Tiga Kapal Perang Tiba di BanjarmasinKapal Perang KRI Banda Aceh-593. [TEMPO/Albert Agung Bagus] ♆
Tiga Kapal perang milik Indonesia sudah bersandar di Pelabuhan Trisakti, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Komandan Lanal Banjarmasin Kolonel Laut Haris Bima Bayuseto mengatakan ketiga kapal yang akan berada di Banjarmasin tersebut adalah KRI Banda Aceh-593, KRI Teluk Jakarta-541, dan KRI dr Soeharso.
Menurut Haris Bima, dari ketiga kapal itu, hanya KRI dr Soeharso yang masih lego jangkar di Muara Sungai Barito. Bima mengaku tidak tahu apakah kapal itu membawa muatan 1.000 unit air purifier atau alat pembersih udara seperti yang dijanjikan pemerintah akan didistribusikan di Banjarmasin. “Saya enggak tahu apakah ada air purifier yang dibawa. Karena belum bongkar,” kata Bima, saat menyambut kedatangan kapal tersebut, Ahad malam kemarin.
Sebelumnya, Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut mengatakan sudah menyiapkan sembilan kapal perang untuk mengevakuasi korban kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan di wilayah Sumatera, Riau, dan Kalimantan. Kapal yang disiapkan juga memiliki mode berbeda.
Untuk Kapal KRI Banda Aceh-593 dan KRI dr Soeharso merupakan kapal jenis landing platform dock (LPD), yakni kapal Rumah Sakit KRI. Dua kapal itu sebelumnya memang direncanakan menjadi tempat evakuasi korban kabut asap di Sumatera dan Kalimantan.
Selain kapal perang, Angkatan Laut telah mengerahkan pasukan Korps Marinir untuk melakukan pemadaman pada titik-titik api di hutan yang terbakar. Pasukan Marinir masih berada di lokasi kebakaran hutan di wilayah Sumatera dan Kalimantan.
Perlengkapan 2 Kapal TNI Persiapan jelang keberangkatan Kapal Perang KRI TNI AL untuk membantu korban asap di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, 23 Oktober 2015. [TEMPO/Albert Agung Bagus] ♆
Bantuan dua kapal perang yang terdiri atas KRI Banda Aceh-593 dan KRI Teluk Jakarta-541 telah merapat di dermaga Pelabuhan Trisakti, Banjarmasin, Ahad 25 Oktober 2015 pukul 20.00 wita. KRI Teluk Jakarta bertolak dari Surabaya dan KRI Banda Aceh dari Jakarta.
Komandan Lanal Banjarmasin, Kolonel Laut Haris Bima Bayuseto, mengatakan dua kapal perang ini membawa misi evakuasi korban kabut asap di Kalimantan Selatan dan Tengah.
“Kedatangan kapal atas perintah Presiden dan Panglima TNI untuk mengerahkan unsur TNI yang bisa digunakan dalam evakuasi. Kapan evakuasi, kita rapatkan lagi dengan pemda terkait,” kata Kolonel Bima usai menyambut kedatangan dua KRI itu di Pelabuhan Trisakti, Banjarmasin, Ahad malam 25 Oktober 2015.
Kedua KRI itu, kata dia, mengangkut logistik semacam tenda kesehatan, peralatan medis, masker, truk, dan tenda umum, yang siap didistribusikan ke shelter-shleter penampungan korban asap di Kalimantan. Ia mengestimasi total ada 250-an personel yang ikut dalam lawatan tiga KRI di Banjarmasin. "KRI Banda Aceh punya daya tampung sampai 2 ribu orang untuk evakuasi,” kata Bima.
Dari dua KRI itu, personel yang dibawa terdiri atas kostrad 61 orang, marinir 45 orang, dan Lantamal III sebanyak 4 orang. Kendaraan terdiri dari truk marinir 2 unit, mobil 1 unit, truk bekang 4 unit, dan ambulan 1 unit.
Selain itu, kapal juga membawa obat-obatan, masker 30 dus, ransum T2 sebanyak 1.000 unit (100 koli), ransum FD3 sebanyak 1.000 pack (42 koli). Kemudian selimut lapangan loreng 1.000 potong (40 koli) dan masker anti debu 1.000 buah (7 koli).
Adapun KRI dr. Soeharso yang khusus kapal rumah sakit, akan sandar pada Senin pagi, 26 Oktober 2015. Saat ini KRI Soeharso sebenarnya sudah berada di muara Sungai Barito. Menurut Bima, KRI Soeharso belum bisa sandar karena menunggu air laut pasang.
Pihaknya belum tahu teknis evakuasi, apakah korban dibawa ke KRI atau personil TNI yang akan jemput bola mendatangi titik-titik evakuasi korban. Bima memprediksi jumlah tenaga medis sebanyak 100-an personel, baik dari unsur TNI AL, AD, AU, dan Polri.
Kolonel Bima belum tahu berapa lama operasi ketiga KRI ini di Banjarmasin. Bima memastikan bahwa semua personel TNI bersifat fleksibel. Ia menjamin semua personil siap melakukan apapun skenario operasi evakuasi di lapangan. “Kalau perlu satu bulan, ya satu bulan. Kalau cukup dua minggu, ya dua minggu. Kita hitung mana yang efektif, kita gerakkan,” Bima menambahkan.
Menurut Bima, Banjarmasin dipilih karena kabut asap tidak terlalau tebal, jadi kegiatan berjalan baik daripada di kumai. Jadi mencari daerah lebih aman.
Komandan KRI Teluk Jakarta, Letnan Kolonel Dofir, mengatakan kapalnya membawa 50 personel. Kapal berangkat dari Surabaya pukul 06.00 wiba, Sabtu 24 Oktober. Letkol Dofir mengaku sempat dihadang gelombang tinggi 2-3 meter di Laut Jawa. “Tapi tidak masalah,“ kata Dofir.
Cara TNI AL Evakuasi Korban Kabut Asap Persiapan jelang keberangkatan Kapal Perang KRI TNI AL untuk membantu korban asap di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, 23 Oktober 2015. [TEMPO/Albert Agung Bagus] ♆
Staf Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut Letnan Kolonel Toni Saiful mengatakan kapal-kapal perang yang dikirim untuk mengevakuasi penduduk yang menjadi korban kabut asap berkapasitas seribu orang.
“Kalau cuma untuk menampung orang, tiap kapal bisa muat seribu orang," kata Toni saat ditemui di Mabes TNI Cilangkap pada Jumat, 23 Oktober 2015.
Menurut Toni, kapal-kapal perang ini akan dijadikan rumah terapung bagi penduduk. Hanya, sejauh ini belum jelas di mana kapal akan disandarkan untuk menampung penduduk tersebut: di pinggir atau tengah laut. "Kalau bersandar tapi asapnya sampai ke pinggir laut, sama saja bohong," ujarnya.
Upaya TNI AL dalam evakuasi tersebut adalah menjauhkan penduduk dari asap. TNI AL siap jika kapal harus buang sauh di tengah laut. Para tentara akan menjemput penduduk di tiap cluster atau titik yang ditentukan dengan sekoci.
Mabes TNI malam ini akan mengirim dua kapal perang yang rencananya akan bertolak menuju Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Banjarmasin menjadi tujuan sesuai dengan instruksi Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan, dengan pertimbangan tingkat pencemaran udara yang relatif lebih rendah.
Tiga Kapal perang milik Indonesia sudah bersandar di Pelabuhan Trisakti, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Komandan Lanal Banjarmasin Kolonel Laut Haris Bima Bayuseto mengatakan ketiga kapal yang akan berada di Banjarmasin tersebut adalah KRI Banda Aceh-593, KRI Teluk Jakarta-541, dan KRI dr Soeharso.
Menurut Haris Bima, dari ketiga kapal itu, hanya KRI dr Soeharso yang masih lego jangkar di Muara Sungai Barito. Bima mengaku tidak tahu apakah kapal itu membawa muatan 1.000 unit air purifier atau alat pembersih udara seperti yang dijanjikan pemerintah akan didistribusikan di Banjarmasin. “Saya enggak tahu apakah ada air purifier yang dibawa. Karena belum bongkar,” kata Bima, saat menyambut kedatangan kapal tersebut, Ahad malam kemarin.
Sebelumnya, Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut mengatakan sudah menyiapkan sembilan kapal perang untuk mengevakuasi korban kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan di wilayah Sumatera, Riau, dan Kalimantan. Kapal yang disiapkan juga memiliki mode berbeda.
Untuk Kapal KRI Banda Aceh-593 dan KRI dr Soeharso merupakan kapal jenis landing platform dock (LPD), yakni kapal Rumah Sakit KRI. Dua kapal itu sebelumnya memang direncanakan menjadi tempat evakuasi korban kabut asap di Sumatera dan Kalimantan.
Selain kapal perang, Angkatan Laut telah mengerahkan pasukan Korps Marinir untuk melakukan pemadaman pada titik-titik api di hutan yang terbakar. Pasukan Marinir masih berada di lokasi kebakaran hutan di wilayah Sumatera dan Kalimantan.
Perlengkapan 2 Kapal TNI Persiapan jelang keberangkatan Kapal Perang KRI TNI AL untuk membantu korban asap di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, 23 Oktober 2015. [TEMPO/Albert Agung Bagus] ♆
Bantuan dua kapal perang yang terdiri atas KRI Banda Aceh-593 dan KRI Teluk Jakarta-541 telah merapat di dermaga Pelabuhan Trisakti, Banjarmasin, Ahad 25 Oktober 2015 pukul 20.00 wita. KRI Teluk Jakarta bertolak dari Surabaya dan KRI Banda Aceh dari Jakarta.
Komandan Lanal Banjarmasin, Kolonel Laut Haris Bima Bayuseto, mengatakan dua kapal perang ini membawa misi evakuasi korban kabut asap di Kalimantan Selatan dan Tengah.
“Kedatangan kapal atas perintah Presiden dan Panglima TNI untuk mengerahkan unsur TNI yang bisa digunakan dalam evakuasi. Kapan evakuasi, kita rapatkan lagi dengan pemda terkait,” kata Kolonel Bima usai menyambut kedatangan dua KRI itu di Pelabuhan Trisakti, Banjarmasin, Ahad malam 25 Oktober 2015.
Kedua KRI itu, kata dia, mengangkut logistik semacam tenda kesehatan, peralatan medis, masker, truk, dan tenda umum, yang siap didistribusikan ke shelter-shleter penampungan korban asap di Kalimantan. Ia mengestimasi total ada 250-an personel yang ikut dalam lawatan tiga KRI di Banjarmasin. "KRI Banda Aceh punya daya tampung sampai 2 ribu orang untuk evakuasi,” kata Bima.
Dari dua KRI itu, personel yang dibawa terdiri atas kostrad 61 orang, marinir 45 orang, dan Lantamal III sebanyak 4 orang. Kendaraan terdiri dari truk marinir 2 unit, mobil 1 unit, truk bekang 4 unit, dan ambulan 1 unit.
Selain itu, kapal juga membawa obat-obatan, masker 30 dus, ransum T2 sebanyak 1.000 unit (100 koli), ransum FD3 sebanyak 1.000 pack (42 koli). Kemudian selimut lapangan loreng 1.000 potong (40 koli) dan masker anti debu 1.000 buah (7 koli).
Adapun KRI dr. Soeharso yang khusus kapal rumah sakit, akan sandar pada Senin pagi, 26 Oktober 2015. Saat ini KRI Soeharso sebenarnya sudah berada di muara Sungai Barito. Menurut Bima, KRI Soeharso belum bisa sandar karena menunggu air laut pasang.
Pihaknya belum tahu teknis evakuasi, apakah korban dibawa ke KRI atau personil TNI yang akan jemput bola mendatangi titik-titik evakuasi korban. Bima memprediksi jumlah tenaga medis sebanyak 100-an personel, baik dari unsur TNI AL, AD, AU, dan Polri.
Kolonel Bima belum tahu berapa lama operasi ketiga KRI ini di Banjarmasin. Bima memastikan bahwa semua personel TNI bersifat fleksibel. Ia menjamin semua personil siap melakukan apapun skenario operasi evakuasi di lapangan. “Kalau perlu satu bulan, ya satu bulan. Kalau cukup dua minggu, ya dua minggu. Kita hitung mana yang efektif, kita gerakkan,” Bima menambahkan.
Menurut Bima, Banjarmasin dipilih karena kabut asap tidak terlalau tebal, jadi kegiatan berjalan baik daripada di kumai. Jadi mencari daerah lebih aman.
Komandan KRI Teluk Jakarta, Letnan Kolonel Dofir, mengatakan kapalnya membawa 50 personel. Kapal berangkat dari Surabaya pukul 06.00 wiba, Sabtu 24 Oktober. Letkol Dofir mengaku sempat dihadang gelombang tinggi 2-3 meter di Laut Jawa. “Tapi tidak masalah,“ kata Dofir.
Cara TNI AL Evakuasi Korban Kabut Asap Persiapan jelang keberangkatan Kapal Perang KRI TNI AL untuk membantu korban asap di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, 23 Oktober 2015. [TEMPO/Albert Agung Bagus] ♆
Staf Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut Letnan Kolonel Toni Saiful mengatakan kapal-kapal perang yang dikirim untuk mengevakuasi penduduk yang menjadi korban kabut asap berkapasitas seribu orang.
“Kalau cuma untuk menampung orang, tiap kapal bisa muat seribu orang," kata Toni saat ditemui di Mabes TNI Cilangkap pada Jumat, 23 Oktober 2015.
Menurut Toni, kapal-kapal perang ini akan dijadikan rumah terapung bagi penduduk. Hanya, sejauh ini belum jelas di mana kapal akan disandarkan untuk menampung penduduk tersebut: di pinggir atau tengah laut. "Kalau bersandar tapi asapnya sampai ke pinggir laut, sama saja bohong," ujarnya.
Upaya TNI AL dalam evakuasi tersebut adalah menjauhkan penduduk dari asap. TNI AL siap jika kapal harus buang sauh di tengah laut. Para tentara akan menjemput penduduk di tiap cluster atau titik yang ditentukan dengan sekoci.
Mabes TNI malam ini akan mengirim dua kapal perang yang rencananya akan bertolak menuju Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Banjarmasin menjadi tujuan sesuai dengan instruksi Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan, dengan pertimbangan tingkat pencemaran udara yang relatif lebih rendah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.