🛩 Sekelas dengan pesawat N219 buatan PT Dirgantara Indonesia Indonesia, melalui PT. Prasandha Dumayasa, dan Republik Ceko menandatangani komitmen pembelian pesawat jenis L410 NG buatan Ceko di Jakarta, Jumat. (4/11/2022). (ANTARA/Asri Mayang Sari) ☆
Indonesia dan Republik Ceko menandatangani komitmen pembelian pesawat L410 NG buatan Ceko di Jakarta, Jumat, sebagai wujud kerja sama industri pertahanan kedua negara.
Komitmen itu ditandatangani oleh Direktur PT Prasandha Dumayasa Evi Lusviana, Direktur Wise Air Wibisana Sugria, Direktur Sulut Air Marco Dino Umbas, Direktur PT Merpati Maintenance Facility (MMF) Rowin Mangkoesubroto dan Wakil Direktur Komersial Omnipol Asia David Holubec.
"Dari semua (tiga perusahaan) kita kurang lebih yang sudah membeli ada 18 unit pesawat dan lima unit lagi akan menyusul pekan depan," kata Evi, yang juga Ketua Perkumpulan Industri Pertahanan dan Keamanan Swasta Nasional (Pinhantanas) di acara Indo Aerospace Expo & Forum 2022 di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat.
Menurut Evi, pesawat L410 NG sekelas dengan pesawat N219 buatan PT Dirgantara Indonesia (PTDI).
"Tujuan utama saya, yaitu menciptakan ekosistem industri dalam negeri untuk pesawat, yang secara otomatis dapat menciptakan jembatan udara di daerah," ucap Evi.
Tiga perusahaan yang sudah membeli L410 NG adalah Sulut Air sebanyak 10 unit, Wise Air 3 unit dan Star Wisata Air 5 unit, dan ketiganya adalah maskapai yang bekerja sama dengan pemerintah daerah, kata Evi.
Harga pesawat akan ditentukan setelah tawar-menawar dengan pihak manufaktur Ceko.
Namun demikian, Evi mengatakan telah menekankan kepada pihak manufaktur Ceko bahwa apabila pembelian sudah mencapai angka 50 unit pesawat, maka mereka harus membangun ekosistem di Indonesia.
"Kami juga sudah memiliki MRO (maintenance, repair, and overhaul) sehingga lebih memudahkan pengguna pesawat untuk melakukan perawatan," kata Evi menambahkan.
Pesawat L410 NG memiliki panjang 15 meter dengan rentang sayap 19,5 meter dan tinggi 5,9 meter serta berkapasitas 19 penumpang. Pesawat itu didesain dengan maksimum berat take-off 7 ton, maksimum berat landing 6,8 ton, maksimum payload 2,3 ton dan kecepatan maksimum 417 km/jam.
Pesawat itu juga memiliki keunggulan, seperti high performance, modern glass cockpit (Garmin G3000), dan mampu beroperasi dalam kondisi berat dan cuaca ekstrem 50 derajat Celcius.
Pada kategori komuter, pesawat tersebut merupakan pesawat penumpang dengan kabin paling luas, mudah dikendalikan, biaya operasi dan perawatan yang rendah, memiliki desain untuk jarak take-off 590 meter dan jarak landing 600 meter serta telah mengantongi catatan keamanan dan operasi yang baik.
Pesawat buatan Ceko bermesin GE H85, AV-275 propeller itu memiliki berbagai fungsi, misalnya untuk pesawat penumpang, pesawat kargo, ambulans udara, patroli dan pengawasan maritim.
Pesawat L410 NG diproduksi oleh LET, di bawah perusahaan induk Omnipol, yang mampu memproduksi 16 unit pesawat per tahun.
Indonesia dan Republik Ceko menandatangani komitmen pembelian pesawat L410 NG buatan Ceko di Jakarta, Jumat, sebagai wujud kerja sama industri pertahanan kedua negara.
Komitmen itu ditandatangani oleh Direktur PT Prasandha Dumayasa Evi Lusviana, Direktur Wise Air Wibisana Sugria, Direktur Sulut Air Marco Dino Umbas, Direktur PT Merpati Maintenance Facility (MMF) Rowin Mangkoesubroto dan Wakil Direktur Komersial Omnipol Asia David Holubec.
"Dari semua (tiga perusahaan) kita kurang lebih yang sudah membeli ada 18 unit pesawat dan lima unit lagi akan menyusul pekan depan," kata Evi, yang juga Ketua Perkumpulan Industri Pertahanan dan Keamanan Swasta Nasional (Pinhantanas) di acara Indo Aerospace Expo & Forum 2022 di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat.
Menurut Evi, pesawat L410 NG sekelas dengan pesawat N219 buatan PT Dirgantara Indonesia (PTDI).
"Tujuan utama saya, yaitu menciptakan ekosistem industri dalam negeri untuk pesawat, yang secara otomatis dapat menciptakan jembatan udara di daerah," ucap Evi.
Tiga perusahaan yang sudah membeli L410 NG adalah Sulut Air sebanyak 10 unit, Wise Air 3 unit dan Star Wisata Air 5 unit, dan ketiganya adalah maskapai yang bekerja sama dengan pemerintah daerah, kata Evi.
Harga pesawat akan ditentukan setelah tawar-menawar dengan pihak manufaktur Ceko.
Namun demikian, Evi mengatakan telah menekankan kepada pihak manufaktur Ceko bahwa apabila pembelian sudah mencapai angka 50 unit pesawat, maka mereka harus membangun ekosistem di Indonesia.
"Kami juga sudah memiliki MRO (maintenance, repair, and overhaul) sehingga lebih memudahkan pengguna pesawat untuk melakukan perawatan," kata Evi menambahkan.
Pesawat L410 NG memiliki panjang 15 meter dengan rentang sayap 19,5 meter dan tinggi 5,9 meter serta berkapasitas 19 penumpang. Pesawat itu didesain dengan maksimum berat take-off 7 ton, maksimum berat landing 6,8 ton, maksimum payload 2,3 ton dan kecepatan maksimum 417 km/jam.
Pesawat itu juga memiliki keunggulan, seperti high performance, modern glass cockpit (Garmin G3000), dan mampu beroperasi dalam kondisi berat dan cuaca ekstrem 50 derajat Celcius.
Pada kategori komuter, pesawat tersebut merupakan pesawat penumpang dengan kabin paling luas, mudah dikendalikan, biaya operasi dan perawatan yang rendah, memiliki desain untuk jarak take-off 590 meter dan jarak landing 600 meter serta telah mengantongi catatan keamanan dan operasi yang baik.
Pesawat buatan Ceko bermesin GE H85, AV-275 propeller itu memiliki berbagai fungsi, misalnya untuk pesawat penumpang, pesawat kargo, ambulans udara, patroli dan pengawasan maritim.
Pesawat L410 NG diproduksi oleh LET, di bawah perusahaan induk Omnipol, yang mampu memproduksi 16 unit pesawat per tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.