Presiden Donald Trump (kanan) memerintahkan penasihat militernya, Letnan Jenderal H.R. McMaster, untuk siapkan rencana serangan terhadap Korea Utara. [REUTERS] ★
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memerintahkan penasihat militernya untuk menyiapkan daftar opsi rencana untuk menyerang Korea Utara (Korut) dengan target program nuklirnya. Salah satu penasihat militer Trump, Letnan Jenderal H.R. McMaster, mengonfirmasi perintah itu.
Salah satu opsi yang kemungkinan diambil militer AS adalah mengombinasikan aksi penggerebekan pasukan khusus dan serangan rudal pre-emptive.
Salah satu masalah yang dihadapi dalam operasi militer yang dipimpin Amerika untuk menghantam pemimpin Pyongyang Kim Jong-Un adalah jaringan terowongan yang rumit di bawah ibu kota Pyongyang.
Para perencana perang AS dilaporkan mengalami kesulitan memetakan kompleks bawah tanah rezim Korut. Mereka percaya ada ratusan situs artileri dan pesawat di bawah tanah.
Berbicara kepada Fox News, McMaster mengatakan; “Ini bijaksana untuk melakukannya, bukan?”.
”Presiden sebelumnya dan Presiden Trump sepakat bahwa ini tidak dapat diterima, bahwa apa yang harus terjadi adalah denuklirisasi semenanjung (Korea),” ujar McMaster.
”Presiden telah meminta (kami) harus siap untuk memberikan berbagai macam pilihan untuk menghapus ancaman (nuklir) itu,” katanya, yang dilansir Selasa (11/4/2017).
Laporan ini muncul setelah militer AS meluncurkan rudal-rudal jelajah Tomahawk terhadap pangkalan udara rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad pekan lalu. Penargetan militer rezim Assad oleh AS ini merupakan yang pertama kali sepanjang konflik Suriah.
Korut Nyatakan Siap Perang
Kapal induk bertenaga nuklir AS, USS Carl Vinson, yang dikerahkan ke Semenanjung Korea di dekat perairan Korea Utara. Pyongyang menyatakan siap perang sebagai respons manuver AS. [REUTERS]
Pemerintah Korea Utara (Korut) menyatakan diri siap perang setelah kapal induk Amerika Serikat (AS) USS Carl Vinson dan armada tempurnya dikerahkan ke dekat perairan Korut di Semenanjung Korea. Dalam waktu yang hampir bersamaan, Presiden Donald Trump, memerintahkan penasihat militernya untuk mempersiapkan opsi rencana serangan terhadap Korut.
Kementerian Luar Negeri Republik Demokratik Rakyat Korea (DPRK)—nama resmi Korut—mengutuk manuver Angkatan Laut AS. ”Ini untuk membuktikan bahwa AS bergerak sembrono untuk menyerang DPRK dan telah mencapai tahap serius,” kata kementerian itu yang dilansir kantor berita negara Korut, KCNA, Selasa (11/4/2017).
”DPRK siap untuk bereaksi terhadap modus perang yang diinginkan oleh AS,” lanjut kementerian itu.
”Kami akan membuat AS sepenuhnya bertanggung jawab atas konsekuensi bencana yang akan diemban oleh tindakan keterlaluan,” imbuh kementerian itu.
Korut juga menyatakan siap untuk merespons aksi AS yang mereka sebut “provokator” dengan senjata yang kuat.
”Kami akan mengambil penetralan terberat terhadap provokator untuk membela diri dengan kekuatan yang kuat dari senjata,” sambung kementerian itu.
Kapal induk USS Carl Vinson yang membawa sekitar 60 jet tempur dan ribuan personel di dek-nya semula dijadwalkan untuk melakukan kunjungan sebuah pelabuhan di Australia. Tapi, kapal induk dan armada tempurnya—termasuk dua kapal perang—dialihkan ke perairan Korut pada Sabtu pekan lalu setelah situasi di Semenanjung Korea memanas.
Sebelumnya, salah satu penasihat militer Presiden Trump, Letnan Jenderal H.R. McMaster, mengonfirmasi perintah untuk menyiapkan opsi rencana serangan terhadap Korut. Salah satu opsi yang kemungkinan diambil militer AS adalah mengombinasikan aksi penggerebekan pasukan khusus dan serangan rudal pre-emptive.
Namun, salah satu masalah yang dihadapi dalam operasi militer yang dipimpin Amerika untuk menghantam pemimpin Pyongyang Kim Jong-Un adalah jaringan terowongan yang rumit di bawah Ibu Kota Pyongyang.
Para perencana perang AS dilaporkan mengalami kesulitan memetakan kompleks bawah tanah rezim Korut. Mereka percaya ada ratusan situs artileri dan pesawat di bawah tanah.
Berbicara kepada Fox News, McMaster mengatakan; “Ini bijaksana untuk melakukannya, bukan?”.
”Presiden sebelumnya dan Presiden Trump sepakat bahwa ini tidak dapat diterima, bahwa apa yang harus terjadi adalah denuklirisasi semenanjung (Korea),” ujar McMaster.
”Presiden telah meminta (kami) harus siap untuk memberikan berbagai macam pilihan untuk menghapus ancaman (nuklir) itu,” katanya.
China Kerahkan 150.000 Tentara ke Perbatasan Korut
China dilaporkan mengerahkan sekitar 150.000 tentara ke perbatasan Korea Utara setelah AS memberi sinyal akan meluncurkan serangan terhadap rezim Pyongyang. [REUTERS]
Militer China dilaporkan mengerahkan sekitar 150.000 tentara ke perbatasan Korea Utara (Korut) setelah Amerika Serikat (AS) memberi sinyal akan meluncurkan serangan pre-emptive terhadap rezim Kim Jong-un. Selain tentara, China juga dilaporkan mengirim unit medis.
Laporan itu diterbitkan media Korea, Chosun.com, yang menyebut China mengerahkan pasukan cadangan dari Tentara Pembebasan Rakyat ke Sungai Yalu.
Surat kabar Jepang, Sankei, yang juga melansir laporan itu menyatakan bahwa pengerahan pasukan China dalam jumlah besar tersebut sebagai antisipasi dampak terburuk dari kemungkinan serangan AS terhadap Korut.
Presiden AS Donald Trump dan timnya telah bertemu dengan Presiden China Xi Jinping pekan lalu. Krisis nuklir Korut menjadi salah satu agenda pembicaraan kedua pemimpin dunia tersebut. Para pejabat AS sebelumnya mengklaim Presiden Xi Jinping setuju dengan langkah AS melakukan pelucutan senjata nuklir Korut.
Namun, klaim itu tidak dikonfirmasi pemerintah Beijing maupun kantor berita negara China, Xinhua. China juga tidak mengonfirmasi laporan pengerahan ratusan ribu pasukannya ke perbatasan Korut.
Kendati demikian, sejumlah gambar yang beredar secara online menunjukkan pasukan militer China bergerak di sekitar Shenyang, sebuah kota yang jaraknya lebih dari 200 mil dari perbatasan Korut.
Pengerahan tentara oleh China itu diduga untuk mengantisipasi pengungsi Korut yang akan melarikan diri jika AS nekat meluncurkan serangan udara.
Ketegangan AS dan Korut saat ini sedang memanas, di mana Presiden Trump telah memerintahkan penasihat militernya untuk menyiapkan opsi rencana serangan terhadap rezim Kim Jong-un untuk melenyapkan ancaman nuklir terhadap AS. Selain itu, kapal induk AS, USS Carl Vinson, dan armada tempurnya telah bergerak ke dekat peraian Korut di Semenanjung Korea.
Tak gentar, Korut merespons pengerahan armada kapal induk AS itu dengan menyatakan diri siap perang.
Kementerian Luar Negeri Republik Demokratik Rakyat Korea (DPRK)—nama resmi Korut—mengutuk manuver Angkatan Laut AS. ”Ini untuk membuktikan bahwa AS bergerak sembrono untuk menyerang DPRK dan telah mencapai tahap serius,” kata kementerian itu yang dilansir kantor berita negara Korut, KCNA, Selasa (11/4/2017).
”DPRK siap untuk bereaksi terhadap modus perang yang diinginkan oleh AS,” lanjut kementerian itu. ”Kami akan membuat AS sepenuhnya bertanggung jawab atas konsekuensi bencana yang akan diemban oleh tindakan keterlaluan,” imbuh kementerian itu.
Untuk Lindungi Korsel dan Jepang
Amerika Serikat (AS) menegaskan pengerahan kapal induk bertenaga nuklir USS Carl Vinson dan armada tempurnya ke dekat perairan Korea Utara (Korut) untuk melindungi Korea Selatan (Korsel) dan Jepang. Penegasan ini disampaikan Duta Besar AS untuk Indonesia Joseph R. Donovan Jr.
Menurutnya, kedua negara Asia yang jadi sekutu Washington itu merasa terancam oleh rudal-rudal balistik dan senjata nuklir Korut.
"Jelas, AS memiliki komitmen terhadap Korsel dan dengan Jepang juga. Tindakan Korut ini adalah tindakan yang mendestabilisasi dengan uji rudalnya dan ini merupakan pelanggaran terhadap DK PBB serta hukum internasional," katanya saat ditemui usai menyampaikan kuliah umum di UIN Syarif Hidayatullah, Tanggerang Selatan, Selasa (11/4/2017).
Seperti diberitakan sebelumnya, AS pada akhir pekan lalu mengerahkan kapal induk USS Carl Vinson dan armada tempurnya ke dekat perairan Korut di Semenanjung Korea. Kapal induk itu sedianya dijadwalkan meluncur ke Australia, namun dialihkan ke Semenajung Korea setelah situasi di wilayah itu memanas.
Pemerintah Korut sendiri merespons pengerahan kapal induk AS itu dengan menyetakan diri siap perang.Kementerian Luar Negeri Korut mengutuk keras pengerahan armada kapal induk itu dengan menyebutnya sebagai tindakan sembrono yang mengancam Pyongyang.
Sementara itu, di Washington, Presiden Donald Trump telah memerintahkan penasihat militernya untuk mempersiapkan opsi rencana serangan terhadap Korut. (mas)
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memerintahkan penasihat militernya untuk menyiapkan daftar opsi rencana untuk menyerang Korea Utara (Korut) dengan target program nuklirnya. Salah satu penasihat militer Trump, Letnan Jenderal H.R. McMaster, mengonfirmasi perintah itu.
Salah satu opsi yang kemungkinan diambil militer AS adalah mengombinasikan aksi penggerebekan pasukan khusus dan serangan rudal pre-emptive.
Salah satu masalah yang dihadapi dalam operasi militer yang dipimpin Amerika untuk menghantam pemimpin Pyongyang Kim Jong-Un adalah jaringan terowongan yang rumit di bawah ibu kota Pyongyang.
Para perencana perang AS dilaporkan mengalami kesulitan memetakan kompleks bawah tanah rezim Korut. Mereka percaya ada ratusan situs artileri dan pesawat di bawah tanah.
Berbicara kepada Fox News, McMaster mengatakan; “Ini bijaksana untuk melakukannya, bukan?”.
”Presiden sebelumnya dan Presiden Trump sepakat bahwa ini tidak dapat diterima, bahwa apa yang harus terjadi adalah denuklirisasi semenanjung (Korea),” ujar McMaster.
”Presiden telah meminta (kami) harus siap untuk memberikan berbagai macam pilihan untuk menghapus ancaman (nuklir) itu,” katanya, yang dilansir Selasa (11/4/2017).
Laporan ini muncul setelah militer AS meluncurkan rudal-rudal jelajah Tomahawk terhadap pangkalan udara rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad pekan lalu. Penargetan militer rezim Assad oleh AS ini merupakan yang pertama kali sepanjang konflik Suriah.
Korut Nyatakan Siap Perang
Kapal induk bertenaga nuklir AS, USS Carl Vinson, yang dikerahkan ke Semenanjung Korea di dekat perairan Korea Utara. Pyongyang menyatakan siap perang sebagai respons manuver AS. [REUTERS]
Pemerintah Korea Utara (Korut) menyatakan diri siap perang setelah kapal induk Amerika Serikat (AS) USS Carl Vinson dan armada tempurnya dikerahkan ke dekat perairan Korut di Semenanjung Korea. Dalam waktu yang hampir bersamaan, Presiden Donald Trump, memerintahkan penasihat militernya untuk mempersiapkan opsi rencana serangan terhadap Korut.
Kementerian Luar Negeri Republik Demokratik Rakyat Korea (DPRK)—nama resmi Korut—mengutuk manuver Angkatan Laut AS. ”Ini untuk membuktikan bahwa AS bergerak sembrono untuk menyerang DPRK dan telah mencapai tahap serius,” kata kementerian itu yang dilansir kantor berita negara Korut, KCNA, Selasa (11/4/2017).
”DPRK siap untuk bereaksi terhadap modus perang yang diinginkan oleh AS,” lanjut kementerian itu.
”Kami akan membuat AS sepenuhnya bertanggung jawab atas konsekuensi bencana yang akan diemban oleh tindakan keterlaluan,” imbuh kementerian itu.
Korut juga menyatakan siap untuk merespons aksi AS yang mereka sebut “provokator” dengan senjata yang kuat.
”Kami akan mengambil penetralan terberat terhadap provokator untuk membela diri dengan kekuatan yang kuat dari senjata,” sambung kementerian itu.
Kapal induk USS Carl Vinson yang membawa sekitar 60 jet tempur dan ribuan personel di dek-nya semula dijadwalkan untuk melakukan kunjungan sebuah pelabuhan di Australia. Tapi, kapal induk dan armada tempurnya—termasuk dua kapal perang—dialihkan ke perairan Korut pada Sabtu pekan lalu setelah situasi di Semenanjung Korea memanas.
Sebelumnya, salah satu penasihat militer Presiden Trump, Letnan Jenderal H.R. McMaster, mengonfirmasi perintah untuk menyiapkan opsi rencana serangan terhadap Korut. Salah satu opsi yang kemungkinan diambil militer AS adalah mengombinasikan aksi penggerebekan pasukan khusus dan serangan rudal pre-emptive.
Namun, salah satu masalah yang dihadapi dalam operasi militer yang dipimpin Amerika untuk menghantam pemimpin Pyongyang Kim Jong-Un adalah jaringan terowongan yang rumit di bawah Ibu Kota Pyongyang.
Para perencana perang AS dilaporkan mengalami kesulitan memetakan kompleks bawah tanah rezim Korut. Mereka percaya ada ratusan situs artileri dan pesawat di bawah tanah.
Berbicara kepada Fox News, McMaster mengatakan; “Ini bijaksana untuk melakukannya, bukan?”.
”Presiden sebelumnya dan Presiden Trump sepakat bahwa ini tidak dapat diterima, bahwa apa yang harus terjadi adalah denuklirisasi semenanjung (Korea),” ujar McMaster.
”Presiden telah meminta (kami) harus siap untuk memberikan berbagai macam pilihan untuk menghapus ancaman (nuklir) itu,” katanya.
China Kerahkan 150.000 Tentara ke Perbatasan Korut
China dilaporkan mengerahkan sekitar 150.000 tentara ke perbatasan Korea Utara setelah AS memberi sinyal akan meluncurkan serangan terhadap rezim Pyongyang. [REUTERS]
Militer China dilaporkan mengerahkan sekitar 150.000 tentara ke perbatasan Korea Utara (Korut) setelah Amerika Serikat (AS) memberi sinyal akan meluncurkan serangan pre-emptive terhadap rezim Kim Jong-un. Selain tentara, China juga dilaporkan mengirim unit medis.
Laporan itu diterbitkan media Korea, Chosun.com, yang menyebut China mengerahkan pasukan cadangan dari Tentara Pembebasan Rakyat ke Sungai Yalu.
Surat kabar Jepang, Sankei, yang juga melansir laporan itu menyatakan bahwa pengerahan pasukan China dalam jumlah besar tersebut sebagai antisipasi dampak terburuk dari kemungkinan serangan AS terhadap Korut.
Presiden AS Donald Trump dan timnya telah bertemu dengan Presiden China Xi Jinping pekan lalu. Krisis nuklir Korut menjadi salah satu agenda pembicaraan kedua pemimpin dunia tersebut. Para pejabat AS sebelumnya mengklaim Presiden Xi Jinping setuju dengan langkah AS melakukan pelucutan senjata nuklir Korut.
Namun, klaim itu tidak dikonfirmasi pemerintah Beijing maupun kantor berita negara China, Xinhua. China juga tidak mengonfirmasi laporan pengerahan ratusan ribu pasukannya ke perbatasan Korut.
Kendati demikian, sejumlah gambar yang beredar secara online menunjukkan pasukan militer China bergerak di sekitar Shenyang, sebuah kota yang jaraknya lebih dari 200 mil dari perbatasan Korut.
Pengerahan tentara oleh China itu diduga untuk mengantisipasi pengungsi Korut yang akan melarikan diri jika AS nekat meluncurkan serangan udara.
Ketegangan AS dan Korut saat ini sedang memanas, di mana Presiden Trump telah memerintahkan penasihat militernya untuk menyiapkan opsi rencana serangan terhadap rezim Kim Jong-un untuk melenyapkan ancaman nuklir terhadap AS. Selain itu, kapal induk AS, USS Carl Vinson, dan armada tempurnya telah bergerak ke dekat peraian Korut di Semenanjung Korea.
Tak gentar, Korut merespons pengerahan armada kapal induk AS itu dengan menyatakan diri siap perang.
Kementerian Luar Negeri Republik Demokratik Rakyat Korea (DPRK)—nama resmi Korut—mengutuk manuver Angkatan Laut AS. ”Ini untuk membuktikan bahwa AS bergerak sembrono untuk menyerang DPRK dan telah mencapai tahap serius,” kata kementerian itu yang dilansir kantor berita negara Korut, KCNA, Selasa (11/4/2017).
”DPRK siap untuk bereaksi terhadap modus perang yang diinginkan oleh AS,” lanjut kementerian itu. ”Kami akan membuat AS sepenuhnya bertanggung jawab atas konsekuensi bencana yang akan diemban oleh tindakan keterlaluan,” imbuh kementerian itu.
Untuk Lindungi Korsel dan Jepang
Amerika Serikat (AS) menegaskan pengerahan kapal induk bertenaga nuklir USS Carl Vinson dan armada tempurnya ke dekat perairan Korea Utara (Korut) untuk melindungi Korea Selatan (Korsel) dan Jepang. Penegasan ini disampaikan Duta Besar AS untuk Indonesia Joseph R. Donovan Jr.
Menurutnya, kedua negara Asia yang jadi sekutu Washington itu merasa terancam oleh rudal-rudal balistik dan senjata nuklir Korut.
"Jelas, AS memiliki komitmen terhadap Korsel dan dengan Jepang juga. Tindakan Korut ini adalah tindakan yang mendestabilisasi dengan uji rudalnya dan ini merupakan pelanggaran terhadap DK PBB serta hukum internasional," katanya saat ditemui usai menyampaikan kuliah umum di UIN Syarif Hidayatullah, Tanggerang Selatan, Selasa (11/4/2017).
Seperti diberitakan sebelumnya, AS pada akhir pekan lalu mengerahkan kapal induk USS Carl Vinson dan armada tempurnya ke dekat perairan Korut di Semenanjung Korea. Kapal induk itu sedianya dijadwalkan meluncur ke Australia, namun dialihkan ke Semenajung Korea setelah situasi di wilayah itu memanas.
Pemerintah Korut sendiri merespons pengerahan kapal induk AS itu dengan menyetakan diri siap perang.Kementerian Luar Negeri Korut mengutuk keras pengerahan armada kapal induk itu dengan menyebutnya sebagai tindakan sembrono yang mengancam Pyongyang.
Sementara itu, di Washington, Presiden Donald Trump telah memerintahkan penasihat militernya untuk mempersiapkan opsi rencana serangan terhadap Korut. (mas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.