KRI Tongkol 813 |
Surabaya, 02 mei 2012
Tiga
kapal perang yang tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) Patroli
Kordinasi Australia Indonesia (Patkor Ausindo) tahun 2012, dihantam
gelombang setinggi kurang lebih 6 meter, ketika melintasi Samudera
Hindia, belum lama ini, Kamis (26/04). Ke tiga kapal perang tersebut
adalah KRI Kakap-811 yang dikomandani Mayor Laut (P) Himawan, KRI
Tongkol-813 yang dikomandani Mayor Laut (P) Bimo Aji dan sebuah kapal
perang Australia HMAS Pirie-P87.
Sejak
angkat jangkar dari Pulau Pasir (Ashmore Reef) tanggal 25 April 2012
pukul 18.00 (waktu Darwin) menuju Darwin, kapal sudah mulai dihantam
gelombang namun skalanya masih tergolong sedang. Setelah keluar dari
Pulau Pasir sekitar 4 jam kemudian, konvoi kapal-kapal perang tersebut
beranjak memasuki Samudera Hindia. Cuaca saat itu mulai gelap, tiupan
angin makin kencang, dengan kecepatan hingga 50 knot disertai derasnya
arus air laut yang menimbulkan gelombang tinggi mencapai 5 sampai 7
meter.
KRI
Kakap berada disebelah kiri dari formasi berjajar, ditengah ada HMAS
Pirie dan sebelah kanan KRI Tongkol. Menyeberangi perairan Samudera
Hindia kapal-kapal perang tersebut terus menjalin komunikasi secara
periodik. Konvoi ke tiga kapal perang tersebut terus memecah gelombang
dan menembus gelapnya malam. Namun pergantian waktu dari malam ke siang
hari tidak membuat ombak dan angin kencang menjadi surut. Prajurit KRI
Kakap sudah merasa kelelahan akibat semalaman tidak tidur, namun mereka
harus berjuang kembali mengendalikan kapal tetap dalam formasi.
KRI Kakap 811 dan HMAS Pirie P87 |
Perjuangan
para awak kapal perang tidak sampai disitu, setelah melewati sehari
semalam melawan ganasnya alam, malam berikutnya yakni malam ke dua
perjalanan menuju Darwin, konvoi ke tiga kapal perang, kembali diterjang
gelombang setinggi 7 meter. Dalam formasi tersebut kapal menggunakan
balingan 700 hingga 1.100 rpm dengan kecepatan rata-rata 8 sampai 16
knot. Formasi kapal berlawanan dengan gelombang air laut yang datang
dari arah selatan menuju ke utara. Hal itu membuat kapal seperti timbul
tenggelam ditengah samudera.
Sehari
semalam tidak dapat istirahat dan makan, kemampuan fisik prajurit KRI
Kakap mulai menurun, namun mereka harus tetap membawa kapal dalam
formasi sampai ke Darwin. Terjangan ombak yang bertubi-tubi, membuat
seisi kapal seolah hancur berantakan, perabotan seperti kursi, tempat
tidur, piring, gelas dan benda-benda mudah bergerak lainnya yang luput
dari ikatan jatuh berserakan di lantai. Bahkan air yang berada di bak
penampungan di kamar madi tumpah bercampur benda-benda lainnya dan
menggenangi koridor kapal.
Semetara
itu prajurit KRI Kakap terus berusaha mengendalikan kapal dan
menyelamatkan benda-benda disekitar mereka. Komandan KRI Kakap Mayor
Laut (P) Himawan, menghimbau dan memberikan semangat kepada prajuritnya
agar terus berusaha mengendalikan kapal dan tetap berdo’a memohon kepada
Tuhan Yang maha Esa, supaya badai dapat segera berlalu. Bintara Utama
(Bama) KRI Kakap Serda Bah Dedi Supriadi berusaha menyelamatkan
benda-benda yang ada di geladak terbuka dari hantaman gelombang air
laut.
Malam
semakin larut, namun gelombang tinggi tidak kunjung surut. Sudah satu
hari dua malam prajurit KRI Kakap tidak makan, dapur dan isinya
berantakan, mereka hanya bertahan dengan makan roti kabin, meskipun
setelah itu harus di muntahkan kembali karena perut mual akibat
goncangan kapal yang bertubi-tubi. Kapal terasa bergetar hebat seolah
mau patah ketika dihempas ombak dari arah haluan lambung kanan. Sesekali
terjangan air laut sampai di atas anjungan menyapu benda apa saja yang
ada di geladak haluan dan sekitarnya. (Dispenarmatim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.