkan. Adapun kecepatan maksimal yang dapat dijangkau yaitu 28 knots. KCR-60 juga sudah diakomodir untuk hentakan senjata. Jadi, ketika menembakkan senjata dari atas kapal, posisi kapal pun tetap stabil. Bentuk lambung kapal yang bagus dan stabil, model dan siluet yang terlihat gagah membuat TNI AL merasa cocok dengan KCR-60 ini.
Pekerja mengerjakan berbagai bagian kapal di PT PAL Indonesia, Surabaya.
Walau keseluruhan produksi dikerjakan di Indonesia, namun PT PAL tetap mendapat pengawalan dan pengawasan yang ketat dalam proses produksi oleh Satuan Tugas Kapal Cepat Rudal 60 dari TNI AL dan Biro Klasifikasi Indonesia. Sehingga, kualitas dan keamanan KCR-60 bisa terjamin. Mengkombinasikan antara kebutuhan TNI-AL dan regulasi pun sempat menjadi tantangan tersendiri bagi PT PAL.
Saat ini ada tiga unit KCR-60 yang beroperasi untuk mengamankan laut nusantara, yaitu KRI Halasan-630 untuk armada wilayah barat serta KRI Sampari-628 dan KRI Tombak-629 untuk armada wilayah timur. Dengan adanya KCR-60 ini, diharapkan makin memperkuat armada kapal perang Indonesia untuk mewujudkan cita-cita pemerintah membangun poros maritim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.