Menteri Pertahanan Kolombia, Luis Carlos Villegas saat memberi keterangan pers (Foto: TIME)
Pemberontak sayap kiri Kolombia menyerang dan membunuh 11 tentara dan satu polisi yang sedang membawa hasil penghitungan suara ke Ibu Kota Bogota. Aksi ini dianggap dapat merusak pemilihan yang berlangsung cukup damai.
Serangan terjadi Minggu 25 Oktober 2015 malam waktu setempat di Negara Bagian Boyaca. Kelompok pemberontak Tentara Nasional Liberal (ELN) menembak dan memasang alat peledak pada karavan yang digunakan mengangkut penghitungan suara.
Menurut Menteri Pertahanan Kolombia, Luis Carlos Villegas, tentara dan polisi baru saja meninggalkan serta membawa hasil penghitungan suara dari masyarakat adat Uwa. Tiga tentara terluka dan enam lainnya dilaporkan hilang.
“Ini menunjukkan ELN tidak mengerti bahwa ini adalah saatnya untuk damai bukan perang,” tegas Presiden Kolombia Juan Manuel Santos, seperti dilaporkan TIME, Selasa (27/10/2015).
“Kalau ELN berpikir tindakan ini akan membuat mereka mendapat ruang politik atau memperkuat mereka dalam negosiasi, mereka salah besar,” lanjut pria berusia 64 tahun itu.
Juan Manuel Santos menyatakan militer akan kembali melakukan serangan pada ELN sebagai balasan. Pria asal Bogota itu kesal karena ELN dianggap mengabaikan usaha negara dan beberapa kelompok pemberontak untuk berdamai.
Sejak 2012, Pemerintah Kolombia telah bekerja sama dengan kelompok pemberontak ekstrem sayap kiri, Revolusi Angkatan Bersenjata Kolombia (FARC), untuk mengusahakan perdamaian. Pada awal Oktober 2015, keduanya sepakat mencari orang hilang akibat perang saudara. (hmr)
Pemberontak sayap kiri Kolombia menyerang dan membunuh 11 tentara dan satu polisi yang sedang membawa hasil penghitungan suara ke Ibu Kota Bogota. Aksi ini dianggap dapat merusak pemilihan yang berlangsung cukup damai.
Serangan terjadi Minggu 25 Oktober 2015 malam waktu setempat di Negara Bagian Boyaca. Kelompok pemberontak Tentara Nasional Liberal (ELN) menembak dan memasang alat peledak pada karavan yang digunakan mengangkut penghitungan suara.
Menurut Menteri Pertahanan Kolombia, Luis Carlos Villegas, tentara dan polisi baru saja meninggalkan serta membawa hasil penghitungan suara dari masyarakat adat Uwa. Tiga tentara terluka dan enam lainnya dilaporkan hilang.
“Ini menunjukkan ELN tidak mengerti bahwa ini adalah saatnya untuk damai bukan perang,” tegas Presiden Kolombia Juan Manuel Santos, seperti dilaporkan TIME, Selasa (27/10/2015).
“Kalau ELN berpikir tindakan ini akan membuat mereka mendapat ruang politik atau memperkuat mereka dalam negosiasi, mereka salah besar,” lanjut pria berusia 64 tahun itu.
Juan Manuel Santos menyatakan militer akan kembali melakukan serangan pada ELN sebagai balasan. Pria asal Bogota itu kesal karena ELN dianggap mengabaikan usaha negara dan beberapa kelompok pemberontak untuk berdamai.
Sejak 2012, Pemerintah Kolombia telah bekerja sama dengan kelompok pemberontak ekstrem sayap kiri, Revolusi Angkatan Bersenjata Kolombia (FARC), untuk mengusahakan perdamaian. Pada awal Oktober 2015, keduanya sepakat mencari orang hilang akibat perang saudara. (hmr)
★ okezone
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.