Anak Buah Santoso Juga Hendak Serang Polsek Ilustrasi 《Antara》
Kapolri Jenderal Sutarman mengatakan jika Akbar alias Muri alias Donal dan Arif Budi Setyawan alias Arif Tuban adalah dua orang terduga teroris jaringan Mujahidin Indonesia Timur yang dikomando oleh Santoso.
"Mereka merencanakan pembakaran dan penyerangan terhadap pos-pos polisi dan Polsek di wilayah Depok dan Jakarta Timur serta Jakarta secara umum sebagaimana perintah Santoso untuk segera melakukan amaliyah," kata Sutarman pada Beritasatu.com, Rabu (25/6).
Saat ini Densus masih melakukan pengembangan untuk menangkap seseorang yang telah mendapatkan peluru yang sebelumnya disimpan oleh Arif.
Seperti diberitakan, Akbar ditangkap di Jalan Dalang RT 11 RW 05 No 55, Munjul, Cipayung, Jakarta Timur, Selasa (24/6) kemarin. Sedangkan Arif ditangkap di Jati Padang, Jakarta Selatan, pada 19 Juni lalu. Mereka tergabung dalam kelompok Syariatul Irhab.
Sel Santoso memang kian aktif belakangan ini. Mereka pula yang memberondong Mapolsek Pesisir Utara, Poso, Sulawesi Tengah, pada 9 Juni lalu.
Serangan nekat kelompok Santoso terjadi pada Juni tahun lalu. Yakni saat Zaenul Arifin alias Arif Petak (34) meledakan dirinya di Mapolres Poso.
Santoso masih buron hingga kini dan diperkirakan bersembunyi di kawasan pegunungan Tamanjeka, Poso bersama sejumlah pelaku teror lainnya.Terduga Teroris Sudah Diincar Densus 88 Setahun Lalu Terduga teroris, Akbar Muriawan alias Muri alias Donal (35) telah diincar selama satu tahun sebelum ditangkap Detasemen Khusus (Densus) 88 Mabes Polri di rumahnya yang berada di Gang Dalang RT 11/05, Kelurahan Munjul, Cipayung, Jakarta Timur, Selasa (24/6). Pengawasan terhadap aktifitas Akbar semakin intens seminggu terakhir.
"Infonya memang sudah lama pantauannya. Sekitar setahun dan semakin ketatnya seminggu terakhir," kata Cecep Saefullah, Ketua RT setempat saat ditemui di lokasi, Selasa (24/6) malam.
Meski mengaku telah diinformasikan setahun lalu, Cecep tak menaruh curiga dan berlaku biasa saja. Namun, beberapa hari belakangan ini, sejumlah tamu terlihat mendatangi rumah Akbar pada malam hari.
"Tetangga sebelahnya mengaku mendengar ada aktifitas di malam hari, tapi saya tidak tahu apa yang dilakukannya," ungkap Cecep.
Cecep mengatakan, beberapa tahun belakangan ini, rumah yang dihuni Akbar bersama istri serta keempat anaknya itu terbilang cukup tertutup. Bahkan, petugas juru pemantau jentik (jumantik) hanya diperkenankan masuk ke dalam area rumah itu.
"Seminggu sekali di sini ada kader jumantik yang datang ke rumah-rumah warga, tapi tidak boleh masuk," katanya.
Sepengetahuan Cecep, sehari-hari Akbar memiliki usaha online shop. Usaha itu ditekuni setelah tidak lagi mengajar sebagai guru ngaji.
"Sejauh ini aktifitasnya biasa saja," jelasnya.
Diberitakan, penangkapan terhadap Akbar terjadi sekitar pukul 17.45, tadi sore.
"Telah berlangsung penangkapan seseorang yang diduga teroris di rumahnya. Ia atas nama Akbar alias Muri alias Donal," kata Juru Bicara Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi Rikwanto, Selasa (24/6).
Dikatakan Rikwanto, penangkapan dilakukan oleh 12 anggota Densus 88 Mabes Polri.
"Pelaku yang diduga teroris diamankan ke kantor Densus untuk pemeriksaan lebih lanjut," ungkapnya.Terduga Teroris Pernah Ditahan karena Tawuran Sebelum Diamankan Detasemen Khusus (Densus) 88 Mabes Polri, di rumahnya yang berada di Gang Dalang RT 11/05, Kelurahan Munjul, Cipayung, Jakarta Timur, Selasa (24/6) karena diduga terlibat jaringan teroris, Akbar Muriawan alias Muri alias Donal (35) sempat ditahan lantaran terlibat tawuran. Hal itu terjadi saat Akbar masih duduk di bangku Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Budi Murni.
"Setahu saya pernah ditahan waktu SMK karena tawuran," kata Anton (34), salah seorang warga, saat ditemui di lokasi penangkapan, Selasa (24/6) malam.
Anton menuturkan, Akbar dan keluarga mulai menetap di rumahnya saat ini sejak sekitar tahun 1995. Saat itu, Akbar yang masih duduk di bangku SMP dikenal terbuka dan bergaul dengan anak-anak seusianya termasuk Anton.
"Waktu SMK dia sering tawuran sampai masuk penjara selama satu tahun," tutur Anton.
Selepas keluar penjara, Akbar disebut lebih relijius. Selain jarang bergaul dengan remaja di sekitar rumahnya, Akbar mulai mengikuti pengajian di luar lingkungan rumahnya.
"Kenal dengan istrinya pun dari pengajian," ungkapnya.
Selain sering mengikuti pengajian di daerah Cipayung, bersama sang istri, Neni (29), Akbar juga menjadi guru mengaji bagi anak-anak di lingkungan sekitar rumahnya. Kehidupan Akbar semakin tertutup saat sang ibu, Imas meninggal dunia lima tahun lalu.
"Akhir-akhir ini, teman-teman pengajiannya sering main ke rumahnya, tapi biasa saja. Tidak ada yang mencurigakan," ungkap Anton.
Sikap tertutup Akbar diungkapkan warga lainnya Oom (50). Selain Akbar, Neni juga bersikap serupa. Setiap hari, Neni hanya berangkat pagi untuk mengajar di Depok.
"Kami tahunya Neni itu guru mengaji di Depok." ungkapnya.
Oom mengatakan, sepengetahuannya, Akbar tak memiliki pekerjaan. Hanya saja, Akbar kerap menerima tamu di rumahnya. Tamu-tamunya itu tak pernah dalam jumlah yang banyak.
"Paling hanya satu sampai dua orang, tak pernah dalam jumlah banyak," katanya.
Diberitakan, Juru Bicara Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi Rikwanto, mengatakan penangkapan terhadap Akbar terjadi sekitar pukul 17.45, tadi sore.
"Telah berlangsung penangkapan seseorang yang diduga teroris di rumahnya. Ia atas nama Akbar alias Muri alias Donal," ujar Rikwanto, Selasa (24/6).
Dikatakan Rikwanto, penangkapan dilakukan oleh 12 anggota Densus 88 Mabes Polri.
"Pelaku yang diduga teroris diamankan ke kantor Densus untuk pemeriksaan lebih lanjut," ungkapnya.
Selain menangkap Akbar, tambahnya, polisi juga menyita sejumlah barang bukti.
"Barang-barang yang diamankan, selongsong senapan yang sudah dirakit menjadi amunisi, laptop 2 buah, pipa paralon yang sudah dirakit, buku ajaran jihad dan tasaud, serta senapan angin," tandasnya.
Kapolri Jenderal Sutarman mengatakan jika Akbar alias Muri alias Donal dan Arif Budi Setyawan alias Arif Tuban adalah dua orang terduga teroris jaringan Mujahidin Indonesia Timur yang dikomando oleh Santoso.
"Mereka merencanakan pembakaran dan penyerangan terhadap pos-pos polisi dan Polsek di wilayah Depok dan Jakarta Timur serta Jakarta secara umum sebagaimana perintah Santoso untuk segera melakukan amaliyah," kata Sutarman pada Beritasatu.com, Rabu (25/6).
Saat ini Densus masih melakukan pengembangan untuk menangkap seseorang yang telah mendapatkan peluru yang sebelumnya disimpan oleh Arif.
Seperti diberitakan, Akbar ditangkap di Jalan Dalang RT 11 RW 05 No 55, Munjul, Cipayung, Jakarta Timur, Selasa (24/6) kemarin. Sedangkan Arif ditangkap di Jati Padang, Jakarta Selatan, pada 19 Juni lalu. Mereka tergabung dalam kelompok Syariatul Irhab.
Sel Santoso memang kian aktif belakangan ini. Mereka pula yang memberondong Mapolsek Pesisir Utara, Poso, Sulawesi Tengah, pada 9 Juni lalu.
Serangan nekat kelompok Santoso terjadi pada Juni tahun lalu. Yakni saat Zaenul Arifin alias Arif Petak (34) meledakan dirinya di Mapolres Poso.
Santoso masih buron hingga kini dan diperkirakan bersembunyi di kawasan pegunungan Tamanjeka, Poso bersama sejumlah pelaku teror lainnya.Terduga Teroris Sudah Diincar Densus 88 Setahun Lalu Terduga teroris, Akbar Muriawan alias Muri alias Donal (35) telah diincar selama satu tahun sebelum ditangkap Detasemen Khusus (Densus) 88 Mabes Polri di rumahnya yang berada di Gang Dalang RT 11/05, Kelurahan Munjul, Cipayung, Jakarta Timur, Selasa (24/6). Pengawasan terhadap aktifitas Akbar semakin intens seminggu terakhir.
"Infonya memang sudah lama pantauannya. Sekitar setahun dan semakin ketatnya seminggu terakhir," kata Cecep Saefullah, Ketua RT setempat saat ditemui di lokasi, Selasa (24/6) malam.
Meski mengaku telah diinformasikan setahun lalu, Cecep tak menaruh curiga dan berlaku biasa saja. Namun, beberapa hari belakangan ini, sejumlah tamu terlihat mendatangi rumah Akbar pada malam hari.
"Tetangga sebelahnya mengaku mendengar ada aktifitas di malam hari, tapi saya tidak tahu apa yang dilakukannya," ungkap Cecep.
Cecep mengatakan, beberapa tahun belakangan ini, rumah yang dihuni Akbar bersama istri serta keempat anaknya itu terbilang cukup tertutup. Bahkan, petugas juru pemantau jentik (jumantik) hanya diperkenankan masuk ke dalam area rumah itu.
"Seminggu sekali di sini ada kader jumantik yang datang ke rumah-rumah warga, tapi tidak boleh masuk," katanya.
Sepengetahuan Cecep, sehari-hari Akbar memiliki usaha online shop. Usaha itu ditekuni setelah tidak lagi mengajar sebagai guru ngaji.
"Sejauh ini aktifitasnya biasa saja," jelasnya.
Diberitakan, penangkapan terhadap Akbar terjadi sekitar pukul 17.45, tadi sore.
"Telah berlangsung penangkapan seseorang yang diduga teroris di rumahnya. Ia atas nama Akbar alias Muri alias Donal," kata Juru Bicara Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi Rikwanto, Selasa (24/6).
Dikatakan Rikwanto, penangkapan dilakukan oleh 12 anggota Densus 88 Mabes Polri.
"Pelaku yang diduga teroris diamankan ke kantor Densus untuk pemeriksaan lebih lanjut," ungkapnya.Terduga Teroris Pernah Ditahan karena Tawuran Sebelum Diamankan Detasemen Khusus (Densus) 88 Mabes Polri, di rumahnya yang berada di Gang Dalang RT 11/05, Kelurahan Munjul, Cipayung, Jakarta Timur, Selasa (24/6) karena diduga terlibat jaringan teroris, Akbar Muriawan alias Muri alias Donal (35) sempat ditahan lantaran terlibat tawuran. Hal itu terjadi saat Akbar masih duduk di bangku Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Budi Murni.
"Setahu saya pernah ditahan waktu SMK karena tawuran," kata Anton (34), salah seorang warga, saat ditemui di lokasi penangkapan, Selasa (24/6) malam.
Anton menuturkan, Akbar dan keluarga mulai menetap di rumahnya saat ini sejak sekitar tahun 1995. Saat itu, Akbar yang masih duduk di bangku SMP dikenal terbuka dan bergaul dengan anak-anak seusianya termasuk Anton.
"Waktu SMK dia sering tawuran sampai masuk penjara selama satu tahun," tutur Anton.
Selepas keluar penjara, Akbar disebut lebih relijius. Selain jarang bergaul dengan remaja di sekitar rumahnya, Akbar mulai mengikuti pengajian di luar lingkungan rumahnya.
"Kenal dengan istrinya pun dari pengajian," ungkapnya.
Selain sering mengikuti pengajian di daerah Cipayung, bersama sang istri, Neni (29), Akbar juga menjadi guru mengaji bagi anak-anak di lingkungan sekitar rumahnya. Kehidupan Akbar semakin tertutup saat sang ibu, Imas meninggal dunia lima tahun lalu.
"Akhir-akhir ini, teman-teman pengajiannya sering main ke rumahnya, tapi biasa saja. Tidak ada yang mencurigakan," ungkap Anton.
Sikap tertutup Akbar diungkapkan warga lainnya Oom (50). Selain Akbar, Neni juga bersikap serupa. Setiap hari, Neni hanya berangkat pagi untuk mengajar di Depok.
"Kami tahunya Neni itu guru mengaji di Depok." ungkapnya.
Oom mengatakan, sepengetahuannya, Akbar tak memiliki pekerjaan. Hanya saja, Akbar kerap menerima tamu di rumahnya. Tamu-tamunya itu tak pernah dalam jumlah yang banyak.
"Paling hanya satu sampai dua orang, tak pernah dalam jumlah banyak," katanya.
Diberitakan, Juru Bicara Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi Rikwanto, mengatakan penangkapan terhadap Akbar terjadi sekitar pukul 17.45, tadi sore.
"Telah berlangsung penangkapan seseorang yang diduga teroris di rumahnya. Ia atas nama Akbar alias Muri alias Donal," ujar Rikwanto, Selasa (24/6).
Dikatakan Rikwanto, penangkapan dilakukan oleh 12 anggota Densus 88 Mabes Polri.
"Pelaku yang diduga teroris diamankan ke kantor Densus untuk pemeriksaan lebih lanjut," ungkapnya.
Selain menangkap Akbar, tambahnya, polisi juga menyita sejumlah barang bukti.
"Barang-barang yang diamankan, selongsong senapan yang sudah dirakit menjadi amunisi, laptop 2 buah, pipa paralon yang sudah dirakit, buku ajaran jihad dan tasaud, serta senapan angin," tandasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.