AS mulai kerahkan militernya ke Asia untuk imbangi kehadiran militer Tiongkok di Laut Cina Selatan. (Reuters/US Navy/Korrin Kim) □
Amerika Serikat meminta ijin memasuki markas militer Filipina di delapan lokasi untuk tempat rotasi tentara, pesawat tempur dan kapal perang sebagai bagian rencana Washington mengirim pasukannya ke Asia.
Langkah AS ini diambil untuk mengimbangi perluasan kehadiran militer Tiongkok di Laut Cina Selatan.
Dalam pidato di Arizona, Menteri Pertahanan Ash Carter menjelaskan tahap baru Washington dalam kebijakan “berputar” ke Asia adalah mengerahkan kapal perusak, jet tempur dan tentara paling canggih ke wilayah.
Kebijakan “berputar” ke Asia telah diterapkan dan Marinir AS dirotasi ke kota Darwin, Australia, untuk berlatih.
Kepala staf militer Filipina Jenderal Gregorio Catapang mengatakan, setidaknya delapan lokasi di Filipina telah diidentifikasi sebagai lokasi tempat tentara, pesawat dan kapal perang milik AS akan dirotasi untuk melakukan serangkaian latihan militer.
Tetapi, pemerintah AS harus menunggu hingga Mahkamah Agung Filipina mengeluarkan keputusan terkait keabsahan kesepakatan militer itu secara konstitusi. Manila dan Washington menandatangi kesepakatan militer bernama Enhanced Defense Cooperation Agreement tahun lalu.
“Jika kami memformalkan (sekarang) dan mereka mulai membuat bangunan, tapi ternyata tidak konstitusional, mereka harus membongkar kembali,” ujar Catapang pada Jumat (24/4) malam.
Empat lokasi yang diminta terletak di pulau Luzon, tempat tentara AS dan Filipina biasanya menyelenggarakan latihan bersama, dua lokasi di pulau Cebu dan dua lagi di pulau Palawan yang terletak di dekat kepulauan Spratly yang diperebutkan.
Tiongkok mengklaim sebagian besar wilayah Laut Cina Selatan yang berpotensi kaya akan energi. Klaim ini menimbulkan pertikaian dengan Filipina, Vietnam, Malaysia, Brunei dan Taiwan.
Gambar satelit yagn baru-baru ini diambil memperlihatkan bahwa Tiongkok membuat kemajuan dalam pembangunan landasan pacu yang bisa digunakan untuk keperluan militer di kepulauan Spratly. Kegiatan ini dikecam oleh AS dan sekutu-sekutu Asianya.
Tiongkok membantah tuduhan bahwa aksi yang dilakukan di wilayah milik mereka itu merupakan aksi provokatif.
“Jika kebijakan AS menyeimbangkan ke Asia sudah berjalan penuh, AS akan meminta akses ke pangkalan-pangkalan militer di pulau Mindanao dan landasan pacu sipil di Luzon,” ujar seorang pejabat angkatan laut filipina yang mengetahui kesepakatan kedua negara.
“Amerika tertarik untuk mendapatkan akses ke bandara Laoag dan pulau Batanes, keduanya terletak di Luzon,” ujarnya dan menambahkan bahwa pesawat AS sudah memanfaatkan Batanes ketika perang Irak dan Afghanistan awal 2000-an.
Amerika Serikat juga tertarik untuk kembali ke dua bekas pangkalan militernya di Subic dan Clark yang ditinggalkan pada 1992 setelah Filipina menghentikan kerjasama pangkalan tersebut.(yns)
⚓️ CNN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.