US Army Presentation
Hari kedua Armoured Vehicles Asia 2015 Conference diawali dengan pidato dari Kasum TNI Marsekal Udara Dede Rusamsi mengenai persyaratan ToT serta ketahanan industri dengan partner global, dilanjutkan dengan paparan Serdar Gorguc dari Otokar mengenai teknologi kritis dalam desain kendaraan lapis baja. Menyusul Bob Shaw dari PBB membicarakan mengenai masa depan pelatihan C-IED untuk operator kendaraan. David Kieman dari GSS mempresentasikan mengenai teknologi kursi ranpur untuk peningkatan keselamatan prajurit.
Diskusi panel hari kedua ini membicarakan mengenai sistem senjata, dengan peserta panel dari Otokar, CMI, FN, dan Aselsan. Perwakilan Aselsan, Hikmet Balci, menyatakan bahwa pengembangan sistem senjata akan didorong oleh end user. Dalam pengembangan tersebut, customer tentu menginginkan semua target direalisasikan tepat waktu, vis a vis dengan insinyur yang jika tidak ditempatkan dalam konteks perencanaan yang baik, akan merealisasikannya dalam waktu tidak terbatas. Arah dari pengembangan ranpur adalah pengurangan berat untuk meningkatkan kelincahan, dan integrated weapon system adalah suatu kewajiban.
Pembicara dari CMI melihat Asia sebagai pasar yang berkembang, dan menyatakan bahwa kerjasama dengan indhan lokal tidak terbatas pada ToT saja, namun pada operasi bersama, dengan program pengembangan bersama, untuk menjadi manufacturer dan supplier yang baik. Menanggapi isu konflik kepentingan komersil bila suatu partner sudah menguasai alih teknologi dari partner "mentor", perwakilan FN memberikan solusi berupa kesepakatan pembatasan kemungkinan penjualan pada region atau negara tertentu.
Dr Yazid Ahmad mewakili STRIDE yang merupakan badan di bawah kementrian pertahanan Malaysia. Dia menjelaskan fungsi dari STRIDE dalam proses akuisisi ranpur Angkatan Tentera Malaysia, terutama pendefinisian perspektif user untuk membantu proses desain, pengembangan serta pengujian. Tim STRIDE hadir dalam setiap fase akuisisi senjata Malaysia, bekerja sama dengan tim dari ATM sendiri.
Aselsan melalui Erdinç Mert memaparkan produk-produk RCWS kebanggaan Aselsan. Aselsan mengatakan bahwa sifat struktur modular yang dimiliki oleh sistem RCWS mereka berarti subsistem serupa di nyaris semua lini produk RCWS mereka, sehingga memberikan keuntungan dalam hal ongkos produksi secara keseluruhan.
Paul R Villare dari HQDA US Army memaparkan modernisasi ranpur AD Amerika Serikat, dimana dia menjelaskan bahwa saat ini adanya pengurangan ukuran ketentaraan Amerika Serikat dan pemotongan anggaran (sequestration) memaksa AD AS untuk lebih bijak dalam mengembangkan ranpur generasi terbaru mereka. Salah satu metodenya adalah dengan identifikasi ancaman, dimana dilakukan "bracketing" (pengkategorian) dalam hal penggunaan anggaran. Bracket tersebut didasarkan pada dua jenis ancaman: ancaman yang paling mungkin, dan ancaman yang paling berbahaya. Proporsi penggunaan anggaran untuk mengatasi kedua jenis ancaman tersebut didasari pada survey dan cost equation. Belajar dari kegagalan program-program pengembangan ranpur generasi terbaru seperti program FCV dan GCV, Amerika membuat sebuah capability portfolio review, dimana panelis dari dari Army Requirements Oversight Committee akan memutuskan trade off dalam hal pengembangan spesifikasi ranpur.
Alan Bolster dari AVA menjelaskan mengenai program litbang AFV Kanada. Pasukan Darat Kanada sebagai AD berbasis light armor, menginginkan supaya tahun 2020 dapat menggantikan jajaran M-113 dan kendaraan berbasis LAV-2 dengan yang lebih baru, melalui program Land Operational Vehicles, yang merupakan suatu program dengan sasaran hasil menengah untuk sistem tempur dalam kurun 5 tahun.
Kolonel (Kav) Nugroho Tjendakiarto selaku Wadanpussenkav mewakili Danpussenkav, menutup seminar AVA 2015 dengan pidato terkait pengembangan ranpur yang diinginkan oleh Korps Kavaleri. Adanya ancaman "hybrid war" membuat perlunya pengembangan teknologi, informasi dan komunikasi guna meningkatkan kemampuan tempur. "Kemandirian cara ideal untuk modernisasi pertahanan", merupakan salah satu pernyataan yang diberikan, dimana rencana pengadaan militer sampai dengan 2024 secara strategis dapat ditempuh dengan ToT antara indhan lokal dengan indhan regional dan global, serta sinergi BUMNIS dan swasta. Industri hulu yang kuat akan mampu mendukung industri hilir.
Hari kedua Armoured Vehicles Asia 2015 Conference diawali dengan pidato dari Kasum TNI Marsekal Udara Dede Rusamsi mengenai persyaratan ToT serta ketahanan industri dengan partner global, dilanjutkan dengan paparan Serdar Gorguc dari Otokar mengenai teknologi kritis dalam desain kendaraan lapis baja. Menyusul Bob Shaw dari PBB membicarakan mengenai masa depan pelatihan C-IED untuk operator kendaraan. David Kieman dari GSS mempresentasikan mengenai teknologi kursi ranpur untuk peningkatan keselamatan prajurit.
Diskusi panel hari kedua ini membicarakan mengenai sistem senjata, dengan peserta panel dari Otokar, CMI, FN, dan Aselsan. Perwakilan Aselsan, Hikmet Balci, menyatakan bahwa pengembangan sistem senjata akan didorong oleh end user. Dalam pengembangan tersebut, customer tentu menginginkan semua target direalisasikan tepat waktu, vis a vis dengan insinyur yang jika tidak ditempatkan dalam konteks perencanaan yang baik, akan merealisasikannya dalam waktu tidak terbatas. Arah dari pengembangan ranpur adalah pengurangan berat untuk meningkatkan kelincahan, dan integrated weapon system adalah suatu kewajiban.
Pembicara dari CMI melihat Asia sebagai pasar yang berkembang, dan menyatakan bahwa kerjasama dengan indhan lokal tidak terbatas pada ToT saja, namun pada operasi bersama, dengan program pengembangan bersama, untuk menjadi manufacturer dan supplier yang baik. Menanggapi isu konflik kepentingan komersil bila suatu partner sudah menguasai alih teknologi dari partner "mentor", perwakilan FN memberikan solusi berupa kesepakatan pembatasan kemungkinan penjualan pada region atau negara tertentu.
Dr Yazid Ahmad mewakili STRIDE yang merupakan badan di bawah kementrian pertahanan Malaysia. Dia menjelaskan fungsi dari STRIDE dalam proses akuisisi ranpur Angkatan Tentera Malaysia, terutama pendefinisian perspektif user untuk membantu proses desain, pengembangan serta pengujian. Tim STRIDE hadir dalam setiap fase akuisisi senjata Malaysia, bekerja sama dengan tim dari ATM sendiri.
Aselsan melalui Erdinç Mert memaparkan produk-produk RCWS kebanggaan Aselsan. Aselsan mengatakan bahwa sifat struktur modular yang dimiliki oleh sistem RCWS mereka berarti subsistem serupa di nyaris semua lini produk RCWS mereka, sehingga memberikan keuntungan dalam hal ongkos produksi secara keseluruhan.
Paul R Villare dari HQDA US Army memaparkan modernisasi ranpur AD Amerika Serikat, dimana dia menjelaskan bahwa saat ini adanya pengurangan ukuran ketentaraan Amerika Serikat dan pemotongan anggaran (sequestration) memaksa AD AS untuk lebih bijak dalam mengembangkan ranpur generasi terbaru mereka. Salah satu metodenya adalah dengan identifikasi ancaman, dimana dilakukan "bracketing" (pengkategorian) dalam hal penggunaan anggaran. Bracket tersebut didasarkan pada dua jenis ancaman: ancaman yang paling mungkin, dan ancaman yang paling berbahaya. Proporsi penggunaan anggaran untuk mengatasi kedua jenis ancaman tersebut didasari pada survey dan cost equation. Belajar dari kegagalan program-program pengembangan ranpur generasi terbaru seperti program FCV dan GCV, Amerika membuat sebuah capability portfolio review, dimana panelis dari dari Army Requirements Oversight Committee akan memutuskan trade off dalam hal pengembangan spesifikasi ranpur.
Alan Bolster dari AVA menjelaskan mengenai program litbang AFV Kanada. Pasukan Darat Kanada sebagai AD berbasis light armor, menginginkan supaya tahun 2020 dapat menggantikan jajaran M-113 dan kendaraan berbasis LAV-2 dengan yang lebih baru, melalui program Land Operational Vehicles, yang merupakan suatu program dengan sasaran hasil menengah untuk sistem tempur dalam kurun 5 tahun.
Kolonel (Kav) Nugroho Tjendakiarto selaku Wadanpussenkav mewakili Danpussenkav, menutup seminar AVA 2015 dengan pidato terkait pengembangan ranpur yang diinginkan oleh Korps Kavaleri. Adanya ancaman "hybrid war" membuat perlunya pengembangan teknologi, informasi dan komunikasi guna meningkatkan kemampuan tempur. "Kemandirian cara ideal untuk modernisasi pertahanan", merupakan salah satu pernyataan yang diberikan, dimana rencana pengadaan militer sampai dengan 2024 secara strategis dapat ditempuh dengan ToT antara indhan lokal dengan indhan regional dan global, serta sinergi BUMNIS dan swasta. Industri hulu yang kuat akan mampu mendukung industri hilir.
♘ ARC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.