Ilustrasi KRI TNI AL
Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang berada di antara dua benua dan samudera yakni, Benua Asia dan Australia serta Samudera Hindia dan Pasifik. Letaknya yang sangat strategis, membuat Indonesia berpotensi menjadi pintu gerbang dan pusat aktivitas kegiatan ekonomi maritim.
Meski demikian, sebagai negara maritime Indonesia juga dihadapkan pada berbagai macam tantangan. Untuk itu, Indonesia perlu membangun kekuatan pertahanan dan keamanan maritim yang kuat dan proporsional sesuai dengan luas wilayah dan ancaman yang dihadapi.
”Seluruh stakeholders harus terus mengembangkan Maritime Domain Awarness (MDA). Karena, wilayah Indonesia adalah dua pertiga dari Asia Tenggara dan urat nadi jalur perdagangan internasional merupakan kunci stabilitas kawasan dan barometer bagi situasi kemanan maritime di kawasan ASEAN dan berpengaruh besar pada dunia,” ujar pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Kertopati saat Seminar Maritim Seskoal 2020 yang mengambil tema “Membangun Kembali Budaya Maritim Indonesia melalui Kebijakan Kelautan Indonesia dengan Strategi Pertahanan Maritim Indonesia” di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut (Seskoal), Jakarta Selatan, Selasa (3/11/2020).
Saat ini, agresivitas Tiongkok yang memiliki kekuatan besar ekonomi dan militer tengah berusaha menguasai jalur perdagangan Indo Pasifik dengan cara membangun beberapa pelabuhan di negara partisipan. Semua dilakukan untuk kepentingan strategis Tiongkok yang tentunya dapat membawa ancaman di kawasan.
Di sisi lain, Amerika Serikat bersama dengan Jepang, India, dan Australia juga telah membentuk suatu aliansi strategis untuk memperkuat konsep free and open Indo Pasifik. Secara tidak langsung, upaya tersebut juga untuk melaksanakan fungsi menahan pengaruh Tiongkok di kawasan. ”Belakangan aliansi tersebut juga mulai menggalang dukungan dari negara-negara ASEAN. Saat ini perubahan postur pertahanan global juga telah memunculkan adanya ancaman siber, termasuk kejahatan siber, perebutan data personal untuk kepentingan bisnis dan pertahanan untuk mendeteksi pola mobilitas penduduk dan kompetisi nubika,” kata Nuning, panggilan akrab Susaningtyas Kertopati.
Karena itu, peran TNI Angkatan Laut (AL) dalam menjaga kedaulatan laut yuridiksi nasional dan stabilitas keamanan maritim harus menjadi konsentrasi utama dalam berbagai operasi militer, baik unilateral, bilateral, ataupun multilateral. ”Untuk itu, kualitas dan kuantitas operasi militer harus lebih efektif dan efisien dalam mengantisipasi dinamika lingkungan strategis dan perkembangan teknologi yang memengaruhi pola dan jenis gelar operasi militer. Secara khusus, kemampuan diplomasi dan kerja sama antar Angkatan Laut negara-negara ASEAN dibutuhkan untuk menjaga stabilitas kawasan dan menjaga sentralitas ASEAN,” ucapnya.
Mantan anggota Komisi I DPR ini juga menilai, pentingnya pemanfaatan Big Data dan Artificial Intelligence dalam pengolahan sistem keamanan maritim dalam konteks menjaga stabilitas keamanan maritim Indonesia dan kawasan. ”Kemampuan diplomasi maritim dibutuhkan untuk menjaga Indonesia tidak menjadi proxy dari pertarungan kekuatan besar di kawasan, yaitu AS dan China. Seskoal sebagai lembaga pendidikan tertinggi di TNI AL sebagai mercusuar kembalinya budaya maritime Indonesia kepada seluruh generasi muda Bangsa Indonesia dengan peran penting para Pasis Seskoal sebagai leader of change,” ucapnya. (cip)
Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang berada di antara dua benua dan samudera yakni, Benua Asia dan Australia serta Samudera Hindia dan Pasifik. Letaknya yang sangat strategis, membuat Indonesia berpotensi menjadi pintu gerbang dan pusat aktivitas kegiatan ekonomi maritim.
Meski demikian, sebagai negara maritime Indonesia juga dihadapkan pada berbagai macam tantangan. Untuk itu, Indonesia perlu membangun kekuatan pertahanan dan keamanan maritim yang kuat dan proporsional sesuai dengan luas wilayah dan ancaman yang dihadapi.
”Seluruh stakeholders harus terus mengembangkan Maritime Domain Awarness (MDA). Karena, wilayah Indonesia adalah dua pertiga dari Asia Tenggara dan urat nadi jalur perdagangan internasional merupakan kunci stabilitas kawasan dan barometer bagi situasi kemanan maritime di kawasan ASEAN dan berpengaruh besar pada dunia,” ujar pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Kertopati saat Seminar Maritim Seskoal 2020 yang mengambil tema “Membangun Kembali Budaya Maritim Indonesia melalui Kebijakan Kelautan Indonesia dengan Strategi Pertahanan Maritim Indonesia” di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut (Seskoal), Jakarta Selatan, Selasa (3/11/2020).
Saat ini, agresivitas Tiongkok yang memiliki kekuatan besar ekonomi dan militer tengah berusaha menguasai jalur perdagangan Indo Pasifik dengan cara membangun beberapa pelabuhan di negara partisipan. Semua dilakukan untuk kepentingan strategis Tiongkok yang tentunya dapat membawa ancaman di kawasan.
Di sisi lain, Amerika Serikat bersama dengan Jepang, India, dan Australia juga telah membentuk suatu aliansi strategis untuk memperkuat konsep free and open Indo Pasifik. Secara tidak langsung, upaya tersebut juga untuk melaksanakan fungsi menahan pengaruh Tiongkok di kawasan. ”Belakangan aliansi tersebut juga mulai menggalang dukungan dari negara-negara ASEAN. Saat ini perubahan postur pertahanan global juga telah memunculkan adanya ancaman siber, termasuk kejahatan siber, perebutan data personal untuk kepentingan bisnis dan pertahanan untuk mendeteksi pola mobilitas penduduk dan kompetisi nubika,” kata Nuning, panggilan akrab Susaningtyas Kertopati.
Karena itu, peran TNI Angkatan Laut (AL) dalam menjaga kedaulatan laut yuridiksi nasional dan stabilitas keamanan maritim harus menjadi konsentrasi utama dalam berbagai operasi militer, baik unilateral, bilateral, ataupun multilateral. ”Untuk itu, kualitas dan kuantitas operasi militer harus lebih efektif dan efisien dalam mengantisipasi dinamika lingkungan strategis dan perkembangan teknologi yang memengaruhi pola dan jenis gelar operasi militer. Secara khusus, kemampuan diplomasi dan kerja sama antar Angkatan Laut negara-negara ASEAN dibutuhkan untuk menjaga stabilitas kawasan dan menjaga sentralitas ASEAN,” ucapnya.
Mantan anggota Komisi I DPR ini juga menilai, pentingnya pemanfaatan Big Data dan Artificial Intelligence dalam pengolahan sistem keamanan maritim dalam konteks menjaga stabilitas keamanan maritim Indonesia dan kawasan. ”Kemampuan diplomasi maritim dibutuhkan untuk menjaga Indonesia tidak menjadi proxy dari pertarungan kekuatan besar di kawasan, yaitu AS dan China. Seskoal sebagai lembaga pendidikan tertinggi di TNI AL sebagai mercusuar kembalinya budaya maritime Indonesia kepada seluruh generasi muda Bangsa Indonesia dengan peran penting para Pasis Seskoal sebagai leader of change,” ucapnya. (cip)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.