Kapolri Badrodin Haiti membenarkan terjadi baku tembak antara polisi dengan orang terduga teroris dalam penggerebekan di Bima, NTB. (CNN Indonesia/Safir Makki) ☆
Kapolri Jenderal Badrodin Haiti membenarkan telah terjadi baku tembak antara aparat kepolisian dengan orang terduga teroris dalam penggerebekan di Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Dalam baku tembak itu, Badrodin mengatakan satu anggota polisi mengalami luka tembak di bagian tangan, dan terduga teroris meninggal dunia.
"Satu anggota kita tertembak kena tangannya, masih di rumah sakit. Satu tersangka meninggal dunia," kata Badrodin di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (15/2).
Badrodin menjelaskan terduga teroris yang terlibat baku tembak, terkait jaringan kelompok Santoso. Hal itu karena pelaku diduga merupakan orang yang sama dalam aksi penembakan dan pembunuhan terhadap polisi di Bima.
"Karena yang lalu dia pelaku yang termasuk melakukan penembakan terhadap patroli di Poso dan juga terlibat dalam pembunuhan Kapolsek, penembakan Kapolsek di Bima," kata Badrodin.
Dikutip dari detikcom, polisi melakukan penggerebekan lokasi persembunyian teroris di sebuah rumah di Kampung Penatoi, Bima, NTB. Terjadi baku tembak dalam penggerebekan itu.
Informasi dari pembaca detikcom Erwin, Senin (15/2) penggerebekan dilakukan pukul 07.00 WITA. Banyak polisi bersenjata masuk ke area kawasan Kampung Penatoi.
Sekitar 1,5 jam, lokasi berhasil steril. Tidak lama, ada enam mobil ambulans merapat ke lokasi. Warga banyak yang menonton namun tidak diperkenankan mendekat. (obs)
Luhut Minta Dukungan DPR untuk Penguatan Densus 88
Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Panjaitan meminta dukungan parlemen dalam upaya penguatan penanggulangan terorisme, terutama berkaitan dengan pembenahan Detasemen Khusus 88 (Anti Teror).
Hal itu disampaikan Luhut dalam rapat kerja gabungan pemerintah bersama Komisi Pertahanan dan Komisi Hukum DPR. Menurutnya, Densus 88 kini belum ditunjang dengan sarana dan prasarana yang maksimal.
"Rencana aksi nasional penanggulangan terorisme menjadi penting. Kondisi Densus 88 Anti Teror saat ini sedih karena fasilitasnya sangat memprihatinkan," kata Luhut Binsar Panjaitan di Ruang Rapat Banggar DPR RI, Jakarta, Senin (15/2).
Menurut Luhut, dukungan terhadap Densus 88 bisa dilakukan dengan penguatan teknologi dan penambahan anggaran. Pembenahan Densus juga dapat dilakukan dengan penguatan struktur organisasi dan penambahan personel.
Anggaran sebesar Rp 1.9 triliun nantinya akan digelontorkan untuk membenahi dan memberikan tempat sendiri bagi Densus 88. Menurutnya, hal itu layak diberikan ke Densus 88 terutama setelah menangani aksi terorisme di Thamrin pada 14 Januari 2016 lalu.
Usulan ini juga telah disampaikannya ke Presiden Joko Widodo dan Kapolri Jenderal Badrodin Haiti. "Itu prestasi sendiri. Saya menjadi salah satu yang ngotot agar Densus 88 mendapat fasilitas yang bagus," katanya.
Selain Densus 88, Luhut juga menyoroti penguatan pasukan khusus TNI Angkatan Laut Detasemen Jala Mangkara (Denjaka). Menurutnya, penguatan Denjaka diperlukan untuk mendukung Densus 88 dengan pola operasi yang ditentukan.
"Kami tidak mau negosiasi (soal terorisme). Kapolri, TNI, BIN begitu ada attack, akan kami serbu. Polisi di depan. TNI di belakang," tuturnya. (gilang)
Usai Bom Thamrin, Ada Tiga Kelompok Rencanakan Teror
Kapolri Jendral Badrodin Haiti mengungkapkan terdapat tiga kelompok teroris yang sempat berencana melakukan serangan di Jakarta pasca bom Thamrin Januari lalu.
Ketiga kelompok itu adalah kelompok dengan pimpinan Hendri, kelompok Sumedang pimpinan Helmi dan kelompok Indramayu. Badrodin menjelaskan mereka merupakan jaringan dari 33 orang terduga teroris yang ditangkap kepolisian pasca bom Thamrin.
"Pasca bom Sarinah terdapat 17 orang terkait di Jalan Thamrin, kemudian yang tidak terkait langsung ada 16 orang, termasuk enam napi teror di Nusakambangan dan Tangerang. Dari hasil itu, ada tiga kelompok yang berencana melakukan teror," kata Badrodin dalam rapat gabungan pemerintah-DPR, di ruang rapat Badan Anggaran, Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (15/2).
Badrodin mengatakan, ketiga kelompok tersebut, masing-masing mendapat aliran dana sebesar Rp 1,3 miliar yang didapat dari Yordania, Irak dan Suriah. Aliran dana itu menurutya terus mengalir hingga kelompok tersebut siap melaksanakan aksinya.
"Mereka dapat aliran dan dari mana-mana. Ada yang masuk ke Filipina untuk beli senjata, lalu masuk ke jaringan Poso dan ada yang diambil secara tunai," ujar Badrodin.
Dari jaringan yang ditangkap polisi, diketahui kelompok Hendri memiliki sembilan pucuk senjata api tanpa peluru yang dicuri dari lembaga pemasyarakatan (Lapas) Tangerang. Kelompok Helmi yang ditangkap di Sumedang, sempat berencana melakukan bom bunuh diri menggunakan mobil di depan Polda Metro Jaya.
Sementara, kelompok Indramayu, kata Badrodin, memiliki rencana aksi menyerang anggota polisi yang berada di jalan. Selain ketiga kelompok itu, Badrodin mengatakan juga pihaknya telah menangkap kelompok Abu Musyak di Bekasi yang akan berencana melakukan aksi di malam tahun baru.
Jenderal bintang empat itu mengatakan ancaman terorisme ini masih akan terjadi, karena banyak kelompok yang masih berhubungan dengan Bahrun Naim. Kelompok itu diantaranya juga memiliki jaringan yang bahkan masih berada di dalam Lapas Tangerang dan Nusa Kambangan.
Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan dalam rapat itu juga mengatakan, telah ada pengembangan penangkapan dalam penegakan hukum terhadap tersangka teroris.
"Penegakan hukum, 33 orang tersangka jaringan terorisme, satu orang ketangkap di Bima namanya Fajar," kata Luhut.
Luhut menjelaskan Fajar merupakan salah satu terduga teroris yang tewas dalam baku tembak di Bima, Nusa Tenggara Barat pagi tadi.
Sebelumnya, Badrodin mengatakan, institusinya menemukan aliran dana sebesar Rp 900 ribu yang mengalir ke rekening terduga pelaku aksi teror di Jalan MH Thamrin, Jakarta.
"Aliran dana ke mereka (teroris Thamrin yang tewas) hanya Rp 900 ribu," ucap Badrodin di Jakarta, pekan lalu. (sur)
Kapolri Jenderal Badrodin Haiti membenarkan telah terjadi baku tembak antara aparat kepolisian dengan orang terduga teroris dalam penggerebekan di Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Dalam baku tembak itu, Badrodin mengatakan satu anggota polisi mengalami luka tembak di bagian tangan, dan terduga teroris meninggal dunia.
"Satu anggota kita tertembak kena tangannya, masih di rumah sakit. Satu tersangka meninggal dunia," kata Badrodin di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (15/2).
Badrodin menjelaskan terduga teroris yang terlibat baku tembak, terkait jaringan kelompok Santoso. Hal itu karena pelaku diduga merupakan orang yang sama dalam aksi penembakan dan pembunuhan terhadap polisi di Bima.
"Karena yang lalu dia pelaku yang termasuk melakukan penembakan terhadap patroli di Poso dan juga terlibat dalam pembunuhan Kapolsek, penembakan Kapolsek di Bima," kata Badrodin.
Dikutip dari detikcom, polisi melakukan penggerebekan lokasi persembunyian teroris di sebuah rumah di Kampung Penatoi, Bima, NTB. Terjadi baku tembak dalam penggerebekan itu.
Informasi dari pembaca detikcom Erwin, Senin (15/2) penggerebekan dilakukan pukul 07.00 WITA. Banyak polisi bersenjata masuk ke area kawasan Kampung Penatoi.
Sekitar 1,5 jam, lokasi berhasil steril. Tidak lama, ada enam mobil ambulans merapat ke lokasi. Warga banyak yang menonton namun tidak diperkenankan mendekat. (obs)
Luhut Minta Dukungan DPR untuk Penguatan Densus 88
Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Panjaitan meminta dukungan parlemen dalam upaya penguatan penanggulangan terorisme, terutama berkaitan dengan pembenahan Detasemen Khusus 88 (Anti Teror).
Hal itu disampaikan Luhut dalam rapat kerja gabungan pemerintah bersama Komisi Pertahanan dan Komisi Hukum DPR. Menurutnya, Densus 88 kini belum ditunjang dengan sarana dan prasarana yang maksimal.
"Rencana aksi nasional penanggulangan terorisme menjadi penting. Kondisi Densus 88 Anti Teror saat ini sedih karena fasilitasnya sangat memprihatinkan," kata Luhut Binsar Panjaitan di Ruang Rapat Banggar DPR RI, Jakarta, Senin (15/2).
Menurut Luhut, dukungan terhadap Densus 88 bisa dilakukan dengan penguatan teknologi dan penambahan anggaran. Pembenahan Densus juga dapat dilakukan dengan penguatan struktur organisasi dan penambahan personel.
Anggaran sebesar Rp 1.9 triliun nantinya akan digelontorkan untuk membenahi dan memberikan tempat sendiri bagi Densus 88. Menurutnya, hal itu layak diberikan ke Densus 88 terutama setelah menangani aksi terorisme di Thamrin pada 14 Januari 2016 lalu.
Usulan ini juga telah disampaikannya ke Presiden Joko Widodo dan Kapolri Jenderal Badrodin Haiti. "Itu prestasi sendiri. Saya menjadi salah satu yang ngotot agar Densus 88 mendapat fasilitas yang bagus," katanya.
Selain Densus 88, Luhut juga menyoroti penguatan pasukan khusus TNI Angkatan Laut Detasemen Jala Mangkara (Denjaka). Menurutnya, penguatan Denjaka diperlukan untuk mendukung Densus 88 dengan pola operasi yang ditentukan.
"Kami tidak mau negosiasi (soal terorisme). Kapolri, TNI, BIN begitu ada attack, akan kami serbu. Polisi di depan. TNI di belakang," tuturnya. (gilang)
Usai Bom Thamrin, Ada Tiga Kelompok Rencanakan Teror
Kapolri Jendral Badrodin Haiti mengungkapkan terdapat tiga kelompok teroris yang sempat berencana melakukan serangan di Jakarta pasca bom Thamrin Januari lalu.
Ketiga kelompok itu adalah kelompok dengan pimpinan Hendri, kelompok Sumedang pimpinan Helmi dan kelompok Indramayu. Badrodin menjelaskan mereka merupakan jaringan dari 33 orang terduga teroris yang ditangkap kepolisian pasca bom Thamrin.
"Pasca bom Sarinah terdapat 17 orang terkait di Jalan Thamrin, kemudian yang tidak terkait langsung ada 16 orang, termasuk enam napi teror di Nusakambangan dan Tangerang. Dari hasil itu, ada tiga kelompok yang berencana melakukan teror," kata Badrodin dalam rapat gabungan pemerintah-DPR, di ruang rapat Badan Anggaran, Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (15/2).
Badrodin mengatakan, ketiga kelompok tersebut, masing-masing mendapat aliran dana sebesar Rp 1,3 miliar yang didapat dari Yordania, Irak dan Suriah. Aliran dana itu menurutya terus mengalir hingga kelompok tersebut siap melaksanakan aksinya.
"Mereka dapat aliran dan dari mana-mana. Ada yang masuk ke Filipina untuk beli senjata, lalu masuk ke jaringan Poso dan ada yang diambil secara tunai," ujar Badrodin.
Dari jaringan yang ditangkap polisi, diketahui kelompok Hendri memiliki sembilan pucuk senjata api tanpa peluru yang dicuri dari lembaga pemasyarakatan (Lapas) Tangerang. Kelompok Helmi yang ditangkap di Sumedang, sempat berencana melakukan bom bunuh diri menggunakan mobil di depan Polda Metro Jaya.
Sementara, kelompok Indramayu, kata Badrodin, memiliki rencana aksi menyerang anggota polisi yang berada di jalan. Selain ketiga kelompok itu, Badrodin mengatakan juga pihaknya telah menangkap kelompok Abu Musyak di Bekasi yang akan berencana melakukan aksi di malam tahun baru.
Jenderal bintang empat itu mengatakan ancaman terorisme ini masih akan terjadi, karena banyak kelompok yang masih berhubungan dengan Bahrun Naim. Kelompok itu diantaranya juga memiliki jaringan yang bahkan masih berada di dalam Lapas Tangerang dan Nusa Kambangan.
Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan dalam rapat itu juga mengatakan, telah ada pengembangan penangkapan dalam penegakan hukum terhadap tersangka teroris.
"Penegakan hukum, 33 orang tersangka jaringan terorisme, satu orang ketangkap di Bima namanya Fajar," kata Luhut.
Luhut menjelaskan Fajar merupakan salah satu terduga teroris yang tewas dalam baku tembak di Bima, Nusa Tenggara Barat pagi tadi.
Sebelumnya, Badrodin mengatakan, institusinya menemukan aliran dana sebesar Rp 900 ribu yang mengalir ke rekening terduga pelaku aksi teror di Jalan MH Thamrin, Jakarta.
"Aliran dana ke mereka (teroris Thamrin yang tewas) hanya Rp 900 ribu," ucap Badrodin di Jakarta, pekan lalu. (sur)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.