⚓️ Siap Kuasai Teknologi Kunci CEO PAL Bapak Kaharuddin Djenod bersama Mr Helmut Rauch selaku CEO Diehl Defensesaat melakukan penandatanganan MoU. [Sumber Dokumentasi perusahaan]
Dalam upaya menjaga kedaulatan negara dan memenuhi kebutuhan pertahanan bawah laut Indonesia, PT PAL Indonesia tengah mengembangkan produk terbaru yakni Kapal Selam Autonomous (KSOT) atau dikenal dengan kapal selam tanpa awak.
“Proyek kapal selam autonomous ini merupakan mandat dari Kementerian Pertahanan kepada PAL. Sudah sejak beberapa waktu lalu, kita diharapkan bisa menghasilkan suatu produk kapal selam yang memiliki efek gempur yang tinggi sekaligus dikendalikan tanpa awak” terang CEO PAL Bapak Kaharuddin Djenod.
Berlokasi di pameran Indodefence 2022, CEO PT PAL Indonesia Bapak Kaharuddin Djenod melakukan penandatanganan MoU dengan Diehl Defense, yang diwakili oleh Helmut Rauch selaku CEO perusahaan asal Jerman tersebut.
“Penyerapan TKDN dalam KSOT lebih tinggi, dalam KSOT kita melakukan kerjasama dengan perusahaan asal Jerman yang berfokus pada produksi underwater missile. Direncanakan dalam proyek KSOT, underwater missile akan dibangun secara joint production, dan dilakukan di Indonesia” jelas Pak Kaharuddin.
Pengembangan kapal selam tanpa awak sendiri merupakan jawaban bagi kebutuhan pertahanan maritim, khususnya pertahanan bawah laut. Pengembangan desain dan rencana pembangunan kapal selam autonomous sendiri tengah berlangsung di PT PAL Indonesia.
“Kapal selam autonomous bisa dibangun dalam kurun waktu yang terbilang singkat, yakni kurang lebih selama 12 bulan dan siap menjalankan fungsi asasi tempur. Dan KSOT sendiri memiliki periode operasi yang sangat panjang, dimana hal ini tidak dapat dilakukan oleh kapal selam dengan awak. Konsep strategi yang diusung KSOT hampir mirip dengan Kapal Serang Ringan (KSR)” tuturnya.
KSOT (Indomiliter)
Direncanakan memiliki panjang 25 meter, kapal selam tanpa awak ini nantinya akan memiliki kecepatan sebesar 12 knot dan dilengkapi dengan Artificial Intelligence (AI), yang dapat dimonitor dari jarak jauh untuk mengirimkan informasi ke pusat komando. Melalui kerjasama dengan Diehl Defense, Kapal Selam Autonomous (KSOT) nantinya juga akan dilengkapi persenjataan, layaknya kapal selam pada umumnya.
Tak hanya itu, dalam kerjasama ini juga membahas adanya upaya penguasaan teknologi kunci persenjataan bawah permukaan (kapal selam). Seperti yang diketahui, bahwa Jerman merupakan salah satu negara tertua dalam pengembangan teknologi kapal selam dan persenjataannya. Alih-alih hanya menciptakan drone bawah laut, PT PAL Indonesia yang dipimpin oleh Bapak Kaharuddin Djenod melakukan terobosan dengan menghadirkan Kapal Selam Autonomous (KSOT), yang tidak hanya melakukan patroli laut, namun memiliki kapabilitas untuk menembakkan senjata dari dalam laut.
“Sesuai amanat Presiden Jokowi, bahwa fokus industri pertahanan saat ini adalah menuju kemandirian. Sehingga kedepan dapat meminimalisir ketergantungan negara terhadap impor alutsista, sekaligus merubah stigma akan belanja pertahanan menjadi investasi pertahanan” tutup Bapak Kaharuddin Djenod pada kesempatan tersebut.
Indonesia sebagai negara yang 70% luas wilayah berupa perairan, penting akan adanya dukungan kapal selam. Mengingat pembuatan kapal selam pada umumnya memerlukan investasi yang besar dan dalam rentang waktu tertentu, Kapal Selam Autonomous (KSOT) dapat menjadi solusi.
Dalam produksinya, Kapal Selam Autonomous direncanakan memiliki tingkat komponen dalam negeri (TKDN) yang lebih besar dibanding produk-produk kapal perang lainnya.Kapal selam Autonomous sendiri belum banyak dimiliki oleh negara-negara maju.
Dalam upaya menjaga kedaulatan negara dan memenuhi kebutuhan pertahanan bawah laut Indonesia, PT PAL Indonesia tengah mengembangkan produk terbaru yakni Kapal Selam Autonomous (KSOT) atau dikenal dengan kapal selam tanpa awak.
“Proyek kapal selam autonomous ini merupakan mandat dari Kementerian Pertahanan kepada PAL. Sudah sejak beberapa waktu lalu, kita diharapkan bisa menghasilkan suatu produk kapal selam yang memiliki efek gempur yang tinggi sekaligus dikendalikan tanpa awak” terang CEO PAL Bapak Kaharuddin Djenod.
Berlokasi di pameran Indodefence 2022, CEO PT PAL Indonesia Bapak Kaharuddin Djenod melakukan penandatanganan MoU dengan Diehl Defense, yang diwakili oleh Helmut Rauch selaku CEO perusahaan asal Jerman tersebut.
“Penyerapan TKDN dalam KSOT lebih tinggi, dalam KSOT kita melakukan kerjasama dengan perusahaan asal Jerman yang berfokus pada produksi underwater missile. Direncanakan dalam proyek KSOT, underwater missile akan dibangun secara joint production, dan dilakukan di Indonesia” jelas Pak Kaharuddin.
Pengembangan kapal selam tanpa awak sendiri merupakan jawaban bagi kebutuhan pertahanan maritim, khususnya pertahanan bawah laut. Pengembangan desain dan rencana pembangunan kapal selam autonomous sendiri tengah berlangsung di PT PAL Indonesia.
“Kapal selam autonomous bisa dibangun dalam kurun waktu yang terbilang singkat, yakni kurang lebih selama 12 bulan dan siap menjalankan fungsi asasi tempur. Dan KSOT sendiri memiliki periode operasi yang sangat panjang, dimana hal ini tidak dapat dilakukan oleh kapal selam dengan awak. Konsep strategi yang diusung KSOT hampir mirip dengan Kapal Serang Ringan (KSR)” tuturnya.
KSOT (Indomiliter)
Direncanakan memiliki panjang 25 meter, kapal selam tanpa awak ini nantinya akan memiliki kecepatan sebesar 12 knot dan dilengkapi dengan Artificial Intelligence (AI), yang dapat dimonitor dari jarak jauh untuk mengirimkan informasi ke pusat komando. Melalui kerjasama dengan Diehl Defense, Kapal Selam Autonomous (KSOT) nantinya juga akan dilengkapi persenjataan, layaknya kapal selam pada umumnya.
Tak hanya itu, dalam kerjasama ini juga membahas adanya upaya penguasaan teknologi kunci persenjataan bawah permukaan (kapal selam). Seperti yang diketahui, bahwa Jerman merupakan salah satu negara tertua dalam pengembangan teknologi kapal selam dan persenjataannya. Alih-alih hanya menciptakan drone bawah laut, PT PAL Indonesia yang dipimpin oleh Bapak Kaharuddin Djenod melakukan terobosan dengan menghadirkan Kapal Selam Autonomous (KSOT), yang tidak hanya melakukan patroli laut, namun memiliki kapabilitas untuk menembakkan senjata dari dalam laut.
“Sesuai amanat Presiden Jokowi, bahwa fokus industri pertahanan saat ini adalah menuju kemandirian. Sehingga kedepan dapat meminimalisir ketergantungan negara terhadap impor alutsista, sekaligus merubah stigma akan belanja pertahanan menjadi investasi pertahanan” tutup Bapak Kaharuddin Djenod pada kesempatan tersebut.
Indonesia sebagai negara yang 70% luas wilayah berupa perairan, penting akan adanya dukungan kapal selam. Mengingat pembuatan kapal selam pada umumnya memerlukan investasi yang besar dan dalam rentang waktu tertentu, Kapal Selam Autonomous (KSOT) dapat menjadi solusi.
Dalam produksinya, Kapal Selam Autonomous direncanakan memiliki tingkat komponen dalam negeri (TKDN) yang lebih besar dibanding produk-produk kapal perang lainnya.Kapal selam Autonomous sendiri belum banyak dimiliki oleh negara-negara maju.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.