Arab Saudi Mulai Kirim Jet Tempur dan Tentara ke TurkiArab Saudi telah mengirimkan pasukan dan pesawat tempur ke Turki (Telegraph)
☆
Arab Saudi dikabarkan mulai mengirimkan pasukan dan jet tempurnya ke pangkalan militer Incirlik milik Turki menjelang invasi darat ke Suriah. Kabar ini dibenarkan oleh Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu.
"Arab Saudi menyatakan tekadnya untuk memerangi ISIS dengan mengatakan mereka siap untuk mengirimkan jet tempur dan pasukan," kata Cavusoglu kepada surat kabar Yeni Safak seperti disitir dari Independent, Sabtu (13/2/2016).
"Dalam setiap pertemuan koalisi, kami selalu menekankan perlunya strategi yang berorientasi pada hasil yang luas dalam memerangi kelompok teroris ISIS. Jika kita memliki strategi tersebut, maka Turki dan Arab Saudi dapat melancarkan operasi dari darat," tutur Cavusoglu.
Ia kemudian menegaskan bahwa pesawat tempur dan personel militer Arab Saudi dikirim ke Incirlik, di Adana dekat perbatasan Suriah. Namun, ia tidak mengungkapkan jumlah pesawat tempur dan personil militer yang dikirimkan Arab Saudi.
Pengiriman pesawat tempur dan pasukan Arab Saudi ini dilakukan hanya beberapa hari setelah kekuatan dunia menyepakati penghentian permusuhan di Suriah. Kesepakatan ini adalah salah satu langkah untuk menghentikan konflik yang sudah berlangsung lima tahun di negara itu. (ian)
Suriah Segera Diinvasi Saudi dan Turki, Presiden Assad Tak Gentar
Presiden Suriah; Bashar Al-Assad, merasa bahwa Turki dan Arab Saudi segera mengirim pasukan untuk menginvasi Suriah. Tapi, Presiden Assad tidak gentar dan yakin bisa merebut kembali negaranya yang terkoyak oleh perang.
Komentar Presiden Suriah itu muncul setelah Saudi menegaskan tujuannya mengirim pasukan ke Suriah salah satunya untuk mengusir pemimpin negara itu. Dalam wawancara eksklusif dengan AFP, Assad mengatakan, dia melihat ada risiko Turki dan Saudi yang merupakan pendukung oposisi, terlibat dalam kekacauan di Suriah.
Pada konferensi keamanan di Munich hari Jumat, Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel Al-Jubeir, percaya diri bahwa Riyadh akan mencapai tujuannya. Yaitu, menggulingkan Assad.
“Assad adalah magnet tunggal paling efektif untuk ekstremis dan teroris di wilayah ini,” katanya. Menurutnya, Assad harus didepak dari kantornya jika stabilitas ingin dipulihkan.
”Itu tujuan kami dan kami akan mencapainya,” ujar Menlu Jubeir. ”Kecuali dan sampai ada perubahan di Suriah, Daesh (ISIS) tidak akan dikalahkan di Suriah,” imbuh dia.
Pernyataan dari Saudi itu tidak membuat Presiden Assad ciut nyali. Dia bahkan yakin bisa merebut negaranya yang sebagian wilayahnya dikuasai pasukan oposisi dan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
“Terlepas dari apakah kita bisa melakukan itu atau tidak, ini adalah tujuan kami untuk mencapainya tanpa ragu-ragu,” katanya. ”Tidak masuk akal bagi kami untuk mengatakan bahwa kami akan menyerah di setiap bagian,” katanya lagi, yang dilansir Sabtu (13/2/2016).
Assad percaya bisa mengakhiri kekacauan di Suriah kurang dari satu tahun, jka rute pasokan oposisi dari Turki, Yordania, dan Irak diblokir. “Jika rute tersebut tetap terbuka, solusi akan memakan waktu yang lama dan akan dikenakan harga yang mahal,” ujarnya.
”Perang utama adalah tentang pemotongan jalan antara Aleppo dan Turki, (jalur) menuju Turki adalah saluran utama persediaan untuk para teroris,” imbuh Assad.
Sebelumnya, Perdana Menteri Rusia, Dmitry Medvedev, memperingatkan bahwa perang dunia baru bisa pecah di Suriah jika Saudi dan negara-negara Teluk tetap nekat mengirim pasukan untuk menginvasi Suriah. Amerika Serikat (AS) sendiri menyambut baik rencana Saudi mengirim pasukan ke Suriah.
”Amerika dan mitra Arab kami harus berpikir dengan baik; mereka ingin perang permanen?,” kata Medvedev kepada surat kabar Jerman, Handelsblatt.
”Ini akan menjadi mustahil untuk memenangkan perang tersebut dengan cepat, terutama di dunia Arab, di mana semua orang melawan semua orang,” ujar Medvedev. ”Semua pihak harus dipaksa untuk duduk di meja perundingan, bukannya melepaskan perang dunia baru,” katanya. (mas)
Rusia Peringatkan Perang Dunia Baru Bisa Pecah di Suriah
Rusia memperingatkan bahwa perang dunia baru bisa pecah di Suriah setelah negara-negara Teluk mengancam akan mengerahkan pasukan darat ke negara yang dipimpin Presiden Bashar Al-Assad itu.
Peringatan dari Rusia itu muncul di saat para menteri luar negeri dan menteri pertahanan sejumlah negara menggelar pertemuan secara terpisah di Munich dan Brussels. Pertemuan digelar setelah perundingan damai Suriah dihentikan PBB.
Rusia dan Amerika Serikat (AS) menuntut gencatan senjata dalam perang sipil yang berlangsung lima tahun terakhir di Suriah, sehingga pertempuran bisa fokus terhadap kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Namun, gencatan senjata tak pernah terwujud di Suriah.
Negara-negara Teluk yang dipimpin oleh Arab Saudi semakin mematangkan rencananya untuk mengirim pasukan darat ke Suriah. Negara-negara Teluk itu merupakan pendukung oposisi Suriah yang ingin menggulingkan Presiden Assad.
Rencana pengiriman pasukan darat oleh negara-negara Teluk telah disambut baik Amerika Serikat (AS).
Peringatan bahaya pecahnya perang dunia baru di Suriah disampaikan Perdana Menteri Rusia; Dmitry Medvedev. ”Amerika dan mitra Arab kami harus berpikir dengan baik; mereka ingin perang permanen?,” kata Medvedev kepada surat kabar Jerman, Handelsblatt, yang diterbitkan Jumat (12/2/2016).
”Ini akan menjadi mustahil untuk memenangkan perang tersebut dengan cepat, terutama di dunia Arab, di mana semua orang melawan semua orang,” ujar Medvedev.
”Semua pihak harus dipaksa untuk duduk di meja perundingan, bukannya melepaskan perang dunia baru,” imbuh dia.
Arab Saudi tidak terima dengan langkah Iran yang mengirimkan pasukannya ke Suriah dan Irak dengan dalih memerangi kelompok ISIS.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Saudi, Brigadir Jenderal Ahmed al-Assiri, mengatakan keputusan Saudi untuk mengirim pasukan darat ke Suriah tidak dapat diubah. Langkah Saudi itu telah diikuti Uni Emirat Arab dan Bahrain.
Menteri Pertahanan Inggris; Michael Fallon, yang mengadakan pembicaraan di Brussels dengan Menteri Pertahanan Saudi yang juga Wakil Putra Mahkota; Mohammed bin Salman, menyambut baik langkah Saudi.
”Saudi memimpin koalisi militer Islam,” kata Fallon. ”Kami selalu dibuat jelas bahwa pertempuran ini tidak dapat dimenangkan oleh pasukan Barat. Ini hanya dapat dimenang dengan kekuatan lokal yang memiliki dukungan dari penduduk setempat,” katanya. (mas)
Rusia Kirim Rudal Jelajah Kalibr ke Suriah
Rusia akan mengirimkan kapal perang Zeleny Dol, yang dilengkapi dengan rudal jelajah Kalibr, ke Suriah (Sputniknews)
Sebuah sumber di otoritas Crimea mengatakan, Rusia telah memasang sistem rudal jelajah Kalibr pada kapal perang Armada Laut Hitam, Zeleny Dol. Kapal tersebut akan bergabung dengan kapal perang Rusia lainnya yang beroperasi di lepas pantai Suriah.
"Kapal rudal berukuran kecil, Zeleny Dol, akan bergabung dengan kelompok kapal Rusia yang diposisikan di lepas pantai Suriah dalam beberapa hari mendatang. Ini adalah pertama kalinya sebuah kapal bergabung dengan grup Armada Laut Hitam Rusia di Laut Mediterania," ujar sang sumber kepada RIA Novosti seperti dilansir Sputniknews, Sabtu (13/2/2016).
Kapal-kapal yang sejenis dengan Zeleny Dol dan mempunyai tugas di Suriah akan meluncurkan rudal jelajah Kalibr dari Laut Kaspia dengan sasaran kelompok teroris di Suriah pada 7 Oktber. Zeleny Dol sendiri, kata sang sumber, akan meninggalkan pelabuhan Crimea Sevastopol menuju Suriah pada Sabtu mendatang.
Sebelumnya, sebuah sumber diplomatik militer Rusia mengatakan, Kremlin berencana meningkatkan keberadaan kapal perang di Laut Mediterania menjadi 20 kapal, tergantung pada tugas yang diberikan.
Sementara pada bulan Juli 2015 lalu, Pemimpin Armada Laut Hitam Laksamana Alexander Vitko mengatakan, rata-rata jumlah kapal Angkatan Laut Rusia di Mediterania pada waktu itu berjumlah 10 kapal perang, serta beberapa kapal pendukung. (ian)
Arab Saudi dikabarkan mulai mengirimkan pasukan dan jet tempurnya ke pangkalan militer Incirlik milik Turki menjelang invasi darat ke Suriah. Kabar ini dibenarkan oleh Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu.
"Arab Saudi menyatakan tekadnya untuk memerangi ISIS dengan mengatakan mereka siap untuk mengirimkan jet tempur dan pasukan," kata Cavusoglu kepada surat kabar Yeni Safak seperti disitir dari Independent, Sabtu (13/2/2016).
"Dalam setiap pertemuan koalisi, kami selalu menekankan perlunya strategi yang berorientasi pada hasil yang luas dalam memerangi kelompok teroris ISIS. Jika kita memliki strategi tersebut, maka Turki dan Arab Saudi dapat melancarkan operasi dari darat," tutur Cavusoglu.
Ia kemudian menegaskan bahwa pesawat tempur dan personel militer Arab Saudi dikirim ke Incirlik, di Adana dekat perbatasan Suriah. Namun, ia tidak mengungkapkan jumlah pesawat tempur dan personil militer yang dikirimkan Arab Saudi.
Pengiriman pesawat tempur dan pasukan Arab Saudi ini dilakukan hanya beberapa hari setelah kekuatan dunia menyepakati penghentian permusuhan di Suriah. Kesepakatan ini adalah salah satu langkah untuk menghentikan konflik yang sudah berlangsung lima tahun di negara itu. (ian)
Suriah Segera Diinvasi Saudi dan Turki, Presiden Assad Tak Gentar
Presiden Suriah; Bashar Al-Assad, merasa bahwa Turki dan Arab Saudi segera mengirim pasukan untuk menginvasi Suriah. Tapi, Presiden Assad tidak gentar dan yakin bisa merebut kembali negaranya yang terkoyak oleh perang.
Komentar Presiden Suriah itu muncul setelah Saudi menegaskan tujuannya mengirim pasukan ke Suriah salah satunya untuk mengusir pemimpin negara itu. Dalam wawancara eksklusif dengan AFP, Assad mengatakan, dia melihat ada risiko Turki dan Saudi yang merupakan pendukung oposisi, terlibat dalam kekacauan di Suriah.
Pada konferensi keamanan di Munich hari Jumat, Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Adel Al-Jubeir, percaya diri bahwa Riyadh akan mencapai tujuannya. Yaitu, menggulingkan Assad.
“Assad adalah magnet tunggal paling efektif untuk ekstremis dan teroris di wilayah ini,” katanya. Menurutnya, Assad harus didepak dari kantornya jika stabilitas ingin dipulihkan.
”Itu tujuan kami dan kami akan mencapainya,” ujar Menlu Jubeir. ”Kecuali dan sampai ada perubahan di Suriah, Daesh (ISIS) tidak akan dikalahkan di Suriah,” imbuh dia.
Pernyataan dari Saudi itu tidak membuat Presiden Assad ciut nyali. Dia bahkan yakin bisa merebut negaranya yang sebagian wilayahnya dikuasai pasukan oposisi dan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
“Terlepas dari apakah kita bisa melakukan itu atau tidak, ini adalah tujuan kami untuk mencapainya tanpa ragu-ragu,” katanya. ”Tidak masuk akal bagi kami untuk mengatakan bahwa kami akan menyerah di setiap bagian,” katanya lagi, yang dilansir Sabtu (13/2/2016).
Assad percaya bisa mengakhiri kekacauan di Suriah kurang dari satu tahun, jka rute pasokan oposisi dari Turki, Yordania, dan Irak diblokir. “Jika rute tersebut tetap terbuka, solusi akan memakan waktu yang lama dan akan dikenakan harga yang mahal,” ujarnya.
”Perang utama adalah tentang pemotongan jalan antara Aleppo dan Turki, (jalur) menuju Turki adalah saluran utama persediaan untuk para teroris,” imbuh Assad.
Sebelumnya, Perdana Menteri Rusia, Dmitry Medvedev, memperingatkan bahwa perang dunia baru bisa pecah di Suriah jika Saudi dan negara-negara Teluk tetap nekat mengirim pasukan untuk menginvasi Suriah. Amerika Serikat (AS) sendiri menyambut baik rencana Saudi mengirim pasukan ke Suriah.
”Amerika dan mitra Arab kami harus berpikir dengan baik; mereka ingin perang permanen?,” kata Medvedev kepada surat kabar Jerman, Handelsblatt.
”Ini akan menjadi mustahil untuk memenangkan perang tersebut dengan cepat, terutama di dunia Arab, di mana semua orang melawan semua orang,” ujar Medvedev. ”Semua pihak harus dipaksa untuk duduk di meja perundingan, bukannya melepaskan perang dunia baru,” katanya. (mas)
Rusia Peringatkan Perang Dunia Baru Bisa Pecah di Suriah
Rusia memperingatkan bahwa perang dunia baru bisa pecah di Suriah setelah negara-negara Teluk mengancam akan mengerahkan pasukan darat ke negara yang dipimpin Presiden Bashar Al-Assad itu.
Peringatan dari Rusia itu muncul di saat para menteri luar negeri dan menteri pertahanan sejumlah negara menggelar pertemuan secara terpisah di Munich dan Brussels. Pertemuan digelar setelah perundingan damai Suriah dihentikan PBB.
Rusia dan Amerika Serikat (AS) menuntut gencatan senjata dalam perang sipil yang berlangsung lima tahun terakhir di Suriah, sehingga pertempuran bisa fokus terhadap kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Namun, gencatan senjata tak pernah terwujud di Suriah.
Negara-negara Teluk yang dipimpin oleh Arab Saudi semakin mematangkan rencananya untuk mengirim pasukan darat ke Suriah. Negara-negara Teluk itu merupakan pendukung oposisi Suriah yang ingin menggulingkan Presiden Assad.
Rencana pengiriman pasukan darat oleh negara-negara Teluk telah disambut baik Amerika Serikat (AS).
Peringatan bahaya pecahnya perang dunia baru di Suriah disampaikan Perdana Menteri Rusia; Dmitry Medvedev. ”Amerika dan mitra Arab kami harus berpikir dengan baik; mereka ingin perang permanen?,” kata Medvedev kepada surat kabar Jerman, Handelsblatt, yang diterbitkan Jumat (12/2/2016).
”Ini akan menjadi mustahil untuk memenangkan perang tersebut dengan cepat, terutama di dunia Arab, di mana semua orang melawan semua orang,” ujar Medvedev.
”Semua pihak harus dipaksa untuk duduk di meja perundingan, bukannya melepaskan perang dunia baru,” imbuh dia.
Arab Saudi tidak terima dengan langkah Iran yang mengirimkan pasukannya ke Suriah dan Irak dengan dalih memerangi kelompok ISIS.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Saudi, Brigadir Jenderal Ahmed al-Assiri, mengatakan keputusan Saudi untuk mengirim pasukan darat ke Suriah tidak dapat diubah. Langkah Saudi itu telah diikuti Uni Emirat Arab dan Bahrain.
Menteri Pertahanan Inggris; Michael Fallon, yang mengadakan pembicaraan di Brussels dengan Menteri Pertahanan Saudi yang juga Wakil Putra Mahkota; Mohammed bin Salman, menyambut baik langkah Saudi.
”Saudi memimpin koalisi militer Islam,” kata Fallon. ”Kami selalu dibuat jelas bahwa pertempuran ini tidak dapat dimenangkan oleh pasukan Barat. Ini hanya dapat dimenang dengan kekuatan lokal yang memiliki dukungan dari penduduk setempat,” katanya. (mas)
Rusia Kirim Rudal Jelajah Kalibr ke Suriah
Rusia akan mengirimkan kapal perang Zeleny Dol, yang dilengkapi dengan rudal jelajah Kalibr, ke Suriah (Sputniknews)
Sebuah sumber di otoritas Crimea mengatakan, Rusia telah memasang sistem rudal jelajah Kalibr pada kapal perang Armada Laut Hitam, Zeleny Dol. Kapal tersebut akan bergabung dengan kapal perang Rusia lainnya yang beroperasi di lepas pantai Suriah.
"Kapal rudal berukuran kecil, Zeleny Dol, akan bergabung dengan kelompok kapal Rusia yang diposisikan di lepas pantai Suriah dalam beberapa hari mendatang. Ini adalah pertama kalinya sebuah kapal bergabung dengan grup Armada Laut Hitam Rusia di Laut Mediterania," ujar sang sumber kepada RIA Novosti seperti dilansir Sputniknews, Sabtu (13/2/2016).
Kapal-kapal yang sejenis dengan Zeleny Dol dan mempunyai tugas di Suriah akan meluncurkan rudal jelajah Kalibr dari Laut Kaspia dengan sasaran kelompok teroris di Suriah pada 7 Oktber. Zeleny Dol sendiri, kata sang sumber, akan meninggalkan pelabuhan Crimea Sevastopol menuju Suriah pada Sabtu mendatang.
Sebelumnya, sebuah sumber diplomatik militer Rusia mengatakan, Kremlin berencana meningkatkan keberadaan kapal perang di Laut Mediterania menjadi 20 kapal, tergantung pada tugas yang diberikan.
Sementara pada bulan Juli 2015 lalu, Pemimpin Armada Laut Hitam Laksamana Alexander Vitko mengatakan, rata-rata jumlah kapal Angkatan Laut Rusia di Mediterania pada waktu itu berjumlah 10 kapal perang, serta beberapa kapal pendukung. (ian)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.