Ilustrasi - Pasukan Konga TNI di Libanon |
Dalam situasi semacam ini memang kendaraan angkutan umum apapun dicurigai jika masuk dari Kroatia menuju Bosnia. Dan kenapa pasukan memilih memakai kendaraan umum yang disewa karena kendaraan yang dipakai pasukan perdamaian pada bagian roda memakai rantai khusus untuk salju. Lettu Mamak mengakui bahwa mereka kurang berpengalaman untuk mengendarai kendaraan sejenis itu di salju.
Semetara itu, pada situasi kisruh siapapun bisa saja dianggap memberikan bantuan kepada salah satu musuh masing-masing yang sedang bertikai. Meskipun sudah memberikan indentitas sebagai pasukan perdamaian yang bertugas mengantar logistik, tetap saja Lettu Mamak dan rekan-rekannya tak diperbolehkan memasuki ke wilayah itu. "Saya saat itu sempat pasrah. tapi akhirnya setelah melakukan kontak dengan base camp dan memberikan keyakinan kepada polisi setempat, akhirnya kami bisa menunggu komandan logistik yang langsung mengganti kendaraan yang kami pakai dengan kendaraan dari pasukan perdamaian. syukurlah kami bisa lolos, meskipun harus menginap semalam di daerah bersalju," papar bapak satu putera itu.
Itulah cuplikan kisah dari anggota pasukan TNI AD yang bertugas sebagai pasukan perdamaian di Bosnia tahun 1995 lalu. Lettu Mamak kali ini pun beruntung, karena dia akhirnya lolos lagi sebagai pasukan perdamaian untuk menjadi Satgas Kizi TNI OPP Munoc atau disebut Kontingen Garuda XX-D yang bertugas di Kongo.
Sebagai anggota Kompi Zeni baginya bertugas di daerah yang sedang bermasalah memang sudah menjadi kebiasaannya. "Kuncinya sebenarnya sederhana, yaitu bisa dekat dengan adat dan kebiasaan masyarakat setempat, maka kita sebagai pasukan diterima dengan terbuka. Dan semua itu bisa didapatkan karena pembinaan teritorial yang biasa di lakukan TNI dalam tugas sehari-hari," ujarnya. Menurutnya jika pasukan diterima masyarakat setempat maka target dan misi yang diemban menurutnya tidak mustahil untuk dijalankan dengan baik.
"Kami yang pernah bertugas di Bosnia tahun 1995 malah heran, ketika masa tugas kami selesai, khususnya pasukan Indonesia diantar oleh sebagian masyarakat dan bahkan dari mereka merasa kehilangan sampai menangis ketika kami pulang," paparnya.
Selain vertugas di luar negeri beberapa kali, anggota YonZipur 13 ini pernah dikirim ke Aceh dan Papua. Sebernarnya namanya sudah dicalonkan lagi untuk dikirim ke Kontingen Garuda XX-C yang saat itu bertugas di Kongo, tetapi karena dia masih bertugas di Aceh, pra dan pasca Tsunami maka dialihkan ke prajurit lain. Anggota Zeni TNI AD ini dalam pasukan perdamaian kali ini ditunjuk sebagai Danton Bantuan yang bertugas untuk menyiapkan sarana dan prasarana air dan listrik. "Kami menilai pengalamannya sudah cukup mumpuni untuk menangani dua hal penting ini," ujar Mayor CZI Jamalulael. Pengalaman Lettu Mamak di Bosnia adalah membangun bangunan hanggar pesawat atau disebut rubb hall, untuk dipakai oleh pasukan perdamaian sebagai base camp. dia mendapat pelatihan pertama dari teknik memasang perlengkapan itu yang dibuat oleh Norwegia.
Saat ini Lettu Mamak yang masuk TNI melalui secaba dan sudah beberapa kali mengikuti pendidikan di Pusdikzi Kodiklatad Bogor sedang mempersiapkan diri untuk berangkat ke Kongo, dan dia berharap pasukan Garuda XX-D ini bisa sukses seperti pasukan-pasukan yang dikirim sebelumnya. Tugas pasukan ini memang tidak mudah karena di utamakan untuk memberikan bantuan zeni seperti dengan membangun prasarana dan sarana umum seperti jalan umum, membangun tempat tinggal yang permanen dan bahkan lapangan terbang.
- Majalah Defender, Oktober 2006 -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.