Mengenang Kapten Muslihat Kota Bogor dalam sudut pandang sejarah, tidak dipandang sebagai kota yang bergairah dalam perjuangan nasional. Tidak banyak sejarah perjuangan dari kota ini yang mengemuka dan dibicarakan oleh masyarakat.
Namun, ada satu sosok yang menjadi trademark dan cukup kesohor namanya seantero Bogor dan namanyapun diabadikan menjadi salah satu jalan utama, sepanjang Stasiun Bogor. Ya dia adalah Kapten Muslihat, pejuang asal Pandeglang yang mengabdikan dirinya untuk wilayah Bogor.
Hal menarik dari sosoknya adalah strategi perang Sang Kapten yang mengadopsi gaya gerilya milik Panglima Besar Sudirman.
"Pernah dalam suatu pertempuran di Panaragan, ketika komandan pleton dari barisan lain memerintahkan untuk pasukannya berperang dengan tiarap, Leptu (pangkat Muslihat sebelum gugur-red) tidak demikian. Ia memerintahkan pasukannya untuk berdiri dan hadapi tentara Inggris secara terbuka," kisah Mahrup, Sejarawan yang juga Koordinator Pemandu Museum Perjuangan Bogor saat berbincang dengan detikcom.
Selain strategi gerilyanya, Kapten Muslihat juga merupakan sosok cerdik yang memiliki pemikiran-pemikiran kreatif dan penuh trik. Karena alasan ini pulalah dia diangkat sebagai Shudanco atau Komandan Pleton di PETA dalam usia yang sangat muda, 19 tahun.
Dikutip dari laporan penelitian yang ditulis Dr Mohammad Iskandar, ada sebuah momen menarik pada tanggal 9 September 1945. Kala itu, tentara sekutu mengultimatum para pasukan pribumi di Bogor untuk mengosongkan wilayah. Muslihat dan pasukan kemudian memilih untuk mundur ke markas di Mantarena.
Namun keesokan harinya mereka melakukan penyerangan secara tiba-tiba di wilayah yang tidak dijaga ketat oleh pasukan sekutu di daerah Cibinong yang menewaskan banyak tentara Inggris. Saat itu Muslihat menyamar seperti rakyat biasa, dengan mengenakan kaos saja tanpa ada embel-embel tentara perang.
Kemudian yang menarik lainnya adalah idenya mengenai penyerangan yang berujung direbutnya kembali keresidenan Bogor dari tangan Inggris dan Sekutu pada 25 Desember 1945. Tanggal itu dipilih karena banyak tentara Inggris yang lengah dan sedang berpesta merayakan hari Natal.
Sosok cerdik dan penuh trik merupakan salah satu faktor kuat yang membuat Kapten Muslihat menjadi sosok yang mudah dikenang, khususnya bagi masyarakat Bogor.
Kapten Muslihat adalah pahlawan gugur di medan perang saat menyerang tentara Inggris di Jalan Banten (sekarang Jl Kapten Muslihat-red) pada 25 Desember 1945. Kapten Muslihat tertembak dua kali hingga akhirnya gugur di usia yang sangat muda yakni 19 tahun.
Sebelum jadi tentara, Muslihat pernah bekerja di Bosbouw Proefstation atau Balai Penelitian Kehutanan di Gunung Batu Bogor. Dia juga pernah bekerja di Rumah Sakit Kedung Halang Bogor menjadi juru rawat. Lalu pindah lagi ke jawatan kehutanan. Hingga akhirnya bergabung bersama Pembela Tanah Air (PETA) dan berjuang mengusir penjajah dari Kota Bogor.
Bukti-bukti perjuangan Sang Kapten diabadikan dalam foto, patung dan diorama di dalam Museum Perjoangan Bogor.
Namun, ada satu sosok yang menjadi trademark dan cukup kesohor namanya seantero Bogor dan namanyapun diabadikan menjadi salah satu jalan utama, sepanjang Stasiun Bogor. Ya dia adalah Kapten Muslihat, pejuang asal Pandeglang yang mengabdikan dirinya untuk wilayah Bogor.
Hal menarik dari sosoknya adalah strategi perang Sang Kapten yang mengadopsi gaya gerilya milik Panglima Besar Sudirman.
"Pernah dalam suatu pertempuran di Panaragan, ketika komandan pleton dari barisan lain memerintahkan untuk pasukannya berperang dengan tiarap, Leptu (pangkat Muslihat sebelum gugur-red) tidak demikian. Ia memerintahkan pasukannya untuk berdiri dan hadapi tentara Inggris secara terbuka," kisah Mahrup, Sejarawan yang juga Koordinator Pemandu Museum Perjuangan Bogor saat berbincang dengan detikcom.
Selain strategi gerilyanya, Kapten Muslihat juga merupakan sosok cerdik yang memiliki pemikiran-pemikiran kreatif dan penuh trik. Karena alasan ini pulalah dia diangkat sebagai Shudanco atau Komandan Pleton di PETA dalam usia yang sangat muda, 19 tahun.
Dikutip dari laporan penelitian yang ditulis Dr Mohammad Iskandar, ada sebuah momen menarik pada tanggal 9 September 1945. Kala itu, tentara sekutu mengultimatum para pasukan pribumi di Bogor untuk mengosongkan wilayah. Muslihat dan pasukan kemudian memilih untuk mundur ke markas di Mantarena.
Namun keesokan harinya mereka melakukan penyerangan secara tiba-tiba di wilayah yang tidak dijaga ketat oleh pasukan sekutu di daerah Cibinong yang menewaskan banyak tentara Inggris. Saat itu Muslihat menyamar seperti rakyat biasa, dengan mengenakan kaos saja tanpa ada embel-embel tentara perang.
Kemudian yang menarik lainnya adalah idenya mengenai penyerangan yang berujung direbutnya kembali keresidenan Bogor dari tangan Inggris dan Sekutu pada 25 Desember 1945. Tanggal itu dipilih karena banyak tentara Inggris yang lengah dan sedang berpesta merayakan hari Natal.
Sosok cerdik dan penuh trik merupakan salah satu faktor kuat yang membuat Kapten Muslihat menjadi sosok yang mudah dikenang, khususnya bagi masyarakat Bogor.
Kapten Muslihat adalah pahlawan gugur di medan perang saat menyerang tentara Inggris di Jalan Banten (sekarang Jl Kapten Muslihat-red) pada 25 Desember 1945. Kapten Muslihat tertembak dua kali hingga akhirnya gugur di usia yang sangat muda yakni 19 tahun.
Sebelum jadi tentara, Muslihat pernah bekerja di Bosbouw Proefstation atau Balai Penelitian Kehutanan di Gunung Batu Bogor. Dia juga pernah bekerja di Rumah Sakit Kedung Halang Bogor menjadi juru rawat. Lalu pindah lagi ke jawatan kehutanan. Hingga akhirnya bergabung bersama Pembela Tanah Air (PETA) dan berjuang mengusir penjajah dari Kota Bogor.
Bukti-bukti perjuangan Sang Kapten diabadikan dalam foto, patung dan diorama di dalam Museum Perjoangan Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.